PERSYARATAN UTAMA PENGHULU
Seorang penghulu adalah lelaki. Walaupun sistem kekerabatan Minangkabau mengikuti garis suku ibu (matrilineal) tidak dapat diartikan bahwa perempuan memegang kekuasaan dalam berbagai hal. Karena keempat unsur utama yang harus dimiliki oleh seorang penghulu yaitu sebagai pemimpin, pelindung, hakim dan pengayom merupakan unsur-unsur yang sangat dominan dalam menentukan kekuasaan, syarat-syarat tersebut berada di tangan pria yaitu di tangan Pangulu. Disini jelas terlihat bahwa pengaruh ajaran Islam (syara’) terhadap profil penghulu sebagi pemimpin terhadap perempuan, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا
Artinya:
“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagain mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka". (QS. An Nisaa’ : 34)
Penghulu berilmu pengetahuan yang luas. Sebagai seorang penghulu yang memikul amanah sebagai hulu/ ketua/ pimpinan dalam kaumnya, ia harus seorang yang mempunyai nilai lebih dalam bidang ilmu pengetahuan memiliki iman yang kokoh, sebagaiman dungkapkan oleh petatah-pelititih berikut:
Nan cadiak candokio- nan arif bijaksano
Nan tau di unak kamanyangkuik-Nan tau di rantiang ka mancucuak
Nan tau di angin nan basiru-Nan tau di ombak nan badabua
Nan tau di karang nan baunguak-Nan tau di pasang turun naik
Nan tau jo ereng nan jo gendeng-Nan tahu di bayang kato sampai
Alun takilek lah bakalam
Takilek ikan dalam aia, lah jaleh jantan batinonyo
Persyaratan ini adalah bentuk pengamalan dari syara’ (Islam), sebagaimana tertuang dalam al-Qur’an bahwa seorang pemimpin diberi kelebihan dalam ilmu dan postur tubuh yang perkasa:
وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا ۚ قَالُوا أَنَّىٰ يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ ۚ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ ۖ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya:
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu". Mereka menjawab: "Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi (mereka) berkata: "Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa". Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.
Selain itu, Rasulullah SAW dalam sabdanya mengisyarat seorang pemimpin harus berilmu.:
Siapa yang menginginkan kehidupan duniawi, maka ia harus berilmu, siapa yang menghendaki kehidupan ukhrawi maka ia harus berilmu, dan barang siapa yang menghendaki kedua kehidupan tersebut harus dengan ilmu" (Sabda Rasulullah SAW Riwayat Muslim)
Selain persyaratan utama diatas seorang Pangulu harus memiliki empat sifat yang Rasulullah S.A.W: 1) Siddq, 2) Tablik 3) Amanah, 4) Fathanah
- Seorang penghulu, mempunyai sifat yang benar (shidiq) dan lurus (istiqamah), tidak pendusta, diyakini ittikad baiknya terhadap adat Minangkabau serta teguh memegang kebenaran. Seperti kata pepatah adat "lahia jo batin saukuran, isi kulik umpamo lahia, sakato lahia dengan batin, sasuai muluik dengan hati". Selanjutnya syara’ memperkuat apa yang terdapat dalam pepatah tersebut.
Di dalam ajaran Islam (syara’) sifat tercela tersebut tadi adalah tanda-tanda orang munafik yang sangat dibenci Allah SWT. Tanda orang munafik itu terdapat dalam sabda Rasulullah SAW riwayat Bukhari dan Muslim sbb.:
Artinya: Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yakni apabila berbicara ia bohong, apabila berjanji ia mungkir dan apabila diberi amanah ia khianat.
- Seorang yang akan menjadi penghulu hendaklah orang yang pasih lidahnya dalam berbicara dan dapat meyakinkan orang lain dalam menyeru kepada kebaikan dan menjauhi kemudaratan. Pepatah adat mengatakan :
Murah kato takatoan, suliek kato jo timbangan, kato nan liok-liok lembai, rundiang nan elok lamak manih, sakali rundiang disabuik takana juo salamonyo, rundiang nan tagang-tagang kandua, rundiang nan tinggi-tinggi randah, nan bak maelo tali jalo, raso tagang dikandui, agak kandua ditagangi, diam di kato nan sadang elok banyak andai jo kucindan, banyak galuik jo gulasang.
Syara’ mengatakan seperti yang terdapat dalam al-Qur’an (QS. Ali Imran : 104) Allah SWT berfirman :
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan dan menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah kepada yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung"
Selanjutnya menurut Idrus Hakimi, sifat yang empat tadi disempurnakan dengan sifat sabar dan lemah lembut, karena lemah lembut dan perkataan menjadi kunci terbuka hati nurani seseorang. Pepatah adat mengatakan :
"Manahan sudi jo siasek, ulemu bak bintang bataburan, lawik tak karuah karano ikan, gunuang tak runtuah karano kabuik, bumi lapang alamnyo leba, muluik manih kucindan murah, budi haluih bak lawik dalam "
Pepatah ini seperti melaksanakan ajaran Islam (syara’) dalam QS. Ali Imran : 159, Allah SWT berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya :
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Komentar
Posting Komentar