Pada akhir-akhir ini di negeri kita, berbagai tempat pelancongan baru bermunculan. Seolah-olah berlomba-lomba dalam menarik agar orang datang ke kampung masing-masing. Tidak hanya itu ada semacam kebanggaan apabila kampungnya masuk koran apalagi tipi.
Di jejaring sosial gambar-gambar mengenai tempat pelancongan itu beredar. Apabila diambil dari sudut pengambilan gambar yang tepat maka akan semakin mempesonalah tempat itu. Belum lagi apabila ada gadih jolong gadang nan kamek bergaya manja di gambar itu. Tentulah menambah pesona dari tempat yang diambil gambarnya.
Ramai orang datang sembar bergambar ria, kemudian memuatnya di jejaring sosial. Selepas itu kampung yang dikunjungi menjadi pembicaraaan, terkenal kemana-mana saja.
Ya, itu agaknya nan diharapkan sebagian dari kita, keinginan menjadi terkenal, menarik perhatian semua orang. Kalau dapat seluruh pandangan mata orang di Luhak Agam tertuju ke kampung kita. Tapi tuan, seperti kata kami barusan hanya "sebagian" karena sebagian lain menolak itu semua. Banyak masalah nan disebabkan orang datang ini. Terutama para Ahli Zinah.[1]
Pernah kami mendengar sebuah cerita, tatkala salah satu tempat pelancongan baru di buka di kampung kita. Salah seorang orang kampung menelpon dunsanaknya di rantau "Hei, pulanglah engkau, usah di rantau jua. Kini kampung awak telah maju, telah ramai oleh orang.."
Kami serahkan saja kepada tuan untuk menilainya. Nan hendak kami sampaikan ialah kehancuran dari suatu bangsa disebabkan oleh bangsa itu. Misal di masa dahulu, Belanda yang negerinya terkenal kecil[2] berhasil menjajah Indonesia yang entah berapa kali lipat dari luas negaranya. Katakan tuan, kenapa dapat berlaku penjajahan itu? Tak lain dan tak bukan ialah karena ada pengkhianat diantara kita yang memihak kepada sang penjajah.
Demikian juga saat ini, sebagian dari kita berlomba-lomba dan berkeinginan membuat kampung kita terkenal. Apakah dengan terkenalnya kampung kita itu dapat memberi makan anak kamanakan?
Belum lagi dengan kebejatan kelakuan yang mereka bawa ke kampung kita. Dahulu masih terngiang di telinga kami tatkala ada yang mengingatkan perzinahan yang kemungkinan dapat berlaku apabila tempat pelancongan dibuka di negeri kita "Tenang saja, adat dan agama di kampung kita kuat.."
Namun tengoklah sekarang, sudah ada nan mengupat. Pasangan kekasih muda-mudi berduaan di tengah rimba dimana kitalah yang menyediakan tempat untuk mereka. Bukankah sama hukumnya kita mendapat dosa zinah itu? Entahlah kalau tuan menjawab tidak.
Dahulu pernah kami mendengar seorang kawan dari Nagari Canduang berkisah, bahwa dahulu pada tahun 1990an di kampungnya pernah hendak dibuka oleh orang tempat pelancongan. Namun dilarang oleh para Alim Ulama dan Niniak Mamak di kampungnya itu. Kami heran "Kenapa pula?! Baguslah kalau ada tempat pelancongan di kampung engku, ramai orang datang.."
"Kalau diizinkan tempat pelancongan itu dibuka maka akan ramai pasangan muda-mudi datang bacewek ke sana, maka berlakulah zinah, dan kampung kami nan akan mendapat bala nantinya.." jawab kawan kami tersebut.
Telah nyata bagi kita berbagai bencana nan terjadi di Lombok, Palu, dan terakhir Banten. Tuan carilah di internet perihal tempat-tempat tersebut. Ramai zinah dan pelanggaran Hukum Syari'at berlaku disana.
Sesungguhnya ada beberapa golongan di kampung kita dalam menyikapi tempat pelancongan ini:
- Orang kampung dungu yang berpandangan bahwa maju atau tidaknya suatu negeri dilihat dari ramai atau tidak negeri itu.
- Orang kampung yang riya, gila popularitas, dan berkeinginan agar kampung kita terkenal dan disebut-sebut orang.
- Orang bermental saudagar yang ingin mengambil untung dari keramaian yang terjadi di kampung. Mereka berpandangan bahwa dengan dibukanya tempat pelancongan maka akan banyak uang masuk.
- Para pejabat yang menginginkan popularitas dan meninggalkan legacy dimasa pemerintahannya sehingga nanti dikemudian hari dapat disebut orang.
- Orang kampung yang masih lurus dan bersih dimana tidak menginginkan semua hal tersebut berlaku karena ibaratkan gula-gula, lebih besar mudharat daripada manfaat. Manis hanya pada permulaan namun kemudian hari menanggung sakit tak tertahankan.
Maaf tuan, kalau tuan kurang berkenan dengan pendapat kami. Namun hanya menunggu waktu saja kampung kita akan tergadai, terjual ke orang lain. Kini saja sudah ada beberapa tanah di kampung kita dibeli dan dimiliki oleh bukan orang Kamang. Padahal banyak orang Kamang yang berduit.
Apabila orang lain telah dibiarkan masuk ke kampung kita, maka tinggal menunggu waktu saja negeri ini akan tergadai. Belajarlah kepada Nagari Kurai, salah satu negeri di Luhak Agam yang pertama sekali tergadai. Kini anak kamanakan di nagari tersebut menanggung akibat perbuatan moyang mereka hampir dua abad nan silam.
________________________________
Catatan Kaki:
[1] Silahkan baca https://leokid.wordpress.com
[2] Luas Negeri Belanda 42.508 Km2, Luas Sumatera Barat 42.297 Km2, Luas Indonesia 5.455.675 km2
Komentar
Posting Komentar