Langsung ke konten utama

Kamang-Bukik

[caption id="attachment_1383" align="aligncenter" width="529"] Dimana dan rumah siapakah ini?[/caption]

Perang Kamang 1908, kami yakin bahwa inyiak-inyiak kita masa dahulu takkan menyangka anak cucunya akan bertikai serupa nan berlaku sekarang. Niat mereka hanyalah untuk membela agama Allah, menegakkan marwah Alam Minangkabau. Namun kini, karena hendak menggedangkan diri, hendak mendapatkan nama maka rusuh dalam nagari.


Apakah ini karena pengaruh zaman?


Kata orang, kita tengah berada di Zaman Tipu Daya serupa nan telah dinubuatkan oleh junjungan kita empat belas abad nan silam. Suatu zaman dimana batas antara yang haq dengan yang bathil sangat tipis dan payah untuk menyisihkannya.


Terkenang pula kami dengan perkataan dari Saidina Ali kepada salah seorang sahabatnya yang kami lupa namanya, begini kira-kira bunyinya; Janganlah engkau menyalahkan zaman, karena apabila ia dapat bercakap nisacaya ia akan berkata "Bukan daku nan salah, melainkan manusia nan mendiami bumi inilah yang telah berubah.."


Tatkala kami balik-balik kembali tambo nagari kita (Kamang) maka tersua oleh kami sebuah bagian yang membahas tentang Lareh Nan Bunta. Begini bunyinya;


Selanjutnya setelah ada penyusunan dalam Lareh Nan Bunta, maka diperdapatlah nama-nama nagari yang inilah kemudian dikatakan Ampek Angkek, diantaranya ialah:




  1. Sariak – Sungai Pua

  2. Batagak – Batu Palano

  3. Kurai – Banuhampu

  4. Canduang – Koto Laweh

  5. Biaro – Balai Gurah

  6. Lambah – Panampuang

  7. Kamang – Bukik

  8. Suayan – Sungai Balantiak

  9. Guguak – Tabek Sarojo

  10. Sianok – Koto Gadang
    (Ampek Angkek tidak termasuk Suayan – Sungai Balantiak, disebutkan hanya sebagai susunan dari rangkaian nama-nama nagari)


Tahukah engku, rangkayo, serta encik sekalian perihal Lareh Nan Bunta ini. Setahu kami hanya ada tiga Lareh yakni Koto Piliang, Bodi Chaniago, dan Lareh Dt. Sikalap Dunia yang menggabungkan kedua lareh ciptaan saudara laki-lakinya. Adapun perihal Lareh Nan Bunta amatlah payah kami berfikir dan mencari tahu.


Tatkala membaca tambo tersebut muncul pertanyaan pada kami:




  1. Pada daftar nama-nama nagari tersebut, masing-masing nagari dipasang-pasangkan. Apa gerangan maksudnya?

  2. Adapun dengan Nagari Kamang dipasangkan dengan Nagari Bukik. Dimanakah letak Nagari Bukik ini? tiada bersua oleh kami pada masa kini.

  3. Nagari Suayan dan Sungai Balantiak yang terletak tepat disebelah Nagari Kamang di sebalik bukik barisan. Terjawab sudah pertanyaan kami selama ini kenapa dua nagari nan terpisah cukup jauh itu berada dalam Kelarasan Kamang pada masa itu.

  4. Ampek Angkek dimana sepuluh pasang nagari ini dimasukkan, apapula maksudnya?


Kami yakin apabila jawapan pada pertanyaan kami nan nomor 2 (dua) dapat dijawab maka akan sedikit terurailah perkara Perang Kamang ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum