Penghulu, datuk tuan memanggil, bukan sembarang gelar, bukan pula sembarang panggilan. Tuah padanya penuh dengan pantangan akan sikap tercela, beban padanya penuh dengan tanggung jawab tak terkira.
Dimasa Paderi, semua ulama ialah Kaum Putih, namun tak semua penghulu ianya Kaum Hitam. Cukup banyak penghulu nan berdiri rapat dibarisan Kaum Putih.
Dimasa dahulu adat dan syari'at itu bertautan, dimasa kini, dicari-cari orang pertentangannya. Bagi nan baru belajar agama, dikatanya adat bertentangan dengan syari'at. Bagi nan kapatang baru ke surau dipandangnya adat itu kelam.
Memanglah kata orang padi hampo tegak batangnya, tong kosong nyaring bunyi, anjing panakut keras salaknya, orang tak berotak keras otanya.
Wajarlah apabila seorang nan dipenuhi kegelapan dan baru tahu akan adanya cahaya berkata bahwa "Adat itu bertentangan dengan agama, saya tiada hendak menurut petuah adat.."
Maklumlah kita akan sikap pandirnya itu, keras hati karena baru belajar, dahaga nan mesti dihilangkan. Tengoklah orang yang dahaganya telah terpuaskan, lebih tenang dan lapang hatinya dalam menghadapi persoalan.
Namun apabila sudah semufakat orang untuk menjadikannya pemimpin kaum, dituahkan dalam nagari namun berucap jua nan demikian, maka gelap benar rasanya alam ini. Manakan mungkin seorang yang tiada fasih bacaan shalatnya dapat dijadikan imam, manalah dapat Si buta menjadi penunjuk jalan, amatlah mengherankan apabila si lumpuh nan mengajari bersilat.
Bak kata orang: pelajarilah agama dan adat itu beriringan, niscaya akan bersua oleh engkau nan "berbuhul mati itu.."
Komentar
Posting Komentar