Sungguh terkejut kami membaca pandangan seorang Belanda pada masa tahun 1849 tentang masyarakat Minangkabau. Sungguh tiada yakin kami dengan apa nan disampaikan oleh Si Belanda ini, bukanlah watak dan tabi'at masyarakat Minangkabau berfikiran demikian. Berikut kami lampirkan pendapatnya tersebut yang juga merupakan laporan kepada induk semangnya di Batavia:
Kami melihat dimana-mana peningkatan populasi. Alasan utama adalah perbaikan pertanian beras, sehingga selalu ada cukup makanan. Sejak perbaikan ini kami menyaksikan lebih banyak perkawinan dan kami telah melihat penghentian "verderfelijke gewoonte" (praktik merusak) kaum perempuan untuk melakukan aborsi. Walau hasrat untuk terlihat muda seringkali dijadikan alasan utama perempuan "Melayu" tidak mau punya lebih dari tiga anak, tidak diragukan lagi adalah kekurangan pangan, atau harga-harga tinggi, yang ikut mendorong keinginan untuk memiliki tidak lebih dari tiga anak [Sumatera's Westkust 125-129, Algemeen Verslag Sumatera's Westkust 1849]
Tergelak kami membacanya, apakah benar ini merupakan tulisan orang Belanda? Tak berdustakah ia kepada induk semang yang diberikannya laporan ini?
Sungguh sangat aneh terasa oleh kami karena Perang Paderi baru sekitar 12 tahun berlalu. Keadaan orang Minangkabau masa dahulu sangat jauh berlainan dengan orang sekarang, terutama alam fikirannya (mentalitas). Sangatlah ganjil, dimasyarakat yang sangat kuat memegang adat istiadat yang berbalut dengan Islam itu berkelakuan demikian. Suatu perkara nan dipantangkan oleh adat dan diharamkan oleh Syari'at.
Orang Minangkabau tiada mengenal dengan pembatasan jumlah anak atas alasan apapun, terutama kecantikan. Dalam Islam rezki dan peruntungan kita di atas dunia ini sudah ditentukan oleh Allah Ta'ala. Pembatasan jumlah anak justeru dengan gencar dikampanyekan oleh pemerintah Orde Baru dan itupun tak pula dipatuhi.
Tak sedang bermimpikah si Belanda ini? Mungkin dia terkenang keadaan di negerinya dimana banyak perempuan bersolek demi terlihat cantik tatkala di luar rumah. Melakukan segala daya upaya agar terlihat menarik oleh lawan jenis.
Kita juga perlu mengkaji (meneliti) konsep kecantikan dalam pandangan masyarakat Minangkabau Tradisional.
Komentar
Posting Komentar