Langsung ke konten utama

Bukik Baka-Guguak Rang Pisang

[caption id="" align="aligncenter" width="400"] Picture: https://ngopibareng09.blogspot.com[/caption]

Bukik Baka menghadap ke arah Gunuang Marapi dan Singgalang, jalan menuju ke puncaknya telah disiangi dan tak lagi ditumbuhi oleh semak belukar. Yang pasti jalannya terjal, pada beberapa tempat sudah dibuatkan pegangan oleh penduduk setempat.


Kira-kira setelah 2/3 mendaki bukit maka kita akan tersua dengan sebuah lepau yang dapat digunakan untuk berehat. Mendaki bukit bukanlah pekerjaan mudah apalagi bagi orang nan jarang menggerakkan badannya. Baiknya jumlah tempat pemberhentian dan lepau di jalur pendakian ditambah. Karena tidak semua orang membawa bekal dari bawah.


Jalur yang masih berupa jalan setapak patut untuk dipertahankan, jangan sampai dicor dengan semen karena dapat mengurangi keaslian. Pada masa sekarang, orang-orang mencari keaslian dari daerah yang dikunjunginya. Mata orang-orang telah jenuh apabila berhadapan dengan bangunan batu ataupun jalan yang dicor dengan semen. Mereka ingin merasakan, bagaimana rasanya bergulimang tanah itu.


Puncaknya amat tenang dan sejuk karena ditumbuhi oleh pohon cemara yang berdaun rimbun itu. Berkat adanya pohon ini maka orang-orang tak perlu kepanasan dan membuat orang betah untuk duduk berlama-lama dipuncaknya. Tepat dibagian belakang terdapat jalan setapa menuju bak air penampungan. Air yang digunakan sebagai sumber air oleh penduduk.


Pada puncak bukit terdapat beberapa balai-balai tempat duduk. Namun sayang, jumlahnya masih sedikit dan salah satunya dipakai untuk berdagang oleh beberapa pedagang, eloknya jumlah balai-balai ini ditambah. Perlu kiranya dibuatkan surau (mushalla) kaciak di puncak bukit ini karena perjalan naik turun yang memakan waktu, maka akan lebih baik apabila ada surau di atas puncak bukit ini. Selain itu dari sudut pandang artistik akan terlihat cantik dan memukau apabila dipuncak sebuah bukit terdapat sebuah surau. Kami yakin akan menjadi daya tarik tambahan untuk objek pelancongan ini. Tentu saja surau mesti dibuatkan jamban untuk orang bersuci, selain itu cukup banyak nan tiba-tiba merasakan hendak buang hajat tatkala sampai dipuncak bukit.


Tampek Sarok juga perlu menjadi perhatian karena dimana-mana di tempat pelancongan, para pelancongan (terutama orang Melayu) suka membuang sampah sembarangan. Bahkan walau sudah dibuatkan tempat sampah, masih tetap membuang sampah sembarangan.


Para dubalang parik paga nagari, penjaga marwah di dalam nagari perlu ditempatkan pada beberapa titik semenjak mulai dari bawah (awal mendaki) hingga sampai ke puncak bukit. Sebab setiap tempat pelancongan sangat rawan disalah gunakan untuk dijadikan sebagai tempat berzinah (bermaksiat). Jangan sampai karena ulah orang datang, marwah nagari ternodai.


Hati-hati pula dimasa sekarang dimana Hukum Islam dipandang buruk. Ada istilah persekusi yang amat jahat. Lupakah tuan dengan kejadian di Tanggerang? Dimana pasangan bujang-dara nan tertangkap ditelanjangi dan diarak keliling kampung hal mana merupakan hukuman nan teramat ringan bagi mereka. Dalam Hukum Syari'at mereka justeru mesti dicambuk sebanyak 100 kali.


Apa nan berlaku kemudian? Keluarga kedua pezinah ini justeru melaporkan orang-orang nan mengarak anak mereka ke polisi dan tuan polisi kemudian menangkap mereka. Sunggh terpana kami membaca berita ini, bukannya malu dengan perbuatan anak mereka justeru melakukan perlawanan dengan melaporkan ke polisi. Sungguh sudah putus urat malu orang zaman sekarang.


Jangan sampai berlaku serupa itu di kampung kita nantinya duhai engku, rangkayo, serta encik sekalian. Malu awak dibuatnya, dan kalau sampai ada nan dipenjara karena menenggakkan marwan nagari, kami tiada punya daya untuk menolong menyelamatkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum