Langsung ke konten utama

Sipak Tarompa & Sipak Kaleng

[caption id="attachment_1108" align="alignright" width="300"]Seorang Gadis Kecil sedang berlarian di pematang sawah mendahului ibundanya. Latar belakang gambar ialah Rimbo Bukik Barisan Gambar: Diambil pada salah satu kawasan persawahan di kampung kita. Seorang Gadis Kecil sedang berlarian di pematang sawah mendahului ibundanya.
Latar belakang gambar ialah Rimbo Bukik Barisan
Gambar: Diambil pada salah satu kawasan persawahan di kampung kita.[/caption]

Terdapat satu permainan serupa dengan permainan “Kuciang Mandok”, nama permainan itu ialah “Sipak Tarompa”[1] dan “Sipak Kaleng”. Permainan ini sangat ramai peminatnya oleh kanak-kanak pada masa dahulu. Mereka senang sekali apabila melihat kawan mereka “parah” (kena hukum) dalam masa yang begitu lama.

Dalam permainan Sipak Tarompa, maka satu tarompa milik masing-masing pemain “disumbangkan” untuk diletakkan pada satu lingkaran yang telah dibuat. Pada lingkarang tersebut, setiap pemain harus meletakkan tarompa mereka.

Permainan dimulai dengan balasuk, bagi yang kalah maka dialah yang manjadi. Permainan diulai dengan melemparkan semua tarompa yang telah dikumpulkan di dalam lingkaran oleh para pemain. Melemparnya tidak pula terlalu jauh, cukup dikira-kira saja, sebab kalau terlalu jauh, kasihanlah kita kepada kawan yang manjadi.

Masa yang dipakai untuk mengumpulkan seluruh tarompa itulah yang digunakan oleh para pemain yang lain untuk bersembunyi. Tugas yang manjadi ialah menjaga agar tidak ada seorangpun yang melemparkan kembali tarompa keluar dari lingkaran. Serta mencari tempat persembunyian kawan-kawannya.

Sedangkan para pemain yang lain akan berusaha melemparkan kembali tarompa yang telah terkumpulkan dari dalam lingkaran.

Cara yang sama hampir sama dipakai untuk bermain “Sipak Kaleng”. Hanya saja dalam “Sipak Kaleng” yang dipakai bukanlah tarompa melain kan kaleng bekas kue kaleng atau kaleng bekas “Susu Bendera”[2]. Kaleng tersebut diisi dengan beberapa butir batu agar dapat berbunyi apabila dikuncang-kuncang. Kemudian sama dengan permainan Sipak Tarompa, kaleng tersebutpun dilemparkan oleh para pemain yang lain. Berbeda agaknyadengan Sipak Tarompa karena jika pada Sipak Tarompa para pemain akan mengira-ngira dalam melempar tarompa sebab kasihan dengan kawan yang manjadi. Sedangkan dalam Sipak Kaleng, para pemain akan melempar cukup jauh kaleng yang digunakan tersebut. Sebab hanya satu kaleng yang dipakai.

Begitulah engku dan encik sekalian, apabila terdapat kekurangan, kejanggalan, dan kekhilafan dalam penjelasan kami ini kami mohonkan maaf. Berkenankah kiranya engku dan encik untuk menambah dan memperbaiki keterangan kami ini?







[1] Sepak Terompa/Sandal




[2] Susu Bendera merupakan satu-satunya mereka susu kaleng pada masa itu kemudian baru keluar mereka Dancow dan kemudian merek-merek lainnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum