Langsung ke konten utama

24. Limbago Adat Minangkabau: Hirarki Limbago Adat Minangkabau

HIRARKHI LIMBAGO ADAT MINANGKABAU


Dalam konteks Adat Minangkabau sebagai Adat Sabatang Panjang yang berlaku diserluruh wilayah adat Minangkabau, baik di Luhak maupun di Rantau, hirarkhi limbago adat mengacu ke lareh (Lareh Koto Piliang, Lareh Budi Coniago, dan Lareh Pisang Sikalek-Kalek Hutan). Sitem kepemimpinan dan permusyawaratan Limbago yang berada dalam hirarkhi lareh Koto Piliang yang dikembangkan oleh Dt. Katumanguangan lebih bersifat ototarian—manitiak dari langik. Limbago  yang berada dalam hirarkhi lareh Budi Caniago yang dikembangkan oleh Dt. Parpatiah Nan Sabatang lebih bersifat demokratis—mambusuik dari bumi. Sedangkana Limbago yang berada dalam hirarkhi Lareh Pisang Sikalek-Kalek Hutan yang dikembangkan oleh Dt. Surimaharajo Nan Banego-Nego memilih bersifat moderat, berada diatara kedua lareh sebelumnya—Koto Pilaing nyo Indak-Bodi Caniago nyo Antah.


Lareh Koto Piliang yang disebut juga dengan Lareh Nan Tuo menerapkan sitem aristokrasi—sebuah sitem yang lebih mengutamakan arahan dari pemimpin yang hirarkhinya berada di atas. Semua keputusan pada semua tingkatan atau hirarkhi adat dibuat berdasarkan arahan dan keputusan dari pemimpin yang diamanahkan dan ketentuan adat yang telah ada—Nan babarih nan balabeh-Nan baukuan nan bakubuang; Curiang barih buliah diliek-Cupak panuah gantang babubuang. Lerah Koto Piliang yang wilayah sebarannya berada pada sebagian besar Luhak Tanah Data, Luhak Agam, dan sebagian besar wilayah (Rantau seperti Solok, Pesisir Selatan, dan beberapa daerah di Malaysia)—Hinggo Gunuang Marapi Hilia-Hinggo lauik nan sadidih-hinggo tanjuang gadang mudiak—masih dianut sampai sampai sekarang, namun ikatan hirarkhinya sudah semakin kabur.


Limbago yang berada dalam garis hirarkhi Lareh Koto Piliang yang dianut oleh Suku Koto, Suko Piliang dan suku-suku lain yang merupakan pecahan dari dua suku induk tersebut sekurang-kurangnya memiliki empat ciri:




  1. Pengambilan keputusan berdasarkan arahan dari pemimpin adat yang lebih tinggi, sesuai hirarkhinya—Titiak dari ateh-Turun dari tango; Ikan gadanga dalam lauik-Ikan jou makannyo; Kato Surang gadang saglo iyo; Nan Mailia dipalik-Nan manitiak ditampuang; Mambujua lalu-Malintang Patah.

  2. Pangulu memiliki kedudukan yang betingkat dangan hirarkhi yang jelas. Pangulu Andiko berada pada hirarkhi terendah yang memimpin langsung dan memiliki otoritas penuh kedalam kaum—baurek tunggang, Pangulu Suku adalah pemimpin adat yang memimpin suku yang berada diatas hirarkhi Pangulu Andiko. Sedangakan Pangulu Pucuak adalah pemimpin adat dalam sebuah nagari yang menjadi pucuk pimpinan adat di nagari—Bapucuak bulek-Baurek tunggang; Duduak indak sama randah-Tagak indak samo tenggi.

  3. Hirarkhi ini tersimbolkan pada konstruksi Ramah Gadang dan Balai Adat yang lantainya tidak sama tinggi. Rumah gadang dan Balai Adat Koto Piliang memiliki anjuangan (baanjuang) di bagain kiri dan kanannya dan balabuah gajah pada bagian tengahnya. Anjuangan pada bagian kiri dan kanan rumah gadang tersebut adalah tempat duduk Pangulu yang hirarkhi tinggi, sedangan bagian tengah yang posisinya lebih rendah adalah tempat para Pangulu yang lebih rendah hirarkhinya dalam adat.

  4. Gelar sako tidak bisa diganti sebelum orang yang memegang soko saat itu meninggal dunia.


Lareh Bodi Caniago menerapkan sistem demokrasi yang menekankan pada proses musyawarah untuk mencapai mufakat. Semua keputusan diambil melalui proses musyawarah yang demokratis yang sangat memperhatikan aspirasi dan suara dari bawah (anak-kamanakan) yang dipimpin. Sistem kepemimpinan Bodi Caniago yang dikembangkan oleh Dt. Parpatiah Nan Sabatang yang dianut oleh suku Bodi dan suku Caniago serta suku-suku pecahannya memiliki yang sebaran ke wilayah Luhak Limo Pulauh Koto, Kerinci, sebagain Malaka dan Negeri Sembilan (Malaysia) memiliki beberapa ciri utama:




  1. Pengambilan keputusan oleh limbago yang berada dalam garis hirarkhi Lareh Bodi Caniago dilakukan melalui prose musyawarah untuk mencapai mufakat—Kato surang dibuleki-Kato basamo kato mufakaik; Lah dapek rundiang nan saiyo-Lah dapek kato sabuah-Putuih kato dek mufakaik; Pipiah nan indak basudiak-bulek nan indak basandiang; Putuih gayuang dek balabeh-Putuih kato dek mufakat; Takuruang makan kunci-Tapauik makan lantak; Saukua mangko jadi-sasuia mako takana.

  2. Semua pangulu mempunyai hak, kedudukan dan kewenangan yang sama dalam limbago—Duak sahamparan-Tagak sapamatang; Duduak samo randah-Tagak samo tenggi.

  3. Kesetaraan ini disimbolkan pada konstruksi rumah gadang dan balai adat yang yang berlantai datar, tidak ada anjungan.

  4. Pemegang gelar sako (Pangulu) boleh digantikan atau dipindahkan kepada yang lain sebelum pemegang sako tersebut meninggal dunia.


Limbago yang berada dalam garis hirarkhi Lareh Nan Panjang yang disebut juga dengan Lareh Pisang Sikalek-kalek Hutan menganut sistem kepemimpinan dan permusyawaratan moderat, tidak otoritarian dan tidak pula demokratis—Pisang sikalek-kalek hutan-Pisang batu nan bagatah; Bodi Caniago inyo bukan-Koto Piliang inyo antah. Dengan demikian, limbago yang berada dalam hirarkhi ini, pada dasarnya, menerapkan kedua sistem kepemimpinan dan pemusyawaratan—Koto Piliang dan Bodi Caniago—secara bersamaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum