Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

Jorong Batu Baraguang

[caption id="attachment_713" align="alignleft" width="300"] Batubaraguang[/caption] Dahulu tatkala mendengar nama jorong ini sering kami berkata sendiri “Apakah tidak mungkin kalau nama jorong ini terdiri dari dua kata yakni “Batu” dan “Baraguang”?” Kalau batu, kami telah tahu dengan benda keras ini. sering diumpamakan kepada orang-orang yang tak hendak surut dengan pendapatnya, tak hendak pula mendengar pendapat orang lain. Orang yang menganggap yang di “dia” ialah yang benar sedangkan orang lain salah semuanya. Nama apa itu “baraguang”?

Mak Sati Si Penjual Ikan

[caption id="attachment_744" align="alignleft" width="300"] Salah Satu Sudut Nagari Kamang Mudiak. Maaf engku dan encik, kami tak memiliki gambar Mak Sati.[/caption] Tahukah dan kenalkah engku dan encik sekalian dengan Mak Sati? Beliau ialah orang Kamang Mudiak tepatnya kampung beliau di Tarusan, bersukukan Jambak, pekerjaan beliau ialah menjual dan membeli ikan. Entah kenapa sampai semua orang memanggil beliau dengan panggilan “Mak Sati”. Gelar beliau tentunya, namun yang memanggil “Mak” (Singkatan dari Mamak ) biasanya ialah orang yang sesuku. Namun kepada Mak Sati, semua orang, sesuku atau tidak, tua ataupun muda memanggil beliau demikian. Membeli dan menjual ikan kalau kami tak salah hanya dengan orang Kamang saja yakni dengan Orang Kamang Mudiak dan Kamang Hilir. Suka sekali beliau ini menjual ikan yang telah beliau beli itu di Pakan Salasa dan Pakan Sinayan. Sedangkan untuk anak ikan ada beliau jual, hanya saja beliau menjualnya tidak hanya di Kaman

Mambato Kubua

[caption id="attachment_697" align="alignright" width="224"] Maaf engku dan encik sekalian, tak ada gambar yang sesuai dapat oleh kami.[/caption] Mambato atau mambatua kubua, pernahkah engku dan encik mendengar hal tersebut? Kami yakin