Langsung ke konten utama

Adat Melahirkan dahulunya

[caption id="" align="alignright" width="255"] Gambar: http://jejakislam.net/680/[/caption]

Sebelum kita mengenal bidan dan dokter, bagaimanakah perempuan masa dahulu melahirkan? Bersyukur kita yang hidup dimasa sekarang, karena dimasa dahulu angka kematian ibu dan anak sangatlah tinggi disebabkan kurangnya peralatan yang dapat mendukung si ibu dalam melahirkan. Belum ada operasi sesar dahulunya.


Untuk itu kami mendapat dua buah kisah dalam hal adat kelahiran pada dua nagari di Luhak Agam ini dahulunya. Marilah kita simak, semoga dapat menjadi gambaran kasar bagi kita bagaimana orang dahulu dan di Kamang ini jalannya proses melahirkan tersebut.


Adat kelahiran di Nagari Matur sesuai dengan yang digambarkan oleh salah seorang guru Melayu:


Setelah bayi itu mulai tampak, maka disuruhnya perampuan itu menghajan kuat-kuat sehingga anak itu terpancar keluar dengan pusatnya yang panjang. Setelah itu, maka pusatnya yang panjang itu dipotonglah oleh dukun itu dengan sembilu dan ditinggalkannya kira-kira 10 d'im (inci) panjangnya. Adapun pengudungan itu dinamai orang juga kakak paja ["kakak si anak", istilah yang biasanya dipakai untuk tembuni]. Adapun kakak paja itu dicuci bersih-bersih oleh dukun itu lalu dimasukkannya ke dalam sebuah periuk atau kampir dan ditutup baik-baik.


Setelah itu dipakai i-nyalah dirinya, diambilny api serta kakak paja itu, lalu dibawanya ke bawah rumah atau ke bawah lumbung. Maka disitulah digalikan atau dikuburkan kaka paja itu, dalamnya 1,5 hasta (75 cm), lalu ditimbuni padat-padat. Maka di atas lumbung itu diletakkannyalah api tadi, dan sudah itu dihimpit pula dengan batu yang dicorengnya dengan kapur, di atas batu diletakkannya pula sanduk nasi, lalu disungkut (ditutup) baik-baik dengan lakar(tutup anyaman rotan)..


Syahdan, adapun pusat anak itu yang tinggal di badannya tadi itu, apabila sampai 4 atau 5 hari jatuhlah sebab sudah kering, lalu diambil disimpan baik-baik, gunanya apabila anak itu kemudian kenya penyakit galang-galang (cacing gelang), maka direndam orang pusat itu dalam ayar (air), lalu diminumkan ayarnya kepada anak itu sedikit.


Goereo Sekola II "Adat perampoean hamil didalam Negeri Matoea" sekitar 1885. (Koleksi Naskah, Perpustakaan Universitas Leiden, schoolschrift, MS,Or.6006/VRSC682) seksi "Dari hal perampoean bersalin", 3v-5v


Kemudian marilah kita tengok pula bagaimana adat kelahiran di Nagari Koto Gadang yang digambarkan oleh Soetan Sarit pada tahun 1890-an:


Adapun kakak paja itu dicuci bersih-bersih oleh dukun itu lalu dimasukkannya ke dalam sebuah periuk tanah yang baharu, disertainya dengan garam dan pemuro (pemburo, penyambur) yaitu lada kecil, dasun (bawang putih), jariangan (jengkol), dan kunit bolai ((bangle); sudah itu ditutup dengan sia-daun(ujung daun pisang).


Setelah sudah lalu diperbuatkan sebuah lolong (lubang) di bawah rumah kira-kira dua hesta dalamnya; di dalamnya itu di alas dengan daun terong asam. Sudah itu dimasukkan periuk tadi ke dalam lubang itu dan ditimbun dengan tanah dan sabelah atasnya ditimbun pula dengan abu panas serta dihimpit dengan batu gadang (besar).


Gunanya itu supaya semut atau binatang-binatang yang lain jangan masuk ke dalam periuk itu. Kata dukun, jika periuk itu dimasuki semut atau binatang-binatang yang lain, anak jadi sakit-sakit.


Di atas batu yang tersebut tadi disungkutkan sebuah lakar (ditutup dengan sebuah anyaman rotan) dan ditaruh sedikit duri lunak (satu bangsa tumbuh-tumbuhan kecil) gunanya itu supaya uri (ari-ari) itu jangan didaya (diganggu) iblis atau palasit.


Satelah uri itu sudah tertanam, maka dukun itupun menyambur (menyembur) dari anak sampai katempatnya dlaher (lahir) lalu katempat uri ditanamkan. Maksud supaya syethan dan iblis yang ada boleh mehindar.


Soetan Sarit "dari hal orang beranak di Kota Gedang: sekitar 1890 (Koleksi Naskah, Perpustakaan Universitas Leiden, schoolschrift, MS,Or.6005/VRSC681).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6...

Adat sopan santun orang Minangkabau

[caption id="" align="aligncenter" width="700"] Gambar: https://upload.wikimedia.org/wikipedia [/caption] Dalam suasana hari raya ini berkenankah engku, rangkayo, serta encik sekalian kami bawa melancong ke masa silam. Baru-baru ini kami mendapatkan sebuah kutipan pada sebuah buku dari tulisan seorang ahli perilaku (etiket) pada masa dahulunya di Minangkabau. Dikarang oleh B. Dt. Seri Maharajo dengan judul  Kitab 'Adat Sopan Santoen Orang Minangkabau  yang diterbitkan oleh Penerbit Merapi & Co  pada tahun 1922 di Bukit Tinggi. Kutipan tersebut memuat uraian pada halaman 75-80 sebagai berikut: 1. Apabila duduk bersama-sama tak boleh terkentut 2. Kalau menguap harus menutup mulut dengan tangan yang terkerucut 3. Apabila pergi ke jamban (untuk buang air besar) perlulah menutup kepala, memakai terompah, dan jangan terbuka aurat sebelum masuk jamban. Jangan bercakap-cakap, jangan pula menyahuti panggilan (seruan orang) melainkan dengan batuk kecil-keci...

SMP nan diperbaiki

[caption id="attachment_505" align="alignleft" width="300"] Keadaan SMP ketika beberapa masa yang lalu kami ambil gambarnya. [/caption] Pada saat pulang kampung nan dahulu, kami tak sengaja melihat pemandangan mengharukan yakni telah terjadi renovasi pada sekolah SMP yang terletak di perbatasan Kamang (Pintu Koto) dan Magek. Terkejut kami karena bangunan lama telah hilang dan sedangkan bangunan baru sedang dalam tahap pengerjaan. Mungkin saat ini telah selesai dikerjakan orang. Sungguh kami mengutuki diri sendiri, kenapa dahulu tak diambil gambar rumah sekolah ini. Sama kiranya ketika kami mendapati bahwa Pakan Salasa telah dirubuhi orang dan digantikan dengan bangunan baru. Kamipun tak memiliki gambar bangunan Pakan Salasa nan lama, hilang sudah salah satu sejarah di nagari kita. Terdapat dua sekolah menengah di kampung kita yakni SMP dan MTsN atau biasa kita sebut dengan Sanawiyah. Rumah Sikola SMP ini lebih dikenal dengan nama SMP Magek, karena meman...