Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Racunpun rasa madu

[caption id="attachment_1516" align="alignleft" width="300"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption] Ekspansi kabut asap telah sampai ke Jakarta dan tampaknya orang disana sudah mulai cemas dan kesal. Namun sayangnya Presiden Pilihan Rakyat tak disana, sudah pergi dia ke Amerika. Banyak orang tak habis fikir namun umat nabi palsu akan selalu siap membela. Di hadapan mata mereka, apapun ucapan nabi mereka, sepertibapapun tingkah nabi mereka, dan bagaimanapun perlakuan nan didapat nabi mereka adalah baik. Tak ada nan aneh.. Terkenang kami akan potongan salah satu ayat dalam Al Qur'an nan kami lupa surah dan ayat ke berapanya. Begini bunyinya ".. dan Allah membuat mereka memandang baik perbuatan buruk mereka.."

Hasungan umat nabi palsu

[caption id="attachment_1689" align="alignleft" width="300"] Ilustrasi Gambar: Internet[/caption] Sedang asyik membaca berbagai ragam postingan di fesbuk engku, rangkayo, serta encik sekalian pada malam Ahad ini. Perhatian kami tertarik pada dua jenis postingan yang berbeda namun sama maksud dan tujuannya. Kedua postingan tersebut sama-sama menautkan sebuah berita dan postingan orang lain ke dinding fesbuk mereka. Isi tautan dari dinding orang lain tersebut mengisahkan yang punya akun, perihal pahit getirnya dalam berjuang memadamkan api bersama kawan-kawannya. Rupanya ia bekerja di Badan Penanganan Bencana Republik. Dalam postingan tersebut dia mencemooh orang-orang nan memojokkan pemerintah. Karena menurutnya para "haters" tak faham bagaimana kerasnya pengorbanan mereka dalam menajalankan tugas. Pendapat tersebutpun diamini oleh yang membagikan status tersebut. Kami tersenyum saja mendapatinya, karena entah si pembuat status umat Nabi Jokodok

Asap nan Tangkar

[caption id="attachment_1680" align="alignleft" width="225"] Simpang Kacang arah ke Pandan[/caption] Apa nan engku, rangkayo, serta encik kerjakan pada petang Sabtu - malam Ahad? Beragam tentunya, kami tiada tahu betul dengan kebiasaan masing-masing engku, rangkayo, serta encik sekalian. Semoga bagi engku muda dan encik nan masih muda tak terpengaruh dengan Budaya Jahiliyah, berzinah di malam Ahad. Zinah dapat saja berupa zinah mata, zinah tangan, zinah hati, zinah lain-lain sampai pada zinah kelamin. Salah satu kebiasaan kami ialah membuka fesbuk dan membaca kabar berita dari engku, rangkayo, serta encik sekalian nan terpampang dengan baik sangat pada dinding fesbuk kami. Ada beragam macam nan kami tengok, mulai dari pemimpin republik ini tercinta nan sebagiankecil dari kita dahulu memilihnya. Terkenang kami dengan seloroh seorang kawan "Orang Minangkabau itu cerdik dan pintar engku, namun hanya 80% saja, nan 20% lebihnya pandir bin bengak..!"

Gadang nan ka malindih

Terdengar oleh kami berita di tipi, perihal pembunuhan dan penyiksaan terhadap aktivis anti penambangan pasir di Negeri Lumajang di Pulau Jawa. Terdengar pula oleh kami bahwa penambangan pasir ini ilegal dan mendapat sokongan dari Kepala Desa setempat. Sungguh kami terpana.. Betapakan tidak, dari pucuk hingga ke bawah kita mendapat pemimpin nan bak kata pepatah orang kampung kita besar hendak melindas, cerdik hendak memakan. Sungguh negeri jadi tiada aman, hidup dalam kecemasan, entah apa nan akan berlaku esok. Entah kenapa fikiran kmi langsung melayang ke kampung nun jauh disana. Bagaimana kabar orang di kampung? Adakah sehat? Adakah aman? Adakah sentosa?

Negeri Islam nan Sedang Terancam

[caption id="attachment_1383" align="alignleft" width="225"] Dimana dan rumah siapakah ini?[/caption] Beberapa hari ini kami menyimak sebuah berita yang sedang hangat-hangatnya di tipi. Yakni pembakaran sebuah gereja dan pembakaran beberapa gereja lainnya di Aceh Singkil. Dalam hati kami tersenyum sedih, ketika kasus Tolikara, tanggapan media tak serupa ini. Terkenang kami akan kisah beberapa masa nan silam, seorang kawan kami ketika hendak ke bandara ia naik dengan menumpang bus dari arah Payakumbuah. Karena ia hendak ke bandara maka bus berbelok ke kanan beberapa meter sebelum Pasa Usang. Terdapat sebuah gerbang nan tulisannya ia tak begitu ingat. "Jalanan disana sempit engku.." katanya "Beberapa meter, mungkin telah mencapai 1 km, tersua oleh kami sebuah gereja yang terletak di tepi jalan.." kisahnya "Gereja Kebangkitan Yesus kalau kami tiada salah namanya. Kemudian beberapa puluh meter kemudian, tepatnya pada sebuah simpang, t

Asap dari Jiran

[caption id="attachment_1662" align="alignleft" width="300"] Gurpis dari arah Kantua Jorong Koto Kaciak[/caption] Apa kabar engku, rangkayo, serta encik sekalian? Adakah sehat? Pertanyaan kami tersebut pastilah memiliki banyak jawapan. Kalau nan di kampung lain pula jawapan nan diberikan. Bagi nan di rantau beragam pula tergantung dimana merantaunya. Bagi nan merantau masih di Pulau Perca, Kalimantan, dan pulau-pulau di sekitar maka kami yakin akan mendapat jawapan nan hampir seragam "Asap engku, pedih mata dan hidung awak ini haa.." Kami yakin jawapan nan serupa akan kami dapati pada diri engku, rangkayo, serta encik sekalian nan merantau ke Tanah Semenanjung.

Perjodohan (Fasal.6)

Ma-etong Ari (Menghitung Hari) Menghitung hari merupakan suatu istilah yang dipakai oleh orang kampung kita. Merupakan suatu masa selepas batando, dimana kedua keluarga mulai menaksir hari yang tepat untuk diberlangsungkannya acara pernikahan anak-anak mereka. Tidak ada ketentuan yang pasti bilakah masanya selepas batando itu para manti [1] mulai pulang pergi antara kedua keluarga. Manti yang dimaksudkan disini ialah utusan dari kedua belah fihak yang berdiplomasi ke rumah fihak lain. Merekalah penyampai pesan dan pemberi kabar, Manti merupakan orang yang paling berperan dalam perkara menentukan hari ini.