Langsung ke konten utama

Cerita rakyat

[caption id="" align="aligncenter" width="3000"] Picture: https://wallpapershome.com[/caption]

Adakah engku mendengar salah satu cerita tentang Gunuang Aru? Bukan perihal kisah emas sebesar kuda melainkan cerita ular gedang yang terdapat disana.


Ah, baiklah engku. Bagaimana kalau kami kisahkan saja disini?

Kami dengar kisah ini dari seorang engku yang mendapatkan ceritanya dari seorang engku tua yang dahulunya terkenal karena memiliki ilmu di kampung kita. Si engku tua semasa masih kuat acap naik turun bukit di kampung kita, seorang diri. Tiada takut ia dan acap membuat anak-anak muda terkagum-kagum. Hal tersebut tentulah memancing rasa ingin tahu dari para anak muda tersebut.


"Engku, engku ini sudah tua. Tak ada lagi guna ilmu itu pada engku, marilah bagikan saja kepada kami nan muda-muda ini. Lebih berguna bagi kami engku.." pinta salah seorang anak muda yang teramat penasaran dengan si engku tua ini.


"Kenapa pula engkau bercakap demikian.." jawab si engku tua

"Karena kami pandang-pandangi engku ini tiada takut tatkala mendaki bukit seorang diri. Padahal bukit nan satu itu terkenal karena banyak ular disana.." jawab anak muda tersebut.


"HuhSudah tak ada, daku hanyutkan ilmu itu.." jawab si engku tua "Nan penting tatkala lalu di dalam rimba itu engkau mesti hati-hati, tiada sombong dan selalu berpitaruh; daku hanya menumpang lalu saja, usah digaduh.." terang si engku muda.


"Lagian ular gedang nan ada disana itu hanya turun ke tepi Batang Agam sekali setahun saja untuk minum.." kisah si engku tua


"Lalu engku.." pinta anak muda tersebut meminta tambah cerita.

"Asal ular gedang itu dahulunya ialah Orang Jawa yang tak tantu dia,[1] ditembak tak bisa, ditikam tak dapat. Rupanya karamat[2] ia, oleh orang kampung kita dikuburkan hidup-hidup di Gunuang Aru. Itulah asalnya ular tersebut, karena ilmu belum dihanyutkan maka jadi ularlah ia tatkala mati.." kisah si engku tua


Demikianlah engku, benarkah kisah tersebut? Kami baru mendengar kisah demikian, selama ini belum pernah tersebut oleh orang kampung kita. Kamipun heran pula perihal kejadiannya, bilakah?


Kata engku nan mengisahkan kepada kami "Dimasa perang.." demikian jawabnya. Tatkala kami tanya kembali "Perang nan mana engku?" si engkupun bingung pula.


Dimasa Paderikah? Dimasa Tahun Salapankah? Dimasa PDRIkah? atau Dimasa PRRI?

Adakah diantara engku nan tahu? Sudilah bagi tahu kami..

_________________________

Catatan Kaki:

[1] Bebal, tak dapat dihadapi, kuat, sakti

[2] Keramat, sakti

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum