Adakah engku mendengar salah satu cerita tentang Gunuang Aru? Bukan perihal kisah emas sebesar kuda melainkan cerita ular gedang yang terdapat disana.
Ah, baiklah engku. Bagaimana kalau kami kisahkan saja disini?
Kami dengar kisah ini dari seorang engku yang mendapatkan ceritanya dari seorang engku tua yang dahulunya terkenal karena memiliki ilmu di kampung kita. Si engku tua semasa masih kuat acap naik turun bukit di kampung kita, seorang diri. Tiada takut ia dan acap membuat anak-anak muda terkagum-kagum. Hal tersebut tentulah memancing rasa ingin tahu dari para anak muda tersebut.
"Engku, engku ini sudah tua. Tak ada lagi guna ilmu itu pada engku, marilah bagikan saja kepada kami nan muda-muda ini. Lebih berguna bagi kami engku.." pinta salah seorang anak muda yang teramat penasaran dengan si engku tua ini.
"Kenapa pula engkau bercakap demikian.." jawab si engku tua
"Karena kami pandang-pandangi engku ini tiada takut tatkala mendaki bukit seorang diri. Padahal bukit nan satu itu terkenal karena banyak ular disana.." jawab anak muda tersebut.
"HuhSudah tak ada, daku hanyutkan ilmu itu.." jawab si engku tua "Nan penting tatkala lalu di dalam rimba itu engkau mesti hati-hati, tiada sombong dan selalu berpitaruh; daku hanya menumpang lalu saja, usah digaduh.." terang si engku muda.
"Lagian ular gedang nan ada disana itu hanya turun ke tepi Batang Agam sekali setahun saja untuk minum.." kisah si engku tua
"Lalu engku.." pinta anak muda tersebut meminta tambah cerita.
"Asal ular gedang itu dahulunya ialah Orang Jawa yang tak tantu dia,[1] ditembak tak bisa, ditikam tak dapat. Rupanya karamat[2] ia, oleh orang kampung kita dikuburkan hidup-hidup di Gunuang Aru. Itulah asalnya ular tersebut, karena ilmu belum dihanyutkan maka jadi ularlah ia tatkala mati.." kisah si engku tua
Demikianlah engku, benarkah kisah tersebut? Kami baru mendengar kisah demikian, selama ini belum pernah tersebut oleh orang kampung kita. Kamipun heran pula perihal kejadiannya, bilakah?
Kata engku nan mengisahkan kepada kami "Dimasa perang.." demikian jawabnya. Tatkala kami tanya kembali "Perang nan mana engku?" si engkupun bingung pula.
Dimasa Paderikah? Dimasa Tahun Salapankah? Dimasa PDRIkah? atau Dimasa PRRI?
Adakah diantara engku nan tahu? Sudilah bagi tahu kami..
_________________________
Catatan Kaki:
[1] Bebal, tak dapat dihadapi, kuat, sakti
[2] Keramat, sakti
Komentar
Posting Komentar