Jangan menggantungkan harapan kepada Makhluk, namun gantungkanlah harapan kepada Khalik. Sesungguhnya Makhluk mengecewakan, dan Khalik tak pernah mengecewakan.
Kami pernah mendengar wasiat serupa itu bertahun silam, tatkala membaca sebuah roman Islami. Kami tiada tahu apakah itu berasal dari Al Qur'an atau Hadist Rasulullah, namun nan pasti amat terasa kepada diri kami.
Ya tuan, kami yakin tuan pasti pernah pula mengalami. Betapa di tempat nan jauh ini, berjarak dari tanah kelahiran, tak banyak kenalan sebangsa maka hati ini membutuhkan seseorang untuk dijadikan sebagai tempat berpegang. Apabila bersua dengan seseorang yang mendapat tempat di hati maka digantungkanlah harapan itu padanya. Diberi kepercayaan dan kesetiaan.
Namun tak jarang pula, kepercayaan nan diberikan itu dikhianati, kesetiaan nan telah dipersembahkan itu diperdaya oleh mereka. Hancur hati ini, ada nan menyimpan dendam ada pula nan pemaaf.
Terkenang dengan kaji tuanku di surau "Allah itu pencemburu tuan.."
Terkenang pula dengan masa dahulu semasa kanak-kanak "Engkau itu tatkala hendak ujian rajin shalat dan panjang do'a engkau itu.." cemooh bunda "Tapi pabila tidak, shalat engkau itu serupa patuh..[1]"
Dan kini dimasa nan penuh tipu daya dan muslihat ini, sekali lagi kita diuji. Ada nan menjatuhkan pilihan karena Fatwa Ulama, ada nan karena telah menimbang masak-masak, ada pula karena Kagum dengan Sosok Orangnya. Yang pertama dan kedua boleh tapi jangan nan terakhir. Sebab tidak ada orang nan sempurna, tak ada orang nan benar-benar baik apabila ulama telah dijauhi.
Pelajarilah kembali sejarah negeri kita, Syari'at yang selama ini diharapkan tak kunjung tegak, walau sebelumnya telah berjanji dengan berurai air mata. Berbagai pemberontakan yang muncul dan kepongahan Tuan Besar nan duduk di atas singasana yang bak kata pepatah serupa kacang lupa akan kulitnya.
Kini, kita juga patut untuk menyaringkan telinga dan menyalangkan mata, usah menerima mentah-mentah melainkan mesti diperiksa betul-betul. Bak kata pepatah kita tiba di mata tak dipicingkan, tiba diperut tak dikempiskan.
Namun lebih daripada itu, kita umat Islam memang tak memiliki banyak pilihan. Maka wasiat ulama kita diantara pilihan nan buruk, pilihlah nan kurang buruknya. Pilihan nan kita orang Minangkabau ambil pada masa sekarang bukanlah pilihan terbaik melainkan pilihan yang paling sedikit buruk/ mudharatnya.
Harapan kami kepada tuan, jangan memuja makhluk sebab yang patut untuk dipuja itu Allah Ta'ala. Usah menggantungkan pengharapan kepada makhluk, gantungkan saja harapan itu kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Semoga Islam menjadi nafas bagi republik ini,
Semoga Umat Islam menjadi tuan di negeri sendiri.
_________________________________________
Catatan Kaki:
[1] Petir, maknanya cepat, tak sempurna bacaan, tak ada tuma'ninah
_______________________________________
Baca Juga:
https://www.hidayatullah.com/artikel/ghazwul-fikr/read/2013/10/31/7083/hitam-putih-presiden-soekarno.html
https://abdurrahmanthoyyib.com/2017/07/06/jangan-pernah-bergantung-pada-manusia/
Komentar
Posting Komentar