“Padang, 20 Sept. (Aneta). Berhoeboeng dengan hal hilangnja Datoek Sati, adathoofd di Magek, tersiar kabar bahwa di onderdistr[ict] Kamang ada soeatoe perhimpoenan rahasia, didirikan oleh kaoem kominis. Perhimpoenan itoe bermaksoed hendak memboenoeh sekalian kepala-kepala Bp. [bumiputra]. Doea brigade militer dari Fort de Kock dikirim ketempat terseboet. Disana banjak orang-orang jang ditahan dan roemah-roemah jang digeledah.
Kabarnja pagi kelamarin majat Datoek Sati terdapat telah terkoeboer disisi soengai dekat Batoe Djoelang, ond. distr. Kamang. Roepanja ia diboenoeh oleh Ramaja, pemimpin pergerakan kominis dan beberapa orang temannja, jang sekarang lari.
Kemoedian dikabarkan poela: Di Pakan Selasa, ond. distr. Kamang adalah 40 orang kominis ditangkap dan 14 poetjoek senapang serta 1 poetjoek pistol dirampas. Pemimpinnja ditangkap di Fort dek Kock. Kabarnja kaoem perempoean toeroet tjampoer dalam pergerakan rahasia itoe. (J.B.).” (a)
“Roesoeh di Soematera Barat. Landrad Boekit tinggi soedah moelaï memeriksa perkara pemboenoehan atas Kepala ‘adat Datoe’ Tanangsati di Kamang. Pesakitan ada 45 orang, antaranya Ramaja, pemimpin kominis jang terkenal.
Di Loeboek Mintoeroen, serdadoe patroli telah menémbak mati seorang perampok bernama Boejoeng Taboeng, jang ketika akan ditan[g]kap, mentjoba membéla dirinja dengan seboeah péstol jang dibawanja. Demikian poela di Doekoe, serdadoe patroli telah menémbak mati seorang kominis, jang menjerang serdadoe itoe, ketika bertemoe. Ia membawa seboeah bedil.
Hadji Dagan, penolong [kawan] si Patai, telah menjerahkan dirinja. Soeman, perampok jang telah ditangkap, memberi keterangan, bahwa masih banjak bom jang disemboenjikan orang kominis. Di Loeboek bergaloeng, soedah kedapatan 24 boeah bom. Dihalaman roemah Si Oedjoet kedapatan djoega beberapa boeah [bom] lagi. Waktoe ditangkap ia sempat menjerang sersan De Bruijn dengan botol. Ia ditetak dengan kléwang dan mati karena itoe.” (b)
***
Laporan majalah Pandji Poestaka, No. 76, Tahoen IV, 24 September 1926, hlm. 1804 (a) dan No. 8, Tahoen V, 28 Januari 1927, hlm. 120 (rubrik Kroniek) yang memberitakan operasi-operasi lanjutan oleh pihak penguasa kolonial Belanda terhadap para ‘pemberontak’ komunis di Sumatera Barat. Dilaporkan peristiwan pembunuhan Datuk Tanangsati di Kamang oleh Ramaja, pantolan komunis di daerah itu. Laporan-laporan di atas, yang melengkapi laporan-laporan sebelumnya, menggambarkan apa yang terjadi di berbagai daerah dan siapa saja pemimpin-pemimpin lokal yang dibunuh dalam revolusi sosial yang tampaknya kurang terkoordinasi itu. Di pihak lain, laporan-laporan tersebut juga mencatat nama-nama pemimpin ‘pemberontak’ itu di berbagai nagari, baik di darek maupun di daerah Ommelanden (pesisir Barat Sumatera Barat). Seperti disebut oleh Rusli Amran dalam bukunya tentang sejarah kota Padang (1986), Si Patai (Rajo Jambi), pantolan ‘pemberontak’ yang disebut-sebut dalam lamporan di atas, akhirnya tetangkap dan dihukum mati.
Suryadi – Leiden University, Belanda | Padang Ekspres, Minggu, 13 September 2015
________________________
Disalin dari blog Engku Suryadi Sunuri: https://niadilova.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar