[caption id="attachment_1538" align="alignleft" width="300"] Lambang Nagari Kamang Hilia[/caption] Beberapa masa yang lalu kami bersua dengan seorang engku yang rupanya berasal dari salah satu nagari di Luhak Agam ini. Kami bercakap-cakap perihal orang kampung, maklumlah engku orang rantau kalau bersua dengan orang-orang yang sekampung pastilah bernostalgia. Memanglah nagari kami tak sama, namun di rantau orang asalkan masih orang Kamang Magek, Tilatang Kamang, Bukittinggi, Luhak Agam, atau Minangkabau maka kita akan langsung merasa dekat. “Tidak tuanku, maota saja engku ini! Kalau benar kenapa saya tidak merasakan hal yang serupa?” tanya engku dan encik kepada kami. “Memanglah benar demikian, sebab masing-masing orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda pula. Namun pernyataan kami di atas seperti kata orang sekarang iala menjeneralisir. ” Begitulah engku dan encik sekalian. Engku tak begitu lama kami bercakap-cakap, maka kemudian datanglah kawan engku