Bukik Baka menghadap ke arah Gunuang Marapi dan Singgalang, jalan menuju ke puncaknya telah disiangi dan tak lagi ditumbuhi oleh semak belukar. Yang pasti jalannya terjal, pada beberapa tempat sudah dibuatkan pegangan oleh penduduk setempat.
Kira-kira setelah 2/3 mendaki bukit maka kita akan tersua dengan sebuah lepau yang dapat digunakan untuk berehat. Mendaki bukit bukanlah pekerjaan mudah apalagi bagi orang nan jarang menggerakkan badannya. Baiknya jumlah tempat pemberhentian dan lepau di jalur pendakian ditambah. Karena tidak semua orang membawa bekal dari bawah.
Jalur yang masih berupa jalan setapak patut untuk dipertahankan, jangan sampai dicor dengan semen karena dapat mengurangi keaslian. Pada masa sekarang, orang-orang mencari keaslian dari daerah yang dikunjunginya. Mata orang-orang telah jenuh apabila berhadapan dengan bangunan batu ataupun jalan yang dicor dengan semen. Mereka ingin merasakan, bagaimana rasanya bergulimang tanah itu.
Puncaknya amat tenang dan sejuk karena ditumbuhi oleh pohon cemara yang berdaun rimbun itu. Berkat adanya pohon ini maka orang-orang tak perlu kepanasan dan membuat orang betah untuk duduk berlama-lama dipuncaknya. Tepat dibagian belakang terdapat jalan setapa menuju bak air penampungan. Air yang digunakan sebagai sumber air oleh penduduk.
Pada puncak bukit terdapat beberapa balai-balai tempat duduk. Namun sayang, jumlahnya masih sedikit dan salah satunya dipakai untuk berdagang oleh beberapa pedagang, eloknya jumlah balai-balai ini ditambah. Perlu kiranya dibuatkan surau (mushalla) kaciak di puncak bukit ini karena perjalan naik turun yang memakan waktu, maka akan lebih baik apabila ada surau di atas puncak bukit ini. Selain itu dari sudut pandang artistik akan terlihat cantik dan memukau apabila dipuncak sebuah bukit terdapat sebuah surau. Kami yakin akan menjadi daya tarik tambahan untuk objek pelancongan ini. Tentu saja surau mesti dibuatkan jamban untuk orang bersuci, selain itu cukup banyak nan tiba-tiba merasakan hendak buang hajat tatkala sampai dipuncak bukit.
Tampek Sarok juga perlu menjadi perhatian karena dimana-mana di tempat pelancongan, para pelancongan (terutama orang Melayu) suka membuang sampah sembarangan. Bahkan walau sudah dibuatkan tempat sampah, masih tetap membuang sampah sembarangan.
Para dubalang parik paga nagari, penjaga marwah di dalam nagari perlu ditempatkan pada beberapa titik semenjak mulai dari bawah (awal mendaki) hingga sampai ke puncak bukit. Sebab setiap tempat pelancongan sangat rawan disalah gunakan untuk dijadikan sebagai tempat berzinah (bermaksiat). Jangan sampai karena ulah orang datang, marwah nagari ternodai.
Hati-hati pula dimasa sekarang dimana Hukum Islam dipandang buruk. Ada istilah persekusi yang amat jahat. Lupakah tuan dengan kejadian di Tanggerang? Dimana pasangan bujang-dara nan tertangkap ditelanjangi dan diarak keliling kampung hal mana merupakan hukuman nan teramat ringan bagi mereka. Dalam Hukum Syari'at mereka justeru mesti dicambuk sebanyak 100 kali.
Apa nan berlaku kemudian? Keluarga kedua pezinah ini justeru melaporkan orang-orang nan mengarak anak mereka ke polisi dan tuan polisi kemudian menangkap mereka. Sunggh terpana kami membaca berita ini, bukannya malu dengan perbuatan anak mereka justeru melakukan perlawanan dengan melaporkan ke polisi. Sungguh sudah putus urat malu orang zaman sekarang.
Jangan sampai berlaku serupa itu di kampung kita nantinya duhai engku, rangkayo, serta encik sekalian. Malu awak dibuatnya, dan kalau sampai ada nan dipenjara karena menenggakkan marwan nagari, kami tiada punya daya untuk menolong menyelamatkan.
Komentar
Posting Komentar