Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Adat sopan santun orang Minangkabau

[caption id="" align="aligncenter" width="700"] Gambar: https://upload.wikimedia.org/wikipedia [/caption] Dalam suasana hari raya ini berkenankah engku, rangkayo, serta encik sekalian kami bawa melancong ke masa silam. Baru-baru ini kami mendapatkan sebuah kutipan pada sebuah buku dari tulisan seorang ahli perilaku (etiket) pada masa dahulunya di Minangkabau. Dikarang oleh B. Dt. Seri Maharajo dengan judul  Kitab 'Adat Sopan Santoen Orang Minangkabau  yang diterbitkan oleh Penerbit Merapi & Co  pada tahun 1922 di Bukit Tinggi. Kutipan tersebut memuat uraian pada halaman 75-80 sebagai berikut: 1. Apabila duduk bersama-sama tak boleh terkentut 2. Kalau menguap harus menutup mulut dengan tangan yang terkerucut 3. Apabila pergi ke jamban (untuk buang air besar) perlulah menutup kepala, memakai terompah, dan jangan terbuka aurat sebelum masuk jamban. Jangan bercakap-cakap, jangan pula menyahuti panggilan (seruan orang) melainkan dengan batuk kecil-keci

Kembali pulang

[caption id="" align="aligncenter" width="1230"] Gambar: http://www.kuala-lumpur.ws [/caption] Hari raya, masanya berkumpul bersama Hari raya, kesempatan menyilau kampung nan dicinta hari raya, tibalah saatnya bersua Hari raya, bersua kawan lama Hari raya, saatnya mengenang masa bernostalgia Namun, sekali air gedang, sekali tepian berubah Masa nan lalu tiada dapat diulang Entah kampung halaman Entah karena jarang pulang Inilah ia perkembangan zaman

Lois Constant Westenenk

[caption id="" align="aligncenter" width="266"] Gambar: https://nl.wikipedia.org [/caption] Apabila kita mengkaji Tarikh Perang Kamang maka kita akan acap bersua dengan seorang Belanda yang terkenal sangat dibenci di Agam Tuo pada masa awal abad ke-20, Lois Constant Westenenk namanya atau biasa disingkat dengan L.C.Westenenk atau oleh orang Minangkabau dipanggil dengan panggilan Si Teneng. Ketika Perang Kamang meletus dia menjabat sebagai Controleur Oud Agam yang merupakan jabatan terendah yang dipegang oleh seorang Belanda. Walau jabatan terendah, seorang Controleur (Malayu:Kontrolur) membawah pejabat pribumi yang paling tinggi jabatannya. Di Minangkabau pejabat pribumi paling tinggi itu diberi gelar Kepala Lareh atau orang Minang memanggilnya dengan panggilan Engku Laras (Angku Lareh). Si Teneng lahir di Panawang-Semarang pada tanggal 2 Februari 1872 dan meninggal di Wassenar-Belanda pada tanggal 2 Mei 1930. Dia merupakan anak dari Jan Constantijn Weste

Kamang-Bukik

[caption id="attachment_1383" align="aligncenter" width="529"] Dimana dan rumah siapakah ini?[/caption] Perang Kamang 1908, kami yakin bahwa inyiak-inyiak kita masa dahulu takkan menyangka anak cucunya akan bertikai serupa nan berlaku sekarang. Niat mereka hanyalah untuk membela agama Allah, menegakkan marwah Alam Minangkabau. Namun kini, karena hendak menggedangkan diri, hendak mendapatkan nama maka rusuh dalam nagari. Apakah ini karena pengaruh zaman? Kata orang, kita tengah berada di Zaman Tipu Daya serupa nan telah dinubuatkan oleh junjungan kita empat belas abad nan silam. Suatu zaman dimana batas antara yang haq dengan yang bathil sangat tipis dan payah untuk menyisihkannya. Terkenang pula kami dengan perkataan dari Saidina Ali kepada salah seorang sahabatnya yang kami lupa namanya, begini kira-kira bunyinya;  Janganlah engkau menyalahkan zaman, karena apabila ia dapat bercakap nisacaya ia akan berkata "Bukan daku nan salah, melainkan manusia n

Gelap rasanya

[caption id="" align="aligncenter" width="950"] Gambar: https://www.tes.com [/caption] Penghulu, datuk tuan memanggil, bukan sembarang gelar, bukan pula sembarang panggilan. Tuah padanya penuh dengan pantangan akan sikap tercela, beban padanya penuh dengan tanggung jawab tak terkira. Dimasa Paderi, semua ulama ialah Kaum Putih, namun tak semua penghulu ianya Kaum Hitam. Cukup banyak penghulu nan berdiri rapat dibarisan Kaum Putih. Dimasa dahulu adat dan syari'at itu bertautan, dimasa kini, dicari-cari orang pertentangannya. Bagi nan baru belajar agama, dikatanya adat bertentangan dengan syari'at. Bagi nan kapatang baru ke surau dipandangnya adat itu kelam.