Langsung ke konten utama

Berjualan Kacang di Bulan Puasa

[caption id="attachment_818" align="alignright" width="300"]Salah satu rumah gadang di Taluak Salah satu rumah gadang di Taluak. Maaf gambar tak ada hubungan dengan tulisan[/caption]

Salah satu kekhasan di beberapa kampung di Minangkabau ini ketika bulan puasa ialah ramainya orang berjualan. Begitu juga di kampung kita ini, ramai orang  menjual kacang goreng pada masa dahulunya. Yang menjual biasanya anak-anak bujang. Mereka mulai berjualan selepas Ashar, berjalan-jalan keliling kampung menjual kacang yang diletakkan di dalam karung yang terbuat dari daun mansiro.[1]

Cara mereka mempromosikan dagangan mereka ialah dengan cara berteriak-teriak di tengah jalan “Kaacang goreeeeeeeeeeeeeng..!

Serupa agaknya dengan kanak-kanak yang berjualan gorengan di beberapa kota di negeri kita ini.

Kacang dijual dengan satuan liter. Dan hebatnya, jika ada yang membeli maka pembelilah yang harus menyediakan tempat untuk kacang-kacang tersebut. Apakah digenggam saja atau membawa tempat khusus dari rumah. Tidak serupa sekarang, dimana banyak pembali yang manja dimana plastik asoi menjadi wajar. Akibatnya, sarok, sampah dan polusi linkungan.

Namun, hal demikian tak lagi bersua pada diri kita orang Kamang. Patutlah hebat-hebat orang dahulu, semenjak kanak-kanak sudah berlatih untuk menjadi saudagar, businessman, pedagang.







[1] Tumbuhan yang biasanya tumbuh di dalam tebat (kolam),rawa-rawa, atau tempat-tempat yang berair.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan ...

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6...

Perihal Engku dan Encik

[caption id="attachment_894" align="alignleft" width="300"] Rumah Gadang yang telah Ditinggalkan di Nagari Kamang ini. Begitulah adat dan agama dianggap telah usang bagi yang muda-muda. Ditinggalkan dan dibenci. Taratik tak ada, kurang aja merajelala..[/caption] Beberapa masa yang lalu salah seorang anak bujang nan keren dan sangat gaul gayanya memberi pendapat terhadap tulisan kami di blog ini. Apa katanya “ engku encik tu ndak bahaso kamang tu doh tuan, tukalah jo nan labiah sasuai. .” Ah.. panas kepala ini dibuatnya, sesak dada kami dibuatnya, dan rusak puasa kami jadinya. Begitulah anak bujang sekarang, tak diajari oleh induaknya tak pula mendapat pengajaran dari mamaknya. Orang sekarang dalam mendidik anak ialah dengan mampalapehnya saja. Apalagi banyak orang tua yang mengidolakan ( tak e nyehan [1] ) anaknya, segala ucapan dan kelakuan anak ialah baik menurut keluarganya. Terlebih lagi bagi anak bungsu dan tongga babeleng [2] . Raso jo pareso, ...