Langsung ke konten utama

ARELIGI

[caption id="" align="aligncenter" width="1024"] Gambar: https://michaelpahl.com[/caption]

Beberapa waktu nan lalu kami membaca sebuah postingan di salah satu media sosial. Tuan tentu sudah dapat menerka postingan tentang apa nan kami baca. Masa ini, media sosial jauh lebih dipercaya dibandingkan media mainstream lainnya. Karena di sini, segala informasi yang diterima dapat dilakukan pengecekan kembali. Berlainan dengan media mainstream yang berat sebelah, karena dimiliki oleh para kapitalis.


Postingan nan kami baca ialah sebuah kritikan terhadap pernyataan salah satu calon - yang walaupun calon namun masih menjabat, itulah lucunya negeri ini - pemimpin negeri ini. Kami suka dengan postingannya namun terkejut dengan nama akunnya. Nama yang aneh, karena ada kata "kafir" pada akunnya.


Karena penasaran akhirnya kami selidiki, rupanya ia merupakan seorang aktifis perkulian di republik ini. Telah banyak kerjanya dalam memperjuangkan nasib para kuli. Dan pada keterangan dirinya, ia menyebutkan kalau ia merupakan seseorang nan tak beragama atau ARELIGI.


Kami terkejut dengan istilah baru tersebut, namun segera geleng-geleng kepala "Bukankah itu sama dengan ATHEIS..?" ujar kami dalam hati.


Kami tersenyum maklum, zaman sekarang kata ATHEIS sudah menjadi kata yang dihindarkan untuk disebutkan dalam perbendaharaan kata. Sebab Atheis sering disamakan dengan Komunis walau itu berbeda dan walau kebanyakan para Komunis ialah Atheis. Namun di negara Barat, para Atheis ini kebanyakan ialah orang-orang Liberal dan Sekuler.


Berhati-hatilah dengan para Atheis, Komunis, dan orang yang mengaku Sosialis. Walau kami akui Sosialis tidak sama dengan Komunis dan pada tahun 1958, Partai Sosialis Indonesia pimpinan Bung Syahrir ikut bergabung bersama kita di Sumatera Tengah. Namun pada masa akhir Orde Baru dan awal Reformasi, mereka acap berklamuflase dengan mengatakan "Saya bukan seorang Komunis, tapi saya seorang Sosialis.."


Dan salah seorang orang kampung kita, tengah mengamat-ngamati dari seberang lautan sana. Ia sedang hidup nyaman bersama keluarganya di Negeri Belanda. Seorang akademisi, terdidik, dan aktivis yang tak pernah padam kebenciannya atas perlakuan yang diterima oleh orang tuanya dimasa tumbangnya kekuasaan Komunis di Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

29. Tata Upacara Adat Minangkabau: Upacara Batagak Pangulu

UPACARA BATAGAK PANGULU Salah satu upacara atau alek ( ceremony ) adat Minangkabau yang paling sakral yang mendapatkan perhatian dan perlakukan khsus adalah Batagak Pangulu atau ada juga yang menyebutnya Batagak Gala .  Upacara ini merupakan peristiwa pentasbihan dan pengambilan atau pengucapan sumpah serta janji seorang Pangulu pada saat ia diangkat dan dinobatkan sebagai pemimpin kaum yang bergelar Datuak. Upacara adat ini sesuai dengan ajaran Islam sebagaimana firman Allah mengingatkan: Sesungguhnyan orang-orang yang menukar janji ( nya dengan Allah ) dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit maka mereka itu tidak mendapat bahagian dari ( pahala ) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kahirat dan tidak ( pula ) akan menyucikan mereka. Bagi mereka adalah azab yang pedih (QS:3:77). Pada bagian lain Allah juga mengingatkan: “ Dan janganlah kamu mengikuti orang yang selalu bersumpah, lagi yang hina ” (QS 6

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum