Dahulu mungkin engku, rangkayo, serta encik sekalian acap mendengar orang tua-tua di kampung kita, apabila mereka bersua dengan orang di luar kampung, bertanya perihal nagari asal, suku, dan kemudian gelar. Apabila orang nan ditanya rupanya bersuku sama dengan mereka maka orang tua-tua di kampung kita akan berujar "Hah, kamanakan saya engku muda ini rupanya.."
Atau kalau tidak, semisal bersukukan sama dengan ayahanda mereka maka akan dijawab "Bako saya engku ini rupanya.."
Tak hanya di kampung, melainkan di rantaupun demikian pula. Kami pernah mendapat kisah dari salah seorang orang tua di kampung kita nan mengisahkan pengalamannya di rantau orang. Bersua dengan orang nan berlainan nagari namun sesuku maka orang itu menampung dirinya "Kamanakn saya engkau ini rupanya.." demikianlah. Padahal tiada memiliki hubungan darah.
Demikianlah tingginya silaturahim antara kita orang Minangkabau dahulunya, entahlah kini kami tiada faham benar. Berikut ini kami kisahkan perihal kesaksian salah seorang anak dari Kepala Laras di tahun 1910an, begini kisahnya:
Tetapi, ayah saya banyak menolong orang, mengakui mereka itu sebagai kamanakan beliau. Ini dapat saja terjadi di Minang sebab arti famili di Minang amat luas, tidak seperti orang Barat yang menganggap famili hanya ayah, ibu, dan anak saja. Paham itu tidak ada di Minang. Bagi mereka ada yang separuik (kelompok serahim, ditarik dalam silsilah sampai ke seorang nenek moyang perempuan yang mendiamisebuah rumah gadang), sepayung (kelompok matrilineal yang punya satu kepala kampung yang sama), sesuku (klan matrilineal yang punya satu nenek moyang perempuan pertama yang sama dalam satu nagari), dan belahan (sanak saudara yang sudah meninggalkan kampung halaman).
Melalui kata-kata ini mereka berkeluarga atau berfamili, biarpun daerahnya berbeda. Oleh karena itu, sukar untuk mengatakan bahwa seorang Minang punah (istilah untuk suatu keluarga tanpa anak perempuan dan karena itu tidak ada keturunan untuk menerima warisan suku), selalu saja ada kapak rambainya (sanak-saudara yang lebih jauh yang bisa melanjutkan).
Aman, Nostalgia Liau Andeh, 35
Komentar
Posting Komentar