Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Perjodohan (Fasal.4)

Batando (Hal-Ihwal) [caption id="attachment_1644" align="alignleft" width="300"] Hamparan sawah di Joho[/caption] Secara harfiah (bahasa) dapat diterjemahkan sebagai bertanda, yang berasal dari kata tanda dan diberi awalan ber-. Banyak orang Kamang yang memahaminya sebagai bertunangan dalam adat orang Indonesia lainnya. Namun sesungguhnya kedua perkara tersebut ialah berlainan pada hakikatnya. Batando dalam Bahasa Minangkabau berasal dari kata tando yang diberi awal ba-. Batando maknanya ialah bahwa lelaki atau perempuan pada mata bathin bahwa mereka telah memiliki ikatan. Lalu engku dan encikpun bertanya “Bagaimana cara melihat tanda bathin itu tuanku?” Tentulah tak dapat dilihat begitu saja dengan mata zahir, melainkan hendaklah dicari tahu dengan bertanya. Jadi jangan sembarang meminang anak orang, bertanyalah!! Itulah yang kurang di kita pada masa kini “Bertanya ialah tanda orang pandir!!” anggapan orang sekarang. Dan sebagian besar orang tak

Perjodohan (Fasal.2)

Manuruk (Manuruik, Meminang) Pada tulisan yang dahulu telah kami jelaskan langkah awal dalam mencari jodoh untuk anak-kamanakan di kampung kita ini. Maka apabila kata sepakat telah didapat maka dilanjutkanlah kepada langkah selanjutnya. Setelah jelas keputusan dari Si Buyuang , dan telah mendapat kabar pula Si Upiak , maka itulah pertanda pernikahan akan menjelang. Kedua keluarga akan segera bertautan, hubungan kerabat akan bertambah, dan tali silaturahim akan diperpanjang. Maka dikabarilah mamak kedua belah fihak, disampaikanlah “ Si Buyuang/Si Upiak telah gedang [1] , yang dahulu bajunya lapang sekarang telah menjadi sempit, dahulu pekawan sekarang telah bersobok [2] dengan jodohnya, telah bersua ruas dengan buku, telah didapat tulang rusuk nan hilang/ telah didapat imam untuk Si Upiak.. ” Dijelaskan pula oleh orangtua Si Buyuang kepada mamak yang mendapati “ B eberapa masa yang lalu telah datang menurut kepada kita Sutan Fulan, kamanakan Datuak Itu dan bersukukan Anu. Bertanya pe

Perjodohan (Fasal . 1)

Rosok Aia-Rosok Dadak [1] Rosok aia-rosok dadak, ialah suatu istilah atau ungkapan yang dalam masyarakat kita digunakan sebagai perumpamaan. Ianya bermakna suatu usaha yang dilakukan oleh fihak keluarga seorang perempuan dalam menyelidiki mengenai perihal diri seorang lelaki kepada keluarganya. Apakah dia masih sendiri atau sudah punya calon isterikah? Tidak ada aturan baku mengenai siapa orang yang akan diutus untuk mencari tahu perihal diri seorang lelaki kepada fihak keluarganya. Bisa saja bapak [2] , mamak [3] , etek, maktuo, kakak, tuan [4] , atau fihak kerabat yang lain. Begitu juga dengan fihak yang dituju, dapat saja langsung kepada ayah atau ibunya, atau kepada mamak, ataupun kepada kerabat lain yang dirasa tahu perihal keadaan diri Si Buyuang. Semuanya dilakukan secara diam-diam tanpa diketahui oleh orang banyak. Yang mengetahui ialah keluarga dan kerabat dekat saja. Salah satu tujuannya ialah untuk menghindari rasa malu apabila perjodohan ini gagal tidak berjalan sesuai den