Langsung ke konten utama

Pemberontakan Rakyat 1926

[caption id="" align="aligncenter" width="700"] Gambar: https://su.wikipedia.org[/caption]

Apabila engku pernah membaca Tarikh Perang Kamang, tentulah engku pernah membaca kisah nan menusuk hati perihal seorang kanak-kanak lelaki nan baru berumur enam tahun dengan ibunda dan ayahnya. Kisah itu terjadi menjelang meletusnya Perang Kamang, disaat para mujahid Kamang sibuk berlatih silat di halaman Surau Taluak.


Sang ibu bernama Siti Annisah, sang ayah bernama Nan Basikek, dan biji mata mereka nan bernama Ramaya. Dalam Tarikh Perang Kamang dikisahkan bahwa kelak sang anak akan menjadi orang yang berpengaruh penting dalam Pemberontakan Rakyat tahun 1926.


Amatlah payah menyelidiki peristiwa tahun 1926, namun pada akhirnya kami bersua dengan sebuah karangan yang di karangan oleh Engku Suryadi Sunuri yang pada saat ini merupakan seorang dosen di Universitas Leide. Cukup terkejut kami bahwa pemberontakan tersebut dikendalikan oleh Syarekat Hitam yang merupakan organisasi bawah tanah dari Partai Komunis.


Namun terlepas dari itu, semangat Perang Kamang didasari atas semangat jihad dan menegakkan marwah kita orang Minangkabau. Jalannya sejarah mesti diselidiki dengan baik karena setiap kejadian jalin menjalin dan saling berpengaruh. Dan seperti yang kita ketahui, Partai Komunis pada masa itu menjadi salah satu organisasi radikal atau dalam bahasa orang sekarang ekstrimis.


_______________________________


MOSCOW TER WESTKUST.


    Een geheimen vergadering.


    Uit Padang werd aan de Loc.[omotief] geseind:


Naar ik verneem, heeft het onderdistricshoofd van Dangoengdangoeng, onderafdeeling Soeliki, te Talangmaoer, een geheime vergadering overvallen. Talangmaoer ligt op een afstand van 23 K. M. van de onderafdeelings-hoofdplaats.


    Aan de geheime vergadering namen zes en dertig personen deel. De vereeniging, waarvan deze menschen lid zijn, heet Sarekat Hitam en onder de in beeslag genomen goederen bevinden zich wapens, een zwarte vlag, versierd met de bekende communistische emblemen, hamer en sikkel, enz.


    De hoofdman van deze zwarte vereeniging, Datoe Mangoeng, en zijn rotgezellen zijn voorlopig in de gevangenis van Soeliki opgeborgen. Er wordt een scherp onderzoek ingesteld.


    Het schijnt in ieder geval, te oodeelen naa deze jongste ontdekking, dan het communisme in de Bovenlanden nog niet geheel is uitgeroeid.”


***


Oleh: Suryadi Sunuri


Kutipan De Indische Courant (Malang) edisi 21 Januari 1928 tentang penggerebekan terhadap sebuah pertemuan rahasia ‘pemberontak’ komunis di nagari Talang Maur, onderdistrik Danguang Danguang, onderafdeeling Suliki, Luhak 50 Koto. Mereka yang digerebek adalah 36 orang anggota SAREKAT HITAM. Dalam penggerebekan itu disita sejumlah senjata dan juga bendera organisasi ini yang disebutkan: berwarna hitam dan ‘versierd met de bekende communistische emblemen, hamer en sikkel, enz.’ (dihiasi dengan emblem komunis yang terkenal, palu dan arit, dll.). Laporan di atas juga menyebut nama ketua organisasi ini, Datuak Mangguang, yang ditahan di penjara Suliki.


Sarekat Hitam adalah salah satu organisasi bawah tanah kaum komunis yang cukup menjadi momok bagi Penguasa Kolonial Hindia Belanda dan para antek pribuminya pada tahun 1920an di Sumatera Barat. Pengikutnya tersebar di berbagai nagari di darek dan juga di Padangsche benedenlanden. Salah satu aksi mereka adalah pembunuhan terhadap Datuak Tanang Sati, seorang penghulu di Magek, Kamang,  pada 20 September 1926 yang dilakukan oleh simpatisan Sarekat Hitam yang bernama Ramaja dan kawan-kawannya. Mayatnya dikubur oleh para pembunuh di tepi Sungai Batu Julang (Pandji Poestaka, No. 76, Tahoen IV, 24 September 1926, hlm. 1804  dan No. 8, Tahoen V, 28 Januari 1927, hlm. 120, rubrik Kroniek; De Indische Courant, 14 November 1927) (lihat: https://niadilova.wordpress.com/2015/09/14/paco-paco-minangkabau-28-meredam-aksi-kaum-komunis-di-sumatera-barat/; diakses 5-05-2017).


Laporan di atas memberi kesan pula bahwa pembasmian besar-besaran terhadap kaum komunis pasca Pemberontakan Silungkang yang terjadi pada akhir 1926 tetap menyisakan simpatisan-simpatisan ideologi ini yang terus menunjukkan resistensinya terhadap Penguasa Kolonial Hindia Belanda.


Suryadi – Leiden University, Belanda / Padang Ekspres, Minggu 7 Mei 2017


___________________________


Disalin dari Blog Engku Suryadi Sunurihttps://niadilova.wordpress.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum