Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Musik Dikia Rabano di Nagari Kamang[3]

MUSIK DIKIA RABANO: MUSIK PROSESI DALAM BUDAYA MASYARAKAT KAMANG KABUPATEN AGAM Oleh: Martarosa Dalam Buku Bunga Rampai DIALEKTIKA SENI DALAM BUDAYA MASYARAKAT, ISBN: 978-979-8242-53-3, Badan Penerbit ISI Yogyakarta 2013   Abstract : Rabano dikia music as a musical procession culture in Agam regency Kamang , is a combination of tambourine percussion with vocal music that can not be separated . Both forms of music are linked in a single fabric of grain material . Arable poem music song used in the text as a musical procession dikia rabano entitled Shalawat , no rhyme form . This means that the sung text is fixed and not subject to change . Hence the interest in music , in addition to a distinctive melody trip , also recited poems that deal with idol - worship of the Prophet , Apostle , and gig guide from Allah SWT . Keywords:  Music Dikia Rabano, Music Procession , Culture. Lanjutan Bagian.2 2. Kegunaan dan Fungsi Musik Dikia

Musik Dikia Rabano di Nagari Kamang [2]

MUSIK DIKIA RABANO: MUSIK PROSESI DALAM BUDAYA MASYARAKAT KAMANG KABUPATEN AGAM Oleh: Martarosa Dalam Buku Bunga Rampai DIALEKTIKA SENI DALAM BUDAYA MASYARAKAT, ISBN: 978-979-8242-53-3, Badan Penerbit ISI Yogyakarta 2013   Abstract : Rabano dikia music as a musical procession culture in Agam regency Kamang , is a combination of tambourine percussion with vocal music that can not be separated . Both forms of music are linked in a single fabric of grain material . Arable poem music song used in the text as a musical procession dikia rabano entitled Shalawat , no rhyme form . This means that the sung text is fixed and not subject to change . Hence the interest in music , in addition to a distinctive melody trip , also recited poems that deal with idol - worship of the Prophet , Apostle , and gig guide from Allah SWT . Keywords:  Music Dikia Rabano, Music Procession , Culture. Lanjutan Bag. 1 PEMBAHASAN Sekilas Keberadaan Musi

Musik Dikia Rabano di Nagari Kamang [1]

MUSIK DIKIA RABANO: MUSIK PROSESI DALAM BUDAYA MASYARAKAT KAMANG KABUPATEN AGAM Oleh: Martarosa Dalam Buku Bunga Rampai DIALEKTIKA SENI DALAM BUDAYA MASYARAKAT, ISBN: 978-979-8242-53-3, Badan Penerbit ISI Yogyakarta 2013   Abstract : Rabano dikia music as a musical procession culture in Agam regency Kamang , is a combination of tambourine percussion with vocal music that can not be separated . Both forms of music are linked in a single fabric of grain material . Arable poem music song used in the text as a musical procession dikia rabano entitled Shalawat , no rhyme form . This means that the sung text is fixed and not subject to change . Hence the interest in music , in addition to a distinctive melody trip , also recited poems that deal with idol - worship of the Prophet , Apostle , and gig guide from Allah SWT . Keywords:  Music Dikia Rabano, Music Procession , Culture. [caption id="" align="aligncenter"

Tentang Luhan Nan Tigo

[caption id="" align="aligncenter" width="854"] Gambar: http://sijangeks.blogspot.com [/caption] Hal ini pernah dituangkan dalam sebuah kaset oleh Yus. Datuak Parpatiah dalam kasetnya berjudul ”Pitaruah Ayah” Wahai nak kanduang, kata ayah Janganlah bosan mendengarkannya Bercerita takkan lama Hanya karena berat menyimpannya Jika anak harus menimbang Simaklah dengan dalil mata batin Adapun tubuh manusia, terbangun dari tiga rongga Pertama rongga di atas Kedua rongga di tengah Ketiga rongga di bawah

Percikan Pertama Api Paderi

Tulisan di bawah ini disalin dari laman  Hidayatullah.com  sebuah media Islam di Indonesia. Tentunya bagi kita di Kamang banyak pertanyaan. Namun sekadar untuk mengingatkan bahwa banyak dari sejarah orang dahulu tidak utuh kita terima atau bahkan ada yang tidak sampai sama sekali kepada kita. Kami terkenang tatkala membaca sebuah buku perihal Paderi, menyangkut Benteng Kamang. Menurut sumber nan kami baca (yang telah lupa judulnya) bahwa Benteng Kamang mengitari dari Nagari Salo hingga ke Babukik (di Kamang Mudiak sekarang). Arti kata seluruh Nagari Kamang (Kamang Hilia) masuk ke dalam Benteng Kamang sedangkan Nagari Kamang Mudiak (yang konon kabarnya telah pecah menjadi tiga nagari) tidak, hanya Babukik, Bansa, Pakan Sinayan, dan entah apa lagi yang masuk ke dalam Benteng Kamang. Hendaknya hal tersebut menjadi pemikiran bagi kita semua guna diselidiki dan dicari tahu kebenarannya. Kita juga perlu mencari tahu (atau bertanya kepada penulis berita) darimana kiranya sumber penulisan mere

Belajar ke Nan Sudah

[caption id="" align="aligncenter" width="491"] Picture: https://pepnews.com [/caption] Pada akhir-akhir ini di negeri kita, berbagai tempat pelancongan baru bermunculan. Seolah-olah berlomba-lomba dalam menarik agar orang datang ke kampung masing-masing. Tidak hanya itu ada semacam kebanggaan apabila kampungnya masuk koran apalagi tipi. Di jejaring sosial gambar-gambar mengenai tempat pelancongan itu beredar. Apabila diambil dari sudut pengambilan gambar yang tepat maka akan semakin mempesonalah tempat itu. Belum lagi apabila ada  gadih jolong gadang nan  kamek bergaya manja di gambar itu. Tentulah menambah pesona dari tempat yang diambil gambarnya. Ramai orang datang sembar bergambar ria, kemudian memuatnya di jejaring sosial. Selepas itu kampung yang dikunjungi menjadi pembicaraaan, terkenal kemana-mana saja. Ya, itu agaknya nan diharapkan sebagian dari kita, keinginan menjadi terkenal, menarik perhatian semua orang. Kalau dapat seluruh pandangan ma