Oleh: hirwan saidi
Kita selaku umat Islam yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW. Sifat dari Nabi Muhammad tersebut adalah: Sidik (= benar); Tabliq (= menyampaikan); Amanat (= dipercaya) dan Futhanah (= Cerdas). Sedangkan lawan dari sifat nabi tersebut adalah : Kazib (= bohong); Kitman (= menyembunyikan); Khianat (= tidak dapat dipercaya); Gaflah (= bodoh).
Sejarah adalah pengalaman sekelompok manusia. Kata “Sejarah” berasal dari bahasa Arab ”Asy-Syajaroh” yang berarti Pohon. Menurut Ibnu Khaldun, istilah sejarah adalah “pengetahuan tentang proses-proses sebagai realitas dan sebab musababnya secara mendalam”. Sejalan dengan peredaran waktu, kadang kala sejarah tersebut ada yang dibelok-belokan/ditambahkan (make up history = sejarah yang mengada-ada) menuju kepada pemitosan sejarah, dan ada juga yang masih sesuai dengan realitanya, (reality history), untuk mencari kebenaran sejarah. Begitu juga dengan sejarah Perang Kamang, telah ada dua versi sejarah tersebut :
- Pertama; mengemukakan bahwa Perang Kamang itu adalah “Suatu pertempuran yang kejam, parang basosoh di Kampung Tangah antara pasukan Belanda yang berada di sana dengan pasukan rakyat yang datang menyerbu dari Kamang (Kamang Hilir sekarang) dibawah pimpinan M.Saleh Dt.Rajo Penghulu”. Bersamaan dengan itu setelah terjadi serangan gelombang kedua oleh pasukan rakyat yang datang dari Kamang, datang pula pasukan rakyat dari Bansa yang digerakan oleh H.Abdul Manan dan kawan-kawan untuk menyerang tentara belanda.
- Kedua; mengemukan bahwa Perang Kamang itu adalah “pertempuran di Kampung Tangah antara Tentara Belanda dengan Pasukan Rakyat dibawah komando H.Abdul Manan. Jauh sebelum peraturan belasting dikeluarkan (th 1877) H.Abdul Manan telah menyusun kekuatan untuk menentang Belanda. Beliau mempelajari situasi kepada Laras Banuhampu, Marzuki Dt.Bandaro Panjang. H.Abdul Manan selalu didampingi oleh Dt.Parpatiah Magek, Dt.Rajo Pangulu, H.Jabang, Kari Bagindo, Dt.Rajo Pangulu, dan lain-lain. Dalam pertempuran malam 15 Juni 1908 Pasukan Belanda dihancurkan oleh Pasukan Rakyat dibawah Pimpinan H.Abdul Manan. Menjelang subuh sekitar jam 04.00, datang pasukan Kari Mudo dari Kamang dan disambut dengan tembakan gencar oleh tentara belanda, sehingga lebih 60 orang tewas.
Itulah versi sejarah Perang Kamang yang ada sekarang ini. Masing-masing versi telah mengklaim siapa pemimpin utama perang tersebut. Dari kedua versi tersebut tentu ada yang benar, setidaknya mendekati kebenaran. Akan tetapi mana yang benar kita tidak tahu pasti, Wallahu’alam, sebab saksi hidup tidak ada lagi. Namun demikian untuk mencari kebenaran sejarah tersebut kita merujuk kepada : (1) laporan GubernurGouvernement Sumatra’s Weskust, FA Heckler kepada Gubernur General Van Heust; (2) Laporan Kontrolir Oud Agam LC Westennenk; (3); Hasil Interogasi Polosi setelah Perang Kamang. (4) Fakta yang ada dilapangan. Berdasarkan hal ini dapat dilihat siapa sebenarnya pemimpin utama Perang Kamang tersebut, dengan analisa sebagai berikut :
- LAPORAN GUBERNUR HECKLER;
Dalam Telegram Heckler kepada Van Heust, yang disebut pertama kali dari pihak rakyat yang melakukan perlawanan adalah Dt.Rajo Pangulu. Tidak mungkin seorang Heckler sebagai Gubernur menyebut Dt.Rajo Pangulu kalau tidak beliau sebagai pemimpin perlawanan rakyat tersebut. Sedangkan H.Abdul Manan tidak ada disebut oleh Heckler. Terakhir dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa patroli ke tiga lewat Pauh tidak menemukan apa-apa.
- LAPORAN KONTROLIR OUD AGAM, LC WESTENNENK.
Laporan Westennenk ini menjelaskan rentetan kejadian mulai dari tanggal 14 Juni 1908 sampai berakhirnya pertempuran tersebut, dapat di telaah sebagai berikut :
- Rencana Patroli (Operasi) ke Kamang.
Dalam nota kilatnya pada tanggal 14 Juni 1908 dia melaporkan bahwa keadaan di Kamang dan di Magek tidak menguntungkan dan perlu diambil tindakan, dengan menangkap para pengacau dengan bantuan tiga patroli tentara. Bantuan tiga patroli dimaksud yaitu patroli melalui tiga jurusan menuju Tangah (Nagari Kamang): (a) melalui Biaro, (b) melalui Pakan Kamih, (c) melalui Tanjuang Alam. Sasaran penangkapan adalah para pimpinan penantang belasting yang berada di Tangah. Tangah disini bisa dilihat dalam dua sudut yaitu:
- Tangah di Kamang. Dimana Kamang pada waktu itu terdiri dari tiga Sidang yaitu Sidang Hilia, Sidang Tangah dan Sidang Mudiak. Sidang Tangah adalah pusat gerakan anti belasting. Di Sidang Tangah inilah pusat Kelarasan Kamang, tempat berkumpulnya para pemimpin anti belasting seperti Garang Dt.Palindih, Kari Mudo, Dt.Rajo Pangulu dll. Surau tempat H.Abdul Manan memberikan pengajian di Kamang juga di Sidang Tangah
- Wilayah kekuasaan Penghulu Tangah, yaitu keseluruhan Nagari Kamang. Ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Rusli Amran bahwa aktifitas terbesar menentang pajak adalah di Nagari Kamang.
- Sebab H.Abdul Manan dicari Belanda
Karena ada Laporan Laras Tilatang kepada Westennenk (15 Juni 1908), bahwa H.Abdul Manan mempunyai 30-50 murid yang berani mati dan diberi jimat oleh Haji tersebut. Pandai besi di Koto baru begitu banyak mendapat pesanan senjata tajam. Sewaktu resepsi dirumah Residen ada informasi H.Abdul Manan dkk dapat dianggap sebagai pusat pergerakan, maka Westennenk merobah rencana operasi semula, yaitu mengalihkan sasaran ke :
- Pauh dipimpin oleh Heine dan Cheriex dengan 30 pasukan.
- Bansa Ilalang dipimpin oleh kapten Luts, Letnan leroux dengan 80 tentara
- Magek-Tangah dipimpin oleh Letnan Boldingh, Letnan Dua Schaap dengan 50 tentara.
- Kesiapan Pasukan;
Kepala Laras Kamang mengingatkan kepada rakyatnya bahwa Belanda akan datang pada hari Senin tanggal 15 Juni 1908. Pada sore harinya orang-orang di Kamang (terutama di Tangah) memakai pakaian bagus, oleh karena toh tidak akan dibutuhkan lagi. Disini juga dapat diketahui bahwa Pasukan Rakyat Kamang telah siap untuk menghadang tentara belanda, terbukti dengan penyerangan terhadap tentara belanda yang berada di Kampung Tangah oleh Pasukan Rakyat Kamang dibawah pimpinan M.Saleh Dt.Rajo Pangulu. Sedangkan H.Abdul Manan sewaktu dicari oleh Belanda, beliau menghilang, tidak ada perlawanan dari pengikutnya, yang katanya berani mati, hanya datang beberapa pria yang kemudian lari setelah melihat tentara kompeni. Pada hal Laras Kamang sudah mengingatkan bahwa kompeni akan datang pada hari senin.
- Yang memulai Penyerangan;
Yang memulai penyerangan pertama kali terhadap tentara belanda adalah pasukan rakyat kamang oleh kelompok penyerang yang dipimpin oleh Malin Manangah. Serangan tertuju kepada seksi yang dipimpin oleh Sersan Schreuder, yang menewaskan 6 serdadu Belanda (4 serdadu Jawa dan 2 serdadu Melayu). Sedangkan pasukan H.Abul Manan di nagarinya sendiri, datang dari arah Bansa setelah terjadi serangan gelombang pertama pasukan rakyat Kamang, terlebih dahulu membelok kearah barat untuk membakar rumah Penghulu Kepala Hilalang, membunuh ayahnya dan 5 ekor kudanya. Setelah terjadi serangan gelombang kedua oleh pasukan Rakyat Kamang berulah pasukan rakyat dari Bansa ini ikut menyerang tentara belanda berbarengan dengan pasukan rakyat Kamang.
