Langsung ke konten utama

Ado-ado Sen

Pakan Salasa atau Pakan Magek


 

 

Di Jorong Pintu Koto, tepatnya pada perbatasan antara Nagari Kamang dengan Nagari Magek terdapat sebuah pasar atau biasa disebut pakan oleh anak nagari. Pakan ini merupakan pasar serikat yang penyelenggaraannya diadakan oleh kedua nagari. Pasar ini diadakan setiap hari Selasa dan Jum’at, sehingga lazim juga disebut dengan Pakan Salasa.

Memang sudah menjadi kelaziman di beberapa nagari di Minangkabau pasar mereka diberi nama sesuai dengan hari penyelenggaraannya. Seperti Pakan Sinayan di Kamang Mudiak, Pakan Kamih di Aua Tilatang, Pakan Akaiak, dan Pakan Raba’a.Namun sudah semenjak beberapa lama terdengar suara kalau Nama Pakan Salasa sudah diubah menjadi Pakan Magek. Yang mempopulerkannya tentunya beberapa orang anak Nagari Magek. Secara resmi memang nama “Pakan Salasa” masih dipakai, namun dalam percakapan sehari-hari ataupun kalau ada yang bertanya “Apa gerangan nama pakan ini?

Maka akan dijawab oleh orang Magek “Nama pakan ini ialaha Pasa Magek..

Bagi orang yang tak tahu maka mereka akan mengamini saja, sedangkan yang paham akan bergejolak hatinya. Beberapa orang Kamang yang paham pabila mendengar perkara semacam itu hanya diam. “Tak patut untuk dilawan..” kata mereka.

Entah apa penyebabnya bagi orang Magek, sejauh pengetahuan kami rasa fanatik ke nagari pada masa sekarang sudah mulai berkurang. Kata orang tua-tua di kampung, pada masa dahulu sering terjadi perang antar nagari. Memang yang bertengkar biasanya anak-anak muda. Dan hal ini terus berlanjut pada periode akhir tahun 1990-an. Pada masa sekarang hal semacam itu hampir jarang kita temui lagi.

Namun begi beberapa orang pada masing-masing nagari (Kamang & Magek) rasa fanatik ke nagari tesebut tentunya masih ada yang tersisa. Orang-orang semacam ini sangat sedikit dapat kita temui pada kedua nagari. Seiring dengan semakin majunya pendidikan, eratnya perhubungan antara kedua nagari maka rasa fanatik ke nagari dapat ditekan atau bahkan dihilangkan. Maka alangkah eloknya segala bentuk benih-benih yang dapat memancing rasa fanatik tersebut untuk muncul kembali sebaiknya kita redam.

Tidak patut bagi orang berpendidikan, dan terutama sekali tidak patut bagi orang-orang mengaku orang moderen. Sikap fanatik ke nagari bukanlah ciri dari orang moderen..

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum