Langsung ke konten utama

Khayalan belaka

[caption id="" align="aligncenter" width="244"] Picture: http://tambodunia.blogspot.co.id[/caption]

Sungguh terkejut kami membaca pandangan seorang Belanda pada masa tahun 1849 tentang masyarakat Minangkabau. Sungguh tiada yakin kami dengan apa nan disampaikan oleh Si Belanda ini, bukanlah watak dan tabi'at masyarakat Minangkabau berfikiran demikian. Berikut kami lampirkan pendapatnya tersebut yang juga merupakan laporan kepada induk semangnya di Batavia:


Kami melihat dimana-mana peningkatan populasi. Alasan utama adalah perbaikan pertanian beras, sehingga selalu ada cukup makanan. Sejak perbaikan ini kami menyaksikan lebih banyak perkawinan dan kami telah melihat penghentian "verderfelijke gewoonte" (praktik merusak) kaum perempuan untuk melakukan aborsi. Walau hasrat untuk terlihat muda seringkali dijadikan alasan utama perempuan "Melayu" tidak mau punya lebih dari tiga anak, tidak diragukan lagi adalah kekurangan pangan, atau harga-harga tinggi, yang ikut mendorong keinginan untuk memiliki tidak lebih  dari tiga anak [Sumatera's Westkust 125-129, Algemeen Verslag Sumatera's Westkust 1849]


Tergelak kami membacanya, apakah benar ini merupakan tulisan orang Belanda? Tak berdustakah ia kepada induk semang yang diberikannya laporan ini?


Sungguh sangat aneh terasa oleh kami karena Perang Paderi baru sekitar 12 tahun berlalu. Keadaan orang Minangkabau masa dahulu sangat jauh berlainan dengan orang sekarang, terutama alam fikirannya (mentalitas). Sangatlah ganjil, dimasyarakat yang sangat kuat memegang adat istiadat yang berbalut dengan Islam itu berkelakuan demikian. Suatu perkara nan dipantangkan oleh adat dan diharamkan oleh Syari'at.


Orang Minangkabau tiada mengenal dengan pembatasan jumlah anak atas alasan apapun, terutama kecantikan. Dalam Islam rezki dan peruntungan kita di atas dunia ini sudah ditentukan oleh Allah Ta'ala. Pembatasan jumlah anak justeru dengan gencar dikampanyekan oleh pemerintah Orde Baru dan itupun tak pula dipatuhi.


Tak sedang bermimpikah si Belanda ini? Mungkin dia terkenang keadaan di negerinya dimana banyak perempuan bersolek demi terlihat cantik tatkala di luar rumah. Melakukan segala daya upaya agar terlihat menarik oleh lawan jenis.


Kita juga perlu mengkaji (meneliti) konsep kecantikan dalam pandangan masyarakat Minangkabau Tradisional.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan ...

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6...

Perihal Engku dan Encik

[caption id="attachment_894" align="alignleft" width="300"] Rumah Gadang yang telah Ditinggalkan di Nagari Kamang ini. Begitulah adat dan agama dianggap telah usang bagi yang muda-muda. Ditinggalkan dan dibenci. Taratik tak ada, kurang aja merajelala..[/caption] Beberapa masa yang lalu salah seorang anak bujang nan keren dan sangat gaul gayanya memberi pendapat terhadap tulisan kami di blog ini. Apa katanya “ engku encik tu ndak bahaso kamang tu doh tuan, tukalah jo nan labiah sasuai. .” Ah.. panas kepala ini dibuatnya, sesak dada kami dibuatnya, dan rusak puasa kami jadinya. Begitulah anak bujang sekarang, tak diajari oleh induaknya tak pula mendapat pengajaran dari mamaknya. Orang sekarang dalam mendidik anak ialah dengan mampalapehnya saja. Apalagi banyak orang tua yang mengidolakan ( tak e nyehan [1] ) anaknya, segala ucapan dan kelakuan anak ialah baik menurut keluarganya. Terlebih lagi bagi anak bungsu dan tongga babeleng [2] . Raso jo pareso, ...