Langsung ke konten utama

PERAN HABAIB DAN TNI DALAM PENUMPASAN PEMBERONTAK PKI


CATATAN SEJARAH #3

PERAN HABAIB DAN TNI DALAM PENUMPASAN PEMBERONTAK PKI
💥
Hari Kamis tanggal 5 Jumadil Akhir 1385 Hijriah bertepatan dengan tanggal 30 SEPTEMBER 1965. Di Jakarta, Indonesia terjadi sebuah gerakan yang mashur disebut dengan sebutan G30SPKI. Dimana telah terjadi Penculikan bahkan Pembunuhan para Jenderal TNI yang menurut penuturan dari para saksi disaat para jenderal disiksa dan dimasukkan ke sebuah sumur.
Mereka bersorak sorai dengan perkataan " GANYANG KABIR GANYANG KABUR GANYANG KABIR ......... " dan diantara mereka ada yang dengan riangnya mendendangkan lagu Genjer Genjer. LAGU GENJER-GENJER adalah sebuah Lagu yang dipakai oleh PKI untuk PROPAGANDA. Sedangkan sebutan KABIR adalah KAPITALIS BIROKRAT.
Lagu genjer genjer sendiri dilawan pada masa itu dengan sebuah sholawat yang bernama SHALAWAT BADAR susunan KH ALI MANSUR SIDDIQ dari BANYUWANGI atas perintah ALHABIB ALI ALHABSYI KWITANG Jakarta dan HABIB ALI sengaja mencetak di Percetakan AL AIDRUS Jakarta dan menyebar luaskan sholawat tersebut dan diminta pula untuk dibacakan di setiap menjelang waktu sholat maghrib.
Suasana mencekam di Jakarta dan AlHabib Ali AlHabsyi di Majlisnya setiap hari ahad pagi terhitung mulai tanggal 1 OktoYber 1965 bertepatan dengan 6 Jumadil Akhir 1385 Hijriah meminta agar masyarakat tenang sebagaimana hal tersebut di utarakan oleh ALHABIB SALIM BIN JINDAN juru bicara Majlis pada saat itu.
Dan pada saat keadaan dapat dikendalikan Bapak SARWO EDI dan RPKAD nya berkunjung kepada ALHABIB ALI ALHABSYI untuk memohon doa restu didalam menumpas PKI, ALHABIB ALI beserta PARA HABAIB DAN ULAMA pada saat itu mendoakan agar Bapak Sarwo Edi dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan sukses.

KETERANGAN FOTO :
Nampak Bapak SARWOE EDIE yang ditemani Bapak SITOR SITUMORANG meminta Doa dari AlHabib Ali bin Abdurrahman AlHabsyi Kwitang untuk bertugas didalam menumpas PKI.
Nampak hadir pada waktu itu PROF DR THORIC SAHAB, ALHABIB ALI BIN HUSEIN ALATAS, ALHABIB MUHAMMAD BIN ALI ALHABSYI.
SUMBER : USTADZ ANTOE DZIBRIL

Disalin dari kiriman FB Muji Hartati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum