Langsung ke konten utama

Di tangan perempuan



[caption id="" align="aligncenter" width="477"] Gambar: http://www.langitperempuan.com[/caption]

Tak salah orang menjulukinya Bundo Kanduang dari Alam Minang..


Pikirannya tertuju kepada kaum ibu yang akan melahirkan pemuda harapan bangsa. Kaum Ibu yang hendak melahirkan manusia yang dikehendaki Illahi itu harus dibina sedemikian rupa hingga generasi yang dilahirkannya pasti sanggup memikul beban KHALIFAH di muka bumi ini. Usaha paling berat tapi harus dilaksanakan.


Itupun kalau kita meyakini bahwa hidup ziarah sebentar ke dunia ini benar-benar untuk menyelamatkan keluarga, menyelamatkan suku, menyelamatkan pulau, menyelamatkan bangsa dan atau untuk menyelamatkan dunia ini.


Karenanya pandangan utama harus ditujukan ke.. RUMAH TANGGA.


[Leon Salim. Rahma el Yunusiyah Satria Wanita dari Alam Minang” dalam Hajjah Rahmah el Yunusiyah dan Zainudin Labay el Yunusy: Dua Bersaudara Tokoh Pembaharu Sistem Pendidikan di Indonesia. Ed. Aminudin Rasyad (Jakarta: Pengurus Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang, 1991), 125-127]



Terkenang kami dengan kaji tuanku di surau "Biak buruknya suatu bangsa ditentukan dari perempuannya. Baik perempuannya maka baik pula bangsa tersebut, buruk perempuannya maka buruk pula bangsa tersebut.."


Engku di sebelah kami bersuara "Sebenarnya tak hanya dalam berbangsa, untuk hal nan lebih kecil semisal berkampung dan berkeluarga saja hal tersebut dapat kita jadikan bahan pengajaran.."


Demikianlah, tak salah kita orang Minangkabau beradatkan ke ibu sebab di tangan perempuanlah baik buruknya kita ini ditentukan. Alangkah beruntungnya keluarga, kampung, dan bangsa yang memiliki perempuan nan baik budi bahasanya, halus tingkah lakunya, rancak agamanya, dan pandai menghargai dirinya sendiri.


Sangatlah berlainan dengan nan kita dapati pada masa sekarang, dimana semakin hari semakin sulit mendapatkan perempuan nan menjaga diri sesuai dengan yang diajarkan oleh adat, disyari'atkan oleh agama.


Bagi mereka adat itu sudah kuno tak patut untuk dipakai lagi "Nan lah lakang dek paneh, lapuak dek ujan.." kata mereka "Agama itu penghalang kemajuan dan mengungkung hak-hak kami kaum perempuan.." timpal mereka lagi.


Semoga Nagari Kamang terjaga hendaknya dari perkara-perkara nan demikian..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum