Langsung ke konten utama

20. Peradilan Adat: Wilayah Hukum & Peradilan Adat Minangkabau

WILAYAH HUKUM DAN PERADILAN ADAT MINANGKABAU


Wilayah hukum dan peradilan adat Minangkabau mengacu ke dua lareh (kelarasan) adat Minangkabau. Dalam salah satu Tambo Minangkabau dijelaskan bahwa wilayah pusako Koto Piliang adalah luak nan tigo: 1) Luak Tanah Data, 2) Luak Agam dan 3) Luak Limo Puluah. Sedangkan wilayah pusako Bodi Caniago adalah Lubuak nan Tigo: 1) Lubuak Sipanai, 2) Lubiak Sumaung, dan 3) Lubuak Sikarah.


Pada masa Kesulthanan Pagaruyuang, sitem hukum dan peradilan Koto Piliang dipimpin oleh tujuh orang pimpinan yang dikenal dengan Langgam Nan Tujuah yang dipimpim oleh Panitahan Sungai Tarab. Masing-masing anggota Langgam Nan Tujuan mengemban fingsi dan tugas serta wilayah kepemimpinan masing-masing.


Pertama adalah Pamuncak Koto Piliang yang berperan sebagai pimpinan Langgam Nan Tujuah yang berkedudukan di dan dengan wilayah Sungai Tarab Salapan Batu. Kedua adalah Gajah Tongga Koto Piliang yang berperan sebagai kurir dan menjaga perbentengan bagian selatan Minangkabau yang berkedudukan dan memimpin di daerah Silungkang dan Padang Sibusuak.


Ketiga adalah Camin Taruih Koto Piliang yang berkedudukan dan memimpin daerah Singkarak dan Saningbaka yang bertugas sebagai badan penyelidik.


Keempat adalah Cumati Koto Piliang yang kedudukan dan memimpin daerah Sulit Air yang bertugas sebagai pelaksana hukum.


Kelima adalah Perdamaian Koto Piliang yang kedudukan dan memimpin daerah Simawang dan Bukit Kanduang yang diberi tugas untuk menjadi pendamai dari nagari-nagari yang bersengketa.


Keenam adalah Harimau Campo Koto Piliang yang berkedudukan dan memimpin wilayah Batipuh Sapuluah Koto, sebagai panglima perang.


Ketujuh adalah Pasak kungkuang Koto Piliang yang berkedudukan dan memimpin wilayah Sungai Jambu dan Labuatan dengan tugas utamanya mengawasi keamanan dalam nagari.


Pelaksana hukum Lareh Koto Piliang terdiri dari:




  1. Camin Taruih

  2. Pasak Kungkuang

  3. Cumati

  4. Padamaian

  5. Tapian

  6. Labuah nan Golong


 


Lareh Bodi Caniago yang dipimpin oleh Datuak Bandaro Kuniang, Gajah Gadang Patah Gadiang di Limo Kaum, memiliki wilayah kepemimpinan, hukum dan peradilan di wilayah Tanjuang Nan Apek dan Tigo Lubuak. Tanjuang nan Apek terdiri dari:


1) Tanjuang Bingkuang (Limo kaum dan sekitarnya),


2) Tanjung Sungayang,


3) Tanjuang Alam, dan


4) Tanjuang Barulak,


sedangkan Tigo Lubuak terdiri dari: 1) Lubuak Sikarah,


2) Lubuk Sipunai, dan


3) Lubuk Simawang.


Sistem kepemimpinan, hukum dan peradilan yang dipakai dalam kelarasan Bodi Caniago adalah sistem nan bambusek dari tanah, nan tumbuah dari bawah. Kaputusan buliah dibandiang—nan luruih buliah ditenok, nan bungkuak buliah dikadang. Maksudnya adalah bahwa segala keputusan ditentukan oleh sidang kerapatan para penghulu. Keputusan boleh dibanding, dipertanyakan dan diuji kebenarannya. Bila persoalan timbul pada suatu kaum, kaum itu membawa persoalan kepada Datuak nan Batigo di Limo Kaum. Karena itu dalam kelarasan ini hirarkinya adalah sebagai berikut; kamanakan barajo ka mamak, mamak barajo ka pangulu, pangulu barajo ka mupakaik, mupakaik barajo ka nan bana, nan bana badiri sandirinyo.


Ada lima tempat pelaksanaan persidangan




  1. Balai Panjang.


Tempat persidangan untuk semua lembaga (Raja, Koto Piliang, Bodi Caniago,    Rajo-rajo di rantau) berlokasi Tabek Sawah Tangah.




  1. Balairuang


    Tempat persidangan raja dengan basa-basa disebut Balairung




  1. Medan Nan Bapaneh


Tempat persidangan kelarasan Koto Piliang yang dipimpin Pamuncak Koto Piliang,  Datuak Bandaro Putiah




  1. Medan Nan Balinduang


Tempat persidangan kelarasan Bodi Caniago yang dipimpin oleh Pucuak Bulek Bodi Caniago, Datuak Bandaro Kuniang.




  1. Balai Nan Saruang


Tempat persidangan Datuak Bandaro Kayo di Pariangan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum