Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2013

Katam Kaji

[caption id="attachment_779" align="alignright" width="300"] Salah satu gambar yang kami dapat dari kampung[/caption] Terdengar oleh kami telah tiba pula musim Katam Kaji [1] di kampung kita. Pada hari Ahad yang dahulu (22 Juni 2013) kami dengar kalau orang di Surau Tapi yang ba arak-arak. [2] Kemudian pada hari Kamis yang lalu (27 Juni 2013) tiba pula giliran orang Joho dan sekarang hari Ahad (30 Juni 2013) merupakan tipak [3] orang Koto Panjang yang berarak-arak. Memanglah pada pekan-pekan ini merupakan pekan libur sekolah bagi anak-anak sekolah. Telah menerima rapor mereka. Memanglah serupa itu dari dahulu bahwa Katam Kaji dilaksanakan oleh orang kampung kita disaat libur sekolah. Namun ada juga yang berlainan, seperti orang Dalam Koto yang akan melaksanakan selepas Hari rayo Gadang [4] dan Orang Taluak yang kabarnya akan mengadakan selepas Hari Raya Haji . [5] Kami tak pula begitu jelas pertimbangan dari kedua kampung tersebut. Mungkin engku dan

Peringatan Perang Kamang th.2013

[caption id="attachment_769" align="alignleft" width="300"] Ilustrasi gambar: Bungo Tanjuang oleh Maizal Chaniago[/caption] Terdengar oleh kami kabar dari kampung bahwa basigalau pula peringatan Perang Kamang yang tahun ini. Kabar yang datang tak pula pasti, dan kamipun tak pula berani mengambil kesimpulan atas permasalahan ini. Terlalu cepat mengambil kesimpulan atas suatu persoalan yang tidak pula kita alami langsung bukanlah perilaku terpuji. Mengambil sembarang kesimpulan atas permasalahan yang kita alami sendiripun haruslah berhati-hati. Hendaknya dengan hati bersih dan jiwa lapang. Namun tak urung kami merasa sedih jua. Sebab bagi kebanyakan orang Kamang sekarang, tanggal 15 Juni ialah tanggal bertuah yang selalu dirayakan. Namun tahukah orang Kamang akan makna tanggal tersebut? Kita hendak membesarkannya, berkeinginan agar ditingkat nasional menjadi perhatian. Bahkan nama-nama yang tercantum dalam Tarikh Perang Kamang hendaknya menjadi Pahlawan Na

Kampuang Cegek

[caption id="attachment_702" align="alignleft" width="224"] Jalan di Cegek[/caption] Siapa gerangan orang Kamang yang kenal dengan nama kampung yang satu ini. serupa dengan nama buah-buahan yang memiliki banyak khasiat. Terletak di Jorong Dalam Koto dan memiliki ciri khas dimana seluruh orang kampung di Cegek bersuku sama yakni Suku Pisang. Kalau tak salah hanya satu keluarga yang bersuku Jambak di sana. Pada masa sekarang, jalan kampung di Cegek telah dicor oleh orang dengan semen hingga ke Rawang dan Anak Aia. Sangat baik sekali, memudahkan bagi kita di perjalanan, tidak ada lubang ataupun lanyah [1] pabila musim penghujan. Namun bagi pengguna kendaraan oto [2] hendaknya berhati-hati karena jalanan hanya dapat dilalui oleh satu oto saja.

Mengenang Perang Kamang 1908

[caption id="attachment_762" align="alignleft" width="224"] Tugu Peringatan Perang Kamang 1908 di Simpang Pintu Koto[/caption] Pada suatu malam yang panjang, kami dan seorang kawan sekampung bercakap-cakap bertukar fikiran. Dua orang anak kampung di rantau orang memperbincangkan perihal kampung, sungguh suatu yang menyedihkan sebenarnya. Rindu dendam kepada kampung halaman ditahan di dalam hati. Tak ada masa untuk pulang kampung, kalaupun ada hanyalah sekejap saja. Memperbincangkan macam hal, segala perubahan yang telah terjadi di kampung. Mulai dari yang tampak (lahir,fisik) hingga yang tak tampak (watak, tabi’at, perilaku). Semuanya kami bahas, tentunya dari sudut pandang kami (perspektif) pula. Namun intinya ialah menurut kami, perubahan yang tengah terjadi berlawanan dengan tuntunan adat dan syara’ yang menjadi panduan kita orang Kamang, orang Minangkabau. “Apa yang engku ketahui perihal Perang Kamang?” tanyanya kepada kami. “Perang yang terjadi di ka

Luak Gadang & Luak Kaciak

Luak , begitu sebagian orang Minang menyebutnya. Atau orang sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan sumua atau sumur. Luak adalah sumber untuk mengambil air bagi sekalian orang, sebelum dikenalnya sistim penyaluran air oleh PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) sekarang. Pada masa sekarang, hampir sekalian rumah di Kamang memiliki luak namun tidak demikian pada masa dahulu. Dahulu luak hanya dimiliki oleh sebagian keluarga dan itupun tidak berada di dekat rumah melainkan agak jauh dari rumah. sehingga menyebabkan untuk mengambil air orang-orang harus berjalan agak jauh. [caption id="attachment_749" align="alignleft" width="300"] Luak Gadang[/caption] Adalah Kampuang Lubuak sebuah kampung di Jorong Nan Tujuah di Kamang. Kampung ini memiliki luak kampung yang bernama Luak Gadang dan Luak Kaciak. Kedua luak ini memiliki kegunaan (fungsi) yang berbeda. Luak Gadang berguna untuk mencuci dan mandi sedangkan Luak Kaciak berguna untuk mengambil air minum

Coba engku dan encik terka..

Centikkan engku dan encik..? Tahukah engku dan encik sekalian dimanakah gambar ini diambil? Sungguh cantik kampung kita bukan? Diambil pada tempat yang sama namun dalam masa yang berlainan. Silahkan engku dan encik terka.. kami coba tambahi gambarnya:

Manangguak

[caption id="attachment_644" align="alignleft" width="224"] Salah satu banda di pasawan di Joho. biasanya banda-banda serupa ini menjadi tujuan utama dalam "Pertangguak-an"[/caption] Apa yang terbayang dan terkenang oleh engku dan encik sekalian pabila kami sebutkan kata “manangguak”? Manangguak puyu , pantau , atau pabila beruntung akan dapat sapek. Ada pula yang pergi mamapeh baluk. [1] Manangguak ialah kebiasaan anak lelaki di kampung kita, sangat jarang kami dapat ada anak perempuan pergi manangguak. Walau kami tidak memungkiri bahwa ada juga beberapa anak perempuan yang melakoninya. Biasanya manangguak ialah dikerjakan selepas pulang mengaji di surau. Kanak-kanak nakal di kampung kita pergi berkelompok dengan kawan sama gedang nya. Dengan bermodalkan tangguak dan ember plastik maka berangkatlah mereka. Tempat tujuan tentulah kawasan persawahan di kampung kita, sangatlah luas kawasan persawahan di kampung kita. Tujuan utama ialah banda s