Langsung ke konten utama

Rumah Gadang by Rafles

[caption id="" align="aligncenter" width="810"] Gambar: http://madeupinbritain.uk[/caption]

Catatan Sir Thomas Stamford Rafles tentang Rumah Gadang (1818):


Rumah-rumah biasanya besar dan dibangun dengan baik, jarang yang kurang dari 18 meter, interiornya, satu ruang panjang, dengan beberapa kamar di ujung berpintu ke arah ruang itu. Di depan rumah biasanya ada dua lumbung sama seperti yang ada di Jawa, tapi jauh lebih panjang dan lebih kukuh, tidak kurang dari 14 meter dan sanggup menampung jumlah besar sekali. Banyak diantaranya sangat terhias, berbagai bentuk bunga dan gambar diukir di tiang dan balok lintang, ada yang diwarnai. Selera untuk hiasan tidak terbatas hanya pada lumbung-lumbung, bahan kayu, sebagian besar rumah diukir, dan diwarnai merah, putih, dan hitam. Balok bubungan rumah-rumah, lumbung-lumbung, dan sebagainya.


Punya penampakan yang khas, sangat cekung, ujung atau titikdari lengkung sabit itu sangat tajama. Di rumah-rumah lebih besar tampak seolah-seolah ada dua atap, satu sabit tampaknya berada di dalam sabit yang lain. Keseluruhan bangunan didirikan dengan sangt kukuh, tapi seluruhnya dari kayu dan anyaman.


Kemudian Rafles juga memberikan gambaran tentang rumah yang menjadi tempat dia dan rombongan bermalam:


Rrumah tempat kami tinggal sekarang panjangnya kira-kira 30 meter, dan dalamnya 9 sampai 12 meter, dibangun dengan sangat kukuh dan bagian tengahnya disokong dengan tiga tonggak kayu, layak bagi tiang kapal. Bahkan dari konstruksi rumah yang khas itu, yang ujung dinding sampingnya ditinggikan bertingkat-tingkat seperti buritan kapal. Tampaklah rumah itu memang berupa kapal.


Lantainya ditinggikan dari tanah sekitar 3 meter, bagian bawahnya dipagari dan dijadikan tempat ternak, dan seterusnya. Pintu utama terletak di bagian tengah, tapi ada pintu kedua di salah satu ujungnya. Interiornya terdiri dari satu ruang atau bangsal besar, tingginya disesuaikan dengan dimensi-dimensi lain.


Tiga perampian yang sama jaraknya satu dengan yang lain di tempatkan di sisi depan, dan di belakang ada beberapa kamar kecil, di dalamnya kami lihat pemintal dan barang-barang lain milik kaum perempuan.


Ini mungkin bermanfaat untuk memberikan gambaran umum atas rumah-rumah di bagian negeri ini, yang sudah saya lukiskan demikian teliti, karena sangat berbeda dari rumah-rumah di pesisir, dan dari apa yang digambarkan Mr. Marseden sebagai tempat tinggal biasa orang Sumatera.


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum