Langsung ke konten utama

Ramaya & Komunis

[caption id="" align="aligncenter" width="1920"] Gambar: https://www.psychologytoday.com[/caption]

Pemeberontakan Rakyat tahun 1926 masih belum terang benar tarikhnya di Nagari Kamang. Pada Tarikh Perang Kamang disebutkan bahwa Ramaya, anak dari Siti Anisah dan Nan Basikek merupakan pemimpin dari pemberontakan tersebut di Kamang. Namun agaknya tabir belum tersingkap karena asal muasala timbulnya pemberontakan itu di Nagari Kamang belum terang di hadapan kita.


Pada beberapa tulisan di blog ini, telah dapat tersigi agak sedikit perihal Tarikh Pemberontakan Rakyat tahun 1926. Ramaya yang kalau dilihat dari umurnya tatkala Perang Kamang meletus berumur 6 (enam) tahun maka dapat kita simpulkan pada tahun 1926 ia berumur 22 tahun.


Agaknya pemberontakan tahun 1926 ini memiliki kaitan dengan Pemberontakan Komunis tahun 1927 dimana pemberontakan yang terjadi pada tahun 1926 merupakan puncak dari kerusuhan politik, sosial, dan ekonomi yang telah berlangsung semenjak 1908.


Adalah Syarekat Hitam yang merupakan perhimpunan (organisasi) rahasia (bawah tanah) dari Partai Komunis di Sumatera Barat ketika itu. Mereka melakukan berbagai macam aksi teror kepada para penguasa kolonial beserta antek pribumi mereka. Kalaulah dapat kita sama sekarang maka aksi mereka ini sama dengan aksi para teroris yang banyak disangkakan orang itu. Bedanya ialah mereka bukan organisasi fiktif yang dibentuk untuk menyudutkan suatu aliran, pemahaman, ideologi, ataupun agama tertentu.


Agaknya Ramaya merupakan ketua dari perhimpunan rahasia ini di Nagari Kamang, diapun telah melancarkan beberapa aksi, salah satunya ialah dengan melakukan pembunuhan terhadap seorang penghulu dari Nagari Magek nan bergelar Datuak Tanang Sati. Siapa penghulu ini? Apa hubungannya dengan Pemerintah Belanda masa itu? belum didapat data yang pasti.


Menarik tentunya bagi kita orang Kamang, kenapa Ramaya yang ibu-bapanya merupakan sepasang mujahid yang harum namanya karena syahid di tahun 1908 berubah menjadi pengikut Komunis?


Baiklah kiranya kita jangan terlalu cepat menaruh rasa kecewa terhadap Ramaya yang ketika Perang 1908 masih kanak-kanak dan kemudian tumbuh gedang tanpa kasih sayang kedua orang tuanya. Keadaan nan berlaku masa itupun berlainan dengan nan kita bayangkan. Kamang menjadi salah satu nagari yang diawasi oleh Pemerintah Kolonial Belanda di Luhak Agam.


Trauma Masa Kecil, agaknya itulah nan berlaku pada diri Ramaya. Kebencian nan teramat sangat kepada Pemerintah Kolonial Belanda karena telah membunuh kedua ibu-bapanya sangat membekas pada dirinya. Dengan rasa marah dan kusumat itulah Ramaya tumbuh gedang, memendam kebencian nan teramat sangat kepada Belanda dan akhirnya mendapat tempat berlabuh pada Partai Komunis.


Kenapa Partai Komunis? Kenapa bukan perkumpulan nan bernuansa Islam nan juga banyak ketika itu?


Karena Partai Komunislah yang ketika itu bersifat sangat keras atau radikal kata orang sekarang. Partai Komunis merupakan suatu partai yang dipenuhi dengan ideologi kekerasan. Dimana rasa kusumat Ramaya dapat disalurkan oleh partai tersebut, tanpa organisasi yang matang, tanpa perhitungan dan perencanaan yang cukup mereka langsung bergerak menyerang, menikam, dan membunuh pejabat pemerintah. Hal mana telah diberi ingat oleh Tan Malaka kepada pengurus pusat Partai Komunis di Jogja ketika itu bahwa partai belum siap untuk mengambil alih kekuasaan.


Terlepas dari pengaruh Komunis hal mana pada masa sekarang juga sedang mengeliat untuk bangkit. Ramaya ialah seorang yang patut dikenang jasanya oleh penduduk Nagari Kamang. Seorang yang bermental pemenang, bukan pecundang apalagi bermental orang kalah. Kritis dan tiada hendak percaya dengan pemerintah yang zhalim terhadap raykat yang dipimpinnya. Berani mengambil sikap untuk melawan bukan dikuasai rasa takut akan tindakan keras yang akan diterima apabila tertangkap.


Masih adakah Anak Nagari Kamang serupa Ramaya ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum