SIFAT PANGULU NAN AMPEK
Sebagai seorang pemimpin tertinggi dalam kaumnya, Pangulu harus memiliki keempat sifat Rasulullah S.W.A: 1) Siddik (benar), 2) Amanah (dipercaya), 3) Fathana (cerdas), dan 4) Tabligh (menyampaikan). Empat sifat ini merupakan sifat daras yang tidak boleh tidak, harus dimiliki oleh seorang Pangulu.
Siddik (Bana/ Benar) adalah sifat seorang Pangulu yang selalu berorientasi dan bersandar kepada kebenaran, sebagaimana diungkapkan dalam petatah-petitih adat:
Bajalan di nan luruih—bakato di nan bana
Jalan luruih—alua tarantang
Luruihnyo manahan tiliak-Luruihnyo manantang bana
Bananyo mahan bandiang
Timbangan paham ka narico
Balabehnyo manahan cubo
Jiko putiahnyo manahan sasah-jiko hitamnyo manahan tapo
Bantuaknyo dimakan siku-siku
Selain itu, seorang Pangulu harus konsisten, istiqamah dalam memegang, membela dan dan menegakkan kebenaran dalam keadaan bagaimanapun. Ia adalah seorang yang pantang menyerah dalam memegang, membela dan menegakkan kebenaran yang hakiki, sebagai mana diungkapkan dalam petatah-petitih adat:
Basilang tombak dalam parang—baribu batu panarung;
Parik tabantang manghalangi—tatagak paga nan kokoh
Badindiang sampai kalangik—baampang sampai ka muaro
Namun bana dianjak indak.
Jiko tahadok ka lauitan
Nan kodo di dadang panjang
Mandi batimbo ayia masin
Bagalah jo jari manih
Badayuang jo tapak tangan
Walau ka ango-angok ikan
Bogo ka jiwo jiwo patuang
Sampai maranang lauik api
Miki ka sobak bidang bau
Namun niek dalam hati satapak bapantang suruik
Nan bana tatap dipasuntiang
Amanah (dipercaya) adalah sifat Pangulu yang berkaitan dengan karakter kejujuran yang ia miliki. Dia menjadi orang yang dipercayai, bukan saja karena kecerdasan, luasnya ilmu pengetahuan, tapi juga karena kejujurannya dan kepribadiannya yang teruji. Pangulu dipilih dan dipercayai oleh anak-kamanakannya untuk memimpin; dan ia mengikrarkan Sumpah Pangulu didepan anak-kamanakan yang ia pimpin. Oleh karena itu, ia harus memiliki sifat amanah—mampu menjaga dan memelihara kepercayaan yang diberikan tersebut.
Kalauik indak bariak
Karimbo indak barangin
Walui dupujuak ameh jo perak
Indak bakucak lahia jo batin
Dibari amanaik indak kianaik
Kalau Bajanji batapaiti
Kini dunia isuak akhiraik
Ibati diri kini-kini
Nak luruih rantangkan tali,
Luruih bana dipacik sungguah
Indak manuhuak kawan sairiang
Indak Manggungtiang dalam lipatan
Fathanah (cerdas) adalah sifat seorang Pangulu yang mengacu ke kemampuan itelektualitas dan kecedekiawanan yang dimilikinya. Cerdas adalah kemampuan dasar Pangulu yang berkaitan dengan kemampuan berfikir cepat dan akurat; sedangkan cendekia adalah kemampuan dasar seorang Pangulu yang berkaitan dengan kearifan memberikan makna terhadap semua fenomena.
Tahun jo ereang nan jo gendenang
Tahu jo bayang kato sampai
Alun takilek alah takalam
Bulan disangko tigo puluah
Alun diliek alah tafaham
Lah tantu tampek bakeh tumbuah
Indak bapandai-pandai sajo
Pandai maatak maetokan
Pandai mauleh rumin putuih
Mauji samuik dalam batu
Paga adaik benteng pusako
Takilek ikan dalam ayia,
Alah tantu jantan batinonyo
Tahu jo runciang nan ka mancucuak
Tahu lantiang nan ka manganai
Tahu dahan nan ka maimpok.
Kecerdasan dan kecendekiawanan tersebut (baik akademik, emosional, maupun spiritual) harus digunakannya untuk mengayomi dan membina anak-kamanakannya, untuk membangun nagarinya dan menegakkan adat Minangkabau, sebagiman diungkapkan oleh petatah-petitih berikut ini:
Kaluak paku kacang balimbiang
Tampuruang lenggang lenggokkan
Baok manurun ka saruaso
Tanamlah siriah jo ureknyo
Anak dipangku kamanakan dibimbiang
Urang kampuang dipatenggaan
Tenggang nagari jan binaso
Tenggang sarato jo adatnyo.
Tabligh (Menyampaikan) adalah sifat yang seorang Pangulu yang mengacu ke kemampuan berkomunikasi atau berbicara. Ini bukan bermakna bahwa Pangulu harus orang yang suka berbicara, tapi ia harus seorang yang efektif berkomunikasi. Dia membina, mengayomi, dan melindungi anak-kanakannya dengan menjaga komunikasi yang menyejukkan dan menyenangkan semua orang. Semua kata-kata yang digunakan adalah fatwa yang selalu menjadi pegangan dan pedoman bagi anak-kamanakannya.
Seorang Pangulu bukan seorang yang suka asal bicara tanpa peduli dampaknya bagi orang yang mendengar; tapi bukan juga seorang yang suka berbicara untuk sekadar menyenangkan hati orang yang mendengar; dan bukan pula seorang yang suka berbicara untuk pencitraan diri. Seorang Pangulu adalah seorang yang memiliki kemampuan berbicara efektif. Sebelum melakukan komunikasi interpersonal (antar pribadi) atau komunikasi masa (komunikasi dengan orang banyak), seorang Pangulu selalu melakukan komunikasi intrapersonal (komunikasi internal dengan dirinya sendiri)
Bakato sapatah dipikiri
Bajalan salangkah madok suruik
Barundiang siang caliak-caliak
Mangecek malam agak-agak
Bapikia sabalun bakato
Pikia nan palito hati
Nanang nan baribu akal
Aniang itu ulu bicaro
Sadang tananang bana datang
Paham tibo aka baranti
Kato lah putuih sandirinyo
Sebagai perbadingan, perlu diketahu tiga sifat yang harus tidak dimiliki oleh seorang Pangulu: 1) pangaluah, 1) pangalah¸ dan 3) pangelah, 4) pangaliah. Pangaluah (pengeluh) mengacu ke sifat lemah seseorang manusia dampak dari sifat pencemas dan ketidaksabaran yang selalu berujung pada pasrah dan putus asa. Kecemasan sebenarnya merupakan dampak dari kurangnya penguasaan terhadap berbagai hal dalam lingkungan dan dirinya sendiri. Semakin membesar penguasaannya terhadap dirinya dan lingkungannya, maka semakin mengecil kecemasan dalam diri seseorang; begitu pula sebaliknya, semakin mengecil penguasaan terhadap diri dan lingkungan, semakin besar kecemasan—Walau bak mano sulik hiduik agak sapadi pantang mangaluah
Sifat kedua yang tidak boleh dimiliki oleh seorang Pangulu—pangalah (pengalah)—mengacu ke sifat lemah seorang manusia dampak dari sifat ragu-ragu dan tidakpercaya diri. Sifat ini bertolak belakang dari sifat siddiq seorang Pangulu yang konsisten dan istiqamah membela dan menegakkan kebenaran. Seorang Pangulu tidak pernah boleh mengalah dalam menegakkan dan membela kebenaran. Bagi seorang Pangulu, tidak berlaku kata-kata “mengalah untuk menang”, karana dia harus memegang prinsip “tidak pernah ada kalah-menang”; yang ada adalah “menang-menang”, karana yang “benar pasti menang”—kok basuo di tanah manang agak sabijo pantang mangalah
Pangelah adalah sifat lemah dari seorang manusia yang cenderung menghidar dari tanggung jawabnya. Ketika muncul sebuah masalah, seorang yang bersifat pangelah berusaha melepaskan dirinya dari masalah tersebut dan melemparkannya kepada orang lain. Ia tidak mampu memberikan respons terhdap tehadap keadaan yang sedang ia hadapai—irresponsible—tidak bertanggung jawab. Seseorang yang bersifat pangelah biasanya suka mencari-cari kesalahan oang lain dan/atau mendelegasikan tugas dan kewenanganya kepada orang lain. Akibatnya, tugas dan kewajibanya sering terabaikan—kalau tibo dibaban barek agak salangkah pantang mailak.
Pangalaih adalah sifat yang berkaitan dengan kesukaan mengalihkan hak seorang anak kamanakan, terutama untuk dirinya sendiri. Sifat ini dapat dikatakan sebagai perampasan hak orang lain, terutama anak-kamanakan yang dipimpinnya.
Komentar
Posting Komentar