Bangsa ‘Ad (‘Ad al-Tsani= ‘Ad kedua) adalah kaum yang disebut dalam al-Qur’an sebagai kaum yang memiliki fisik yang lebih kuat dari kaum Nuh (kaum Ad pertama yang ditelan banjir). Kaum ‘Ad al-Tsani ini berlanjut sebagai pengganti kaum Nuh (QS:7:69). Untuk bangsa ‘Ad al-Tasni ini, Allah mengutus Nabi Hud as (QS:11:50). Sejak Nuh dan Hud membawa tauhid dan syari’ah untuk kaum ‘Ad. Yang bertauhid diselamatkan dan yang syirik dimusnahkan. Masa Nuh as yang syirik ditenggelamkan banjir dan masa Hud as ditendang topan dahsat sebagai azab Allah. Kaum ‘Ad yang bertauhid mengikuti Hud as diselamatkan dengan rahmat Allah (Q:11:58-59). Nabi Hud as di Kota Iraam atau Iraamatil Imaat yang tandus, kering kerontang, menjadi padang pasir, maka Hud as bersama pengikutnya yang beriman, hijrah ke arah Selatan mendekati pantai, sehingga berkembang. Dari sana menyebrang ke berbagai wilayah seperti Etiopia, Thihamah, Palestina, Oman dan Persia.
Satu rambongan dari ‘Ad pengikut Hud as tadi, sebagaimana diungkapkan oleh Dt. Sanggono Dirajo (dalam bukunya yang berjudul Tambo Alam Minangkabau) dan Rasyid Manggis Dt. Rajo Pangulu (dalam bukunya Minangkabau: Sejarah Ringkas dan Adatnya) terdampar di daerah daratan bagian tengah Pulau Sumatera. Mereka termasuk golongan yang bertauhid dan menyembah Allah Yang Maha Esa ini, mendaki dearah daratan melewati sungai masuk hutan belantara dan menempati daerah ini. Di sini mereka mulai membangun peradaban (adat) yang berbasis tauhid selama lebih kurang 2.500 tahun di wilayah ini. Salah satu bagian dari bangsa ‘Ad (Bani Jurhum) berlayar untuk berdagang sampai ke Syam dan sebagian mereka mengikuti arus luat ke Timur sampai ke Kanton (Canton/ Guanzhou/ Guandong, Cina) dan tengah pulau Paco (Sumatera) — Minangkabau. Dari Kanton mereka membeli sutera dan keramik dan dari Minangkabau mereka membeli kampher (getah kayu kapur) sebagai bahan pengawet dan lada (merica) sebagai bahan pemanas suhu badan pada musim dingin.
Dari urian kejadian di atas kita dapat menyakini bahwa peradaban dan adat Minangkabu berawal dari ajarah tauhid yang meyakini keesaan Tuhan, yakni Allah Subhanahuwata’ala. Dengan demikian tidak sulit pula difahami bahwa, ketika masuknya ajaran Islam, adat Minangkabau yang telah lama ada dan berkembang sebelumnya sudah bertauhid, dapat dengan mudah menyatu dengan Islam yang mengajarkan akidah tauhid dan syari’at.
Komentar
Posting Komentar