- Jumlah Korban;
Dalam pertempuran di Kampung Tangah tersebut terjadi 10 kali penyerangan oleh pasukan rakyat dengan jumlah korban pasukan rakyat yang tewas adalah sebagai berikut: korban pasukan rakyat pimpinan M.Saleh Dt.Rajo Pangulu tewas 62 orang, luka 12 orang; Sedangkan korban pasukan rakyat yang dipimpin oleh H.Abdul Manan adalah: tewas 13 orang, luka 3 orang.
- Dalam daftar nama pasukan rakyat yang tewas, yang pertama disebut pemimpin adalah Dt.Rajo Pangulu.
- Lokasi Tewas.
Dt.Rajo Pangulu tewas dalam pertempuran sedangkan H.Abdul Manan tewas ditembak dihalaman rumahnya sewaktu diadakan penyisiran oleh tentara Belanda. Mengenai tewasnya Abdul Manan ini juga sesuai dengan Nazam Perang Kamang yang dikarang oleh Ahmad Marzuki, anak H.Abdul Manan (nomor 48 s/d 56) dan ulasan Koran Nieuwe Amsterdamsche Courant, terbitan 19 September 1908.
- Asal Pasukan Rakyat;
Pasukan Rakyat yang dipimpin oleh M.Saleh Dt.Rajo Pangulu tidak hanya penduduk Nagari Kamang, melainkan juga banyak yang berasal dari luar Nagari Kamang, seperti Magek, Kurai, Tilatang, bahkan ada yang berasal dari luar Luhak Agam (Padang Panjang, Malalo, Suayan, Pesisir Selatan dan Solok). Sedangkan pasukan rakyat yang dipimpin H.Abdul Manan hanya berasal dari 3 kampung ( Bansa, Hilalang dan Babukik).
- HASIL INTEROGASI POLOSI SETELAH PERANG KAMANG.
Disini disampaikan fakta-fakta dari pihak Belanda yang didapat selama interogasi Polisi setelah Perang Kamang, sebagai berikut:
“Pada pertengahan Maret 1908 Muhammad Saleh Datuak Rajo Pangulu sudah sudah mulai menggalang kekuatan untuk menentang Belanda. Mereka telah membuat kesepakatan untuk menentang Belanda, sampai mempersiapkan diri untuk berperang, yang terbukti dengan penyerangan terhadap tentara Belanda di Kampung Tangah dibawah pimpinan Muhammad Saleh Datuak Rajo Pangulu. Sedangkan H.Abdul Manan baru disebut belakangan, pada tanggal 4 Juni 1908. Mengadakan rapat di suraunya pada tanggal 11 Juni 1908. Dalam pertemuan tersebut beliau menyampaikan pidato terakhir, supaya jangan ragu mati syahid, kalau dia tewas agar perjuangan diteruskan. Dia yakin dapat menghadapi belanda dengan segala akibatnya, walupun pada saat terakhir banyak pengikutnya menarik diri”.
- FAKTA DI LAPANGAN
Fakta dilapangan yaitu berupa Eksistensi Makam; Makam M.Saleh Dt.Rajo Pangulu dan pasukannya telah diresmikan sebagai Makam Pahlawan, yang diresmikan oleh Bapak Jendral AH Nasution pada tanggal 15 Juni 1963, dengan nama Makam Pahlawan Perang Kamang 15 Juni 1908. Dalam komplek makam ini terdapat 70 makam. Sedangkan makam H.Abdul Manan bukan sebagai makam Pahlawan, hanya Makam H.Abdul Manan; disini sekarang terdapat 21 makam. Walupun demikian keduanya sudah resmi menjadi situs Budaya yang dilindungi UU No.11 Tahun 2010.
Selanjutnya Nazam Perang Kamang no.21 s/d 28, yang dikarang oleh H.Ahmad Marzuki, anak H.Abdul Manan, sesuai dengan laporan Westennenk tersebut, sbb: “Pasukan Rakyat dibawah pimpinan H.Abdul Manan datang dari arah Bansa. Sampai disimpang Pakan Bukik (sekarang Pakan Sinayan), mereka membelok kearah barat untuk membakar rumah Penghulu Kepala Hilalang, membunuh ayahnya (pensiunan Penghulu Kepala Hilalang) dan membunuh 5 ekor kudanya. Setelah terjadi serangan gelombang kedua oleh Pasukan Rakyat Kamang, barulah Pasukan Rakyat dari Bansa ini ikut menyerang Tentara Belanda berbarengan dengan Pasukan Rakyat Kamang.
