Langsung ke konten utama

Akankah Sejarah Kembali Terulang

[caption id="" align="aligncenter" width="3840"] Gambar: https://quotefancy.com[/caption]

Pemilihan Raya tahun ini mengingatkan kita pada pemilihan lima tahun nan silam kecuali pada calon wakil yang berbeda. Sesungguhnya ini merupakan petarungan dua orang, ronde ke-2 mungkin.


Terkenang kami dengan lima tahun nan lalu, walau tidak ada Ijtima' Ulama namun umat Islam - yang beriman - memberikan suaranya pada salah satu calon. Walau dinyatakan kalah namun banyak diantara kita yakin bahwa kitalah pemenang pada masa itu. Hanya karena tidak ingin memeruncing keadaan dan membuat negara ini semakin tenggelam maka diterima semua itu.


Kini, keadaan nan kurang lebih sama berlaku kembali. Namun sesungguhnya tiada sama. Kalau dahulu Umat Islam menjadi satu-satunya pendukung utama serta sebagian kecil Non Muslim, maka kini beberapa pihak tampaknya telah beralih pilihan. Kaum Sekuler, Liberal, Non Muslim, dan bahkan kemungkinan ideologi yang selama ini mengiringi partai merah agaknya beberapa diantara mereka telah bertukar pandangan.


Kini Umat Islam tidak menjadi satu-satunya penyokong utama. Walau Umat Islam merupakan yang terbanyak  namun agaknya nan lebih terasa peranannya ialah kubu lain.


Terkenang kami dengan masa perjuangan kemerdekaan dahulu. Penyokong utama kemerdekaan ini ialah Umat Islam, salah seorang Proklamator bahkan pernah berjanji kepada beberapa orang ulama untuk menjadikan negara ini Negara Islam. Namun tanda-tanda itu semakin jauh setelah tujuh kata dalam Piagam Jakarta dihapuskan.


Tatkala negara ini tak kunjung jua menunjukkan tanda-tanda, apalagi Tuan Besar yang duduk di atas singasana sana semakin mesra dengan Komunis maka mulailah terjadi pergolakan di daerah yang dijuluki oleh Pemerintaha Pusat dengan Pemberontakan. Negara Islam Indonesia (NII)/ Darul Islam (DI) yang dipimpin oleh Kartosuwiryo, Daud Bereuh di Aceh, dan PRRI di Sumatera Tengah. Sungguh menarik karena Kartosuwiryo sendiri ialah rekan seperjuangan Tuan Besar sendiri yang akhirnya dihukum mati.


Semoga Sejarah Tak Kembali berulang,
Semoga Islam tak kembali dikhianati,
Semoga Negara tak lagi menempatkan diri berhadapan dengan Islam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum