Apabila engku pernah membaca Tarikh Perang Kamang, tentulah engku pernah membaca kisah nan menusuk hati perihal seorang kanak-kanak lelaki nan baru berumur enam tahun dengan ibunda dan ayahnya. Kisah itu terjadi menjelang meletusnya Perang Kamang, disaat para mujahid Kamang sibuk berlatih silat di halaman Surau Taluak.
Sang ibu bernama Siti Annisah, sang ayah bernama Nan Basikek, dan biji mata mereka nan bernama Ramaya. Dalam Tarikh Perang Kamang dikisahkan bahwa kelak sang anak akan menjadi orang yang berpengaruh penting dalam Pemberontakan Rakyat tahun 1926.
Amatlah payah menyelidiki peristiwa tahun 1926, namun pada akhirnya kami bersua dengan sebuah karangan yang di karangan oleh Engku Suryadi Sunuri yang pada saat ini merupakan seorang dosen di Universitas Leide. Cukup terkejut kami bahwa pemberontakan tersebut dikendalikan oleh Syarekat Hitam yang merupakan organisasi bawah tanah dari Partai Komunis.
Namun terlepas dari itu, semangat Perang Kamang didasari atas semangat jihad dan menegakkan marwah kita orang Minangkabau. Jalannya sejarah mesti diselidiki dengan baik karena setiap kejadian jalin menjalin dan saling berpengaruh. Dan seperti yang kita ketahui, Partai Komunis pada masa itu menjadi salah satu organisasi radikal atau dalam bahasa orang sekarang ekstrimis.
_______________________________
“MOSCOW TER WESTKUST.
Een geheimen vergadering.
Uit Padang werd aan de Loc.[omotief] geseind:
Naar ik verneem, heeft het onderdistricshoofd van Dangoengdangoeng, onderafdeeling Soeliki, te Talangmaoer, een geheime vergadering overvallen. Talangmaoer ligt op een afstand van 23 K. M. van de onderafdeelings-hoofdplaats.
Aan de geheime vergadering namen zes en dertig personen deel. De vereeniging, waarvan deze menschen lid zijn, heet Sarekat Hitam en onder de in beeslag genomen goederen bevinden zich wapens, een zwarte vlag, versierd met de bekende communistische emblemen, hamer en sikkel, enz.
De hoofdman van deze zwarte vereeniging, Datoe Mangoeng, en zijn rotgezellen zijn voorlopig in de gevangenis van Soeliki opgeborgen. Er wordt een scherp onderzoek ingesteld.
Het schijnt in ieder geval, te oodeelen naa deze jongste ontdekking, dan het communisme in de Bovenlanden nog niet geheel is uitgeroeid.”
Oleh: Suryadi Sunuri
Kutipan De Indische Courant (Malang) edisi 21 Januari 1928 tentang penggerebekan terhadap sebuah pertemuan rahasia ‘pemberontak’ komunis di nagari Talang Maur, onderdistrik Danguang Danguang, onderafdeeling Suliki, Luhak 50 Koto. Mereka yang digerebek adalah 36 orang anggota SAREKAT HITAM. Dalam penggerebekan itu disita sejumlah senjata dan juga bendera organisasi ini yang disebutkan: berwarna hitam dan ‘versierd met de bekende communistische emblemen, hamer en sikkel, enz.’ (dihiasi dengan emblem komunis yang terkenal, palu dan arit, dll.). Laporan di atas juga menyebut nama ketua organisasi ini, Datuak Mangguang, yang ditahan di penjara Suliki.
Sarekat Hitam adalah salah satu organisasi bawah tanah kaum komunis yang cukup menjadi momok bagi Penguasa Kolonial Hindia Belanda dan para antek pribuminya pada tahun 1920an di Sumatera Barat. Pengikutnya tersebar di berbagai nagari di darek dan juga di Padangsche benedenlanden. Salah satu aksi mereka adalah pembunuhan terhadap Datuak Tanang Sati, seorang penghulu di Magek, Kamang, pada 20 September 1926 yang dilakukan oleh simpatisan Sarekat Hitam yang bernama Ramaja dan kawan-kawannya. Mayatnya dikubur oleh para pembunuh di tepi Sungai Batu Julang (Pandji Poestaka, No. 76, Tahoen IV, 24 September 1926, hlm. 1804 dan No. 8, Tahoen V, 28 Januari 1927, hlm. 120, rubrik Kroniek; De Indische Courant, 14 November 1927) (lihat: https://niadilova.wordpress.com/2015/09/14/paco-paco-minangkabau-28-meredam-aksi-kaum-komunis-di-sumatera-barat/; diakses 5-05-2017).
Laporan di atas memberi kesan pula bahwa pembasmian besar-besaran terhadap kaum komunis pasca Pemberontakan Silungkang yang terjadi pada akhir 1926 tetap menyisakan simpatisan-simpatisan ideologi ini yang terus menunjukkan resistensinya terhadap Penguasa Kolonial Hindia Belanda.
Suryadi – Leiden University, Belanda / Padang Ekspres, Minggu 7 Mei 2017
___________________________
Disalin dari Blog Engku Suryadi Sunuri; https://niadilova.wordpress.com
Komentar
Posting Komentar