Sebelum datang Pasukan Rakyat dari Bansa yang dipimpin oleh H.Abdul Manan, pertempuran Pasukan Rakyat yang datang dari Kamang dibawah pimpinan Muhammad Saleh Dt.Rajo Pangulu dengan Tentara Belanda sudah berlangsung, Perang Kamang sudah meletus. Seandainya tidak ada datang pasukan rakyat dari Bansa yang digerakan oleh H.Abdul Manan, yang namanya Perang Kamang sudah terjadi. Tetapi sebaliknya jika tidak ada Pasukan Rakyat dari Kamang dibawah Pimpinan Muhammad Saleh Dt.Rajo Pangulu datang menyerang tentara Belanda ke Kampung Tangah, sudah dapat dipastikan tidak ada yang namanya Perang Kamang. Toh, seandainya Pasukan Rakyat dari Bansa/Bukik dibawah pimpinan H.Abdul Manan saja / yang mulai menyerang Tentara Belanda ke Kampung Tangah, perangnya tentu bukan bernama Perang Kamang. Nama perang yang lebih tepat untuk perang yang dipimpin oleh H.Abdul Manan sesuai dengan pasukan rakyat Nagari yang beliau pimpin adalah Perang Bukik/ Perang Bansa.
Kalau kita memakai sifat nabi (futhanah), berfikir logis dan tidak mendustai hati nurani, dari uraian diatas dapat ditarik satu kesimpulan yang tidak diragukan dan tidak dapat disangkal lagi bahwa “pemimpin utama Perang Kamang yang meletus 15 Juni 1908 di Kampung Tangah adalah Muhammad Saleh Dt.Rajo Pangulu”. Bisa dibuktikan dengan kajian akademik maupun kajian ilmiah, mangaji lai diateh surek, maratok diateh bangkai. Berbeda dengan pernyataan bahwa pemimpin paling terkemuka dalam Perang Kamang adalah H.Abdul Manan. Ini hanya imajinasi sekolompok orang tertentu untuk mengkultuskan H.Abdul Manan dan sekaligus mengkerdilkan pemimpin lain, namun tidak ada pembuktian sejarah secara akademik, ilmiah maupun fakta dilapangan. Lebih ironisnya lagi yang mengemukakannya adalah lulusan S1, S2 dan S3 sejarah, maka muncullah make up history (sejarah meng ada-ada). Kami pernah membaca kata bijak Bung Karno tentang sejarah, “besarnya suatu bangsa ditentukan bagaimana kita menghargai sejarah masa lalu”. Inilah yang perlu kita hayati, kita dituntut untuk menghargai sejarah masa lalu, bukan membelok-belokan atau mendustakan sejarah dengan maksud tertentu. Senada dengan itu kami memyampaikan kepada kita semua “besarnya suatu nagari bukan ditentukan bagaimana kita mendustakan sejarah masa lalu”. Kalau kita mendustakan sejarah berarti kita mendustakan generasi kita yang akan datang, mendustakan anak cucu kita sendiri. Arwah para pelaku sejarah Perang Kamang pun (diantaranya H.Abdul Manan) juga tidak meredhai adanya make up terhadap sejarah yang telah mereka ukir.
Sepanjang apa yang telah disampaikan diatas, kami bukan menonjolkan ego pribadi maupun ego nagari. Juga maksud kami bukan untuk menggurui, bukan membuat permusuhan dan juga bukan mengecilkan arti perlawanan yang telah dilakukan oleh H.Abdul Manan beserta pasukannya, hanya semata-mata menyampaikan fakta sejarah, menyampaikan reality history (realita sejarah) untuk mengungkap kebenaran sejarah dan menjauhi make up history (sejarah mengada-ada). Semua pahlawan yang gugur dalam Perang Kamang maupun dalam perang lainnya untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan adalah pahlawan bangsa, yang patut selalu kita kenang dan kita hormati. Semoga ini dapat menjadi bahan bagi Pemerintah, terutama bagi Tim Peneliti Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) dan Tim Peneliti Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP).
Terakhir kami mohon maaf yang setulus-tulusnya kepada kita semua kok ado manyingguang kanaik manggisia katurun. Terima kasih.
__________________________________
Disalin dari blog: pemimpinperangkamang.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar