Nagari Kamang memiliki beberapa kekhasan yang jarang menjadi perhatian kita anak nagari. Kekhasan Nagari Kamang selain terletak pada sejarah dan budaya, juga tampak pada kepandaian anak nagari. Banyak kepandaian anak nagari Kamang sebut saja membuat kerupuk, menjahit, dan bertukang. Tukang dapat pula kita bagi dua, yakni tukang batu dan tukang kayu. Tukang batu ialah orang-orang yang bekerja sebagai tukang membuat bangunan. Kebanyakan ialah membuat rumah, tampaknya benih-benih arsitek telah mengalir dalam darah orang Kamang. Namun sayang, belum atau kurang dikenali oleh yang punya.
Sedang tukang kayu ialah tukang membuat perabot atau kata orang sekarang furniture. Kepandaian ini hampir dimiliki oleh setiap kaum lelaki di Kamang. Banyak terdapat oloh[1] di Kamang, apakah itu kepunyaan pribadi ataupun kelompok. Ada yang terletak di dekat rumah, menyatu dengan rumah, hingga terletak jauh dari rumah.
Dahulu, banyak anak-anak bujang selepas bersekolah bekerja di oloh-oloh milik penduduk. Apakah itu kepunyaan orangtuanya, mamaknya, saudara dekat, kenalan, ataupun dibawa-bawa oleh kawan sepergaulan. Dari sinilah kepandaian bertukang itu diturunkan, dari ayah ke anak, dari mamak ke kamanakan, dari dunsanak ka dunsanak, dari tuan ka adiak, dan dari kerabat ke kerabat.
Mula-mula bekerja dengan orang, selepas itu coba-coba membuat oloh sendiri. Apabila ada kemajuan dan mendapat banyak pesanan maka dipekerjakanlah orang lain. Selepas itu kalau awak ada berfikir panjang maka dibukalah kedai untuk menjual perabot hasil buatan sendiri. Kalau tak pandai menjadi saudagar maka cukup menjadi pemasok bagi orang kampung yang punya kedai perabot atau mencari pesanan ke berbagai tempat, atau menanti kalau ada orang kampung minta dibuatkan perabot.
Orang Kamang tidak hanya berkedai di Bukit Tinggi saja melainkan juga di berbagai kota seperti Padang, dan bahkan ada juga yang sampai ke Pakan Baru. Terdapat banyak kedai milik orang Kamang, mulai dari kedai biasa sampai kepada sebuah perusahaan yang berbadan hukum.
Telah banyak yang dilalui oleh kerajinan perabot Kamang. Pernah suatu ketika kayu sangat sulit untuk didapat, maka payahlah orang Kamang mencari kayu. Ada yang berhenti bekerja, kembali memanggul tabak[2] atau menekuni pekerjaan lain yang dirasa menjanjikan. Namun rupanya keadaan cepat berubah, kayu sudah kembali didapat dan orang Kamang kembali mangatam di oloh.
Sekarang terdengar pula oleh kami, bisik-bisik dari kampung kalau kerajinan perabot orang Kamang kurang begitulah. Apa sebab? Tak banyak yang tahu, hanya mengira-ngira saja. Sebab kayu tak pula sulit untuk didapat. Lalu kenapa? Kalau memang keadaan dunia perperabotan orang Kamang kurang baitulah?
Dari bisik-bisik lagi tuan, ini semua karena keadaan pasar yang kurang bersahabat dengan orang Kamang. Telah banyak merek bermunculan, telah banyak pula perabot dari luar berdatangan ke Bukit Tinggi. Harga mereka bersaing, modal mereka besar, dan jaringan mereka mantap. Tidak hanya itu tuan, berbagai hasil perabot merekapun lebih beragam, lebih baru, dan lebih cantik dipandang mata.
Lalu kenapa? Kurang cantikkah perabot buatan orang Kamang?
Bukan karena itu tuan, tapi berdasarkan bisik-bisik yang kami dengar. Kalau perabot orang Kamang ini dari dahulu itu ke itu saja bentuknya (modelnya), kalaupun ada perubahan, itupun sedikit. Kata orang zaman sekarang “Tidak inovatif, tidak mengikuti perkembangan zaman, tidak mengikuti selera pasar, singkat kata tidak kreatif..”
Kata bisik-bisik lagi “Tukang di nagari kita ini tukang keturunan, mereka hanya pandai membuat apa yang dibuat atau apa yang diajarkan oleh guru mereka saja. Tidak pandai membuat yang baru, semisal bentuk atau gaya yang lebih baru. Tidak itu ke itu saja..”
Entahlah tuan, kamipun tak pula faham betul, sebab tak melihat secara langsung. Tapi tuan ini hanya bisik-bisik diantara kita saja. Jangan pula sampai orang kampung kita tahu, habis awak dibuatnya nanti. Tak talok di awak pulang nanti..
Perabot orang Kamang kalah dalam hal desain dan kreativitas ya, Angku. Ya memang begitu lah, kreativitas tak bisa dibeli, hanya bisa dipelajari dan ditekuni :)
BalasHapusYa rangkayo, kami berharap semoga Orang Kamang dapat belajar dan melakukan inovasi. Sebab dengan demikianlah caranya agar kita tetap dapat bertahan pada masa sekarang.
BalasHapusTerima kasih rangkayo, bagaimana kabarnya kini? sudah lama kita tak bertukar kabar.