Langsung ke konten utama

Gelap rasanya

[caption id="" align="aligncenter" width="950"] Gambar: https://www.tes.com[/caption]

Penghulu, datuk tuan memanggil, bukan sembarang gelar, bukan pula sembarang panggilan. Tuah padanya penuh dengan pantangan akan sikap tercela, beban padanya penuh dengan tanggung jawab tak terkira.


Dimasa Paderi, semua ulama ialah Kaum Putih, namun tak semua penghulu ianya Kaum Hitam. Cukup banyak penghulu nan berdiri rapat dibarisan Kaum Putih.


Dimasa dahulu adat dan syari'at itu bertautan, dimasa kini, dicari-cari orang pertentangannya. Bagi nan baru belajar agama, dikatanya adat bertentangan dengan syari'at. Bagi nan kapatang baru ke surau dipandangnya adat itu kelam.


Memanglah kata orang padi hampo tegak batangnya, tong kosong nyaring bunyi, anjing panakut keras salaknya, orang tak berotak keras otanya.


Wajarlah apabila seorang nan dipenuhi kegelapan dan baru tahu akan adanya cahaya berkata bahwa "Adat itu bertentangan dengan agama, saya tiada hendak menurut petuah adat.."


Maklumlah kita akan sikap pandirnya itu, keras hati karena baru belajar, dahaga nan mesti dihilangkan. Tengoklah orang yang dahaganya telah terpuaskan, lebih tenang dan lapang hatinya dalam menghadapi persoalan.


Namun apabila sudah semufakat orang untuk menjadikannya pemimpin kaum, dituahkan dalam nagari namun berucap jua nan demikian, maka gelap benar rasanya alam ini. Manakan mungkin seorang yang tiada fasih bacaan shalatnya dapat dijadikan imam, manalah dapat Si buta menjadi penunjuk jalan, amatlah mengherankan apabila si lumpuh nan mengajari bersilat.


Bak kata orang: pelajarilah agama dan adat itu beriringan, niscaya akan bersua oleh engkau nan "berbuhul mati itu.."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan ...

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6...

Perihal Engku dan Encik

[caption id="attachment_894" align="alignleft" width="300"] Rumah Gadang yang telah Ditinggalkan di Nagari Kamang ini. Begitulah adat dan agama dianggap telah usang bagi yang muda-muda. Ditinggalkan dan dibenci. Taratik tak ada, kurang aja merajelala..[/caption] Beberapa masa yang lalu salah seorang anak bujang nan keren dan sangat gaul gayanya memberi pendapat terhadap tulisan kami di blog ini. Apa katanya “ engku encik tu ndak bahaso kamang tu doh tuan, tukalah jo nan labiah sasuai. .” Ah.. panas kepala ini dibuatnya, sesak dada kami dibuatnya, dan rusak puasa kami jadinya. Begitulah anak bujang sekarang, tak diajari oleh induaknya tak pula mendapat pengajaran dari mamaknya. Orang sekarang dalam mendidik anak ialah dengan mampalapehnya saja. Apalagi banyak orang tua yang mengidolakan ( tak e nyehan [1] ) anaknya, segala ucapan dan kelakuan anak ialah baik menurut keluarganya. Terlebih lagi bagi anak bungsu dan tongga babeleng [2] . Raso jo pareso, ...