Langsung ke konten utama

Perabot Kamang

[caption id="" align="alignnone" width="500"] Ilustrasi Gambar: Disini[/caption]

Nagari Kamang memiliki beberapa kekhasan yang jarang menjadi perhatian kita anak nagari. Kekhasan Nagari Kamang selain terletak pada sejarah dan budaya, juga tampak pada kepandaian anak nagari. Banyak kepandaian anak nagari Kamang sebut saja membuat kerupuk, menjahit, dan bertukang. Tukang dapat pula kita bagi dua, yakni tukang batu dan tukang kayu. Tukang batu ialah orang-orang yang bekerja sebagai tukang membuat bangunan. Kebanyakan ialah membuat rumah, tampaknya benih-benih arsitek telah mengalir dalam darah orang Kamang. Namun sayang, belum atau kurang dikenali oleh yang punya.


Sedang tukang kayu ialah tukang membuat perabot atau kata orang sekarang furniture. Kepandaian ini hampir dimiliki oleh setiap kaum lelaki di Kamang. Banyak terdapat oloh[1] di Kamang, apakah itu kepunyaan pribadi ataupun kelompok. Ada yang terletak di dekat rumah, menyatu dengan rumah, hingga terletak jauh dari rumah.


Dahulu, banyak anak-anak bujang selepas bersekolah bekerja di oloh-oloh milik penduduk. Apakah itu kepunyaan orangtuanya, mamaknya, saudara dekat, kenalan, ataupun dibawa-bawa oleh kawan sepergaulan. Dari sinilah kepandaian bertukang itu diturunkan, dari ayah ke anak, dari mamak ke kamanakan, dari dunsanak ka dunsanak, dari tuan ka adiak, dan dari kerabat ke kerabat.


Mula-mula bekerja dengan orang, selepas itu coba-coba membuat oloh sendiri. Apabila ada kemajuan dan mendapat banyak pesanan maka dipekerjakanlah orang lain. Selepas itu kalau awak ada berfikir panjang maka dibukalah kedai untuk menjual perabot hasil buatan sendiri. Kalau tak pandai menjadi saudagar maka cukup menjadi pemasok bagi orang kampung yang punya kedai perabot atau mencari pesanan ke berbagai tempat, atau menanti kalau ada orang kampung minta dibuatkan perabot.


Orang Kamang tidak hanya berkedai di Bukit Tinggi saja melainkan juga di berbagai kota seperti Padang, dan bahkan ada juga yang sampai ke Pakan Baru. Terdapat banyak kedai milik orang Kamang, mulai dari kedai biasa sampai kepada sebuah perusahaan yang berbadan hukum.


Telah banyak yang dilalui oleh kerajinan perabot Kamang. Pernah suatu ketika kayu sangat sulit untuk didapat, maka payahlah orang Kamang mencari kayu. Ada yang berhenti bekerja, kembali memanggul tabak[2] atau menekuni pekerjaan lain yang dirasa menjanjikan. Namun rupanya keadaan cepat berubah, kayu sudah kembali didapat dan orang Kamang kembali mangatam di oloh.


Sekarang terdengar pula oleh kami, bisik-bisik dari kampung kalau kerajinan perabot orang Kamang kurang begitulah. Apa sebab? Tak banyak yang tahu, hanya mengira-ngira saja. Sebab kayu tak pula sulit untuk didapat. Lalu kenapa? Kalau memang keadaan dunia perperabotan orang Kamang kurang baitulah?


Dari bisik-bisik lagi tuan, ini semua karena keadaan pasar yang kurang bersahabat dengan orang Kamang. Telah banyak merek bermunculan, telah banyak pula perabot dari luar berdatangan ke Bukit Tinggi. Harga mereka bersaing, modal mereka besar, dan jaringan mereka mantap. Tidak hanya itu tuan, berbagai hasil perabot merekapun lebih beragam, lebih baru, dan lebih cantik dipandang mata.


Lalu kenapa? Kurang cantikkah perabot buatan orang Kamang?


Bukan karena itu tuan, tapi berdasarkan bisik-bisik yang kami dengar. Kalau perabot orang Kamang ini dari dahulu itu ke itu saja bentuknya (modelnya), kalaupun ada perubahan, itupun sedikit. Kata orang zaman sekarang “Tidak inovatif, tidak mengikuti perkembangan zaman, tidak mengikuti selera pasar, singkat kata tidak kreatif..


Kata bisik-bisik lagi “Tukang di nagari kita ini tukang keturunan, mereka hanya pandai membuat apa yang dibuat atau apa yang diajarkan oleh guru mereka saja. Tidak pandai membuat yang baru, semisal bentuk atau gaya yang lebih baru. Tidak itu ke itu saja..”


Entahlah tuan, kamipun tak pula faham betul, sebab tak melihat secara langsung. Tapi tuan ini hanya bisik-bisik diantara kita saja. Jangan pula sampai orang kampung kita tahu, habis awak dibuatnya nanti. Tak talok di awak pulang nanti..












[1] Bengkel tempat bekerja.



[2] Cangkul.




Komentar

  1. Perabot orang Kamang kalah dalam hal desain dan kreativitas ya, Angku. Ya memang begitu lah, kreativitas tak bisa dibeli, hanya bisa dipelajari dan ditekuni :)

    BalasHapus
  2. Ya rangkayo, kami berharap semoga Orang Kamang dapat belajar dan melakukan inovasi. Sebab dengan demikianlah caranya agar kita tetap dapat bertahan pada masa sekarang.

    Terima kasih rangkayo, bagaimana kabarnya kini? sudah lama kita tak bertukar kabar.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum