Langsung ke konten utama

Kamang si Pembangkang

Terdengar oleh kami rombongan mujahid dari Bukittinggi & Agam berangkat hari ini ke Jakarta guna berjihad dalam aksi Bela Islam Jilid II (ada yang mengatakan Jilid III, mungkin kami lupa dengan Jilid I) pada hari Jum'at tanggal 2 Desember 2016. Menggunakan 11 bus dari Aua Kuniang dan konon kabarnya jumlahnya kurang lebih 500 orang. Menurut keterangan nan kami dapat, nan berangkat dengan kendaraan pribadi dan naik pesawat ada pula. Kemungkinan jumlah keseluruhannya lebih dari seribu orang.


Sedang hati kami mendengarnya, sungguh bergetar hati ini, syukur kami ucapkan kehadirat Allah Ta'ala. Namun disaat kami bersyukur itu, terbesit suatu pertanyaan dalam hati "Adakah orang kampung awak diantara rombongan itu?"


Sungguh berharap kami, sungguh. Api jihad Paderi mulai dipercikkan di kampung kita, pemberontakan tahun salapanpun dipengaruhi oleh Ghirah Islam dan semangat Jihad menegakkan marwah Islam dan Minangkabau.


Nagari kita telah kehilangan ulama nan sanggup membawa masyarakat kita semakin mendekat ke arah syari'at. Sebagian besar dari kita lebih tertumpu kepada dunia. Anak nan teramat disayangi dan dipuja-puja itu, apabila ia berkuliah di universitas ternama maka akan sangat banggalah keluarganya. Lupa mereka membekali anak itu dengan ilmu agama dan adat. Akibatnya setelah berkuliah menjadi jauh ia dari agama, mengata kalau agama itu kolot, musti dilakukan penafsiran ulang terhadap Al Qur'an dan terjemahannya.


Kami amat-amati, cukup banyak anak-anak muda kelahiran Kamang nan menjadi Jilaters. Tiada malu mereka, memperkenalkan diri kalau mereka berasal dari Kamang. Kami nan membaca ini nan malu dibuatnya.


Kampung kita ialah Kampung Pemberontak, Sirah Agam sangat pekat di Kamang. Kalau bahasa sekarang, Kamang masa lampau itu ialah Kampung Teroris, karena disana bersarang para fanatik yang kemudian melakukan kerusahan menentang Belanda.


Bagaimanakah dengan Kamang kini, semakin banyakkah perempuan berpakaian sempit berlenggak-lenggok di labuh?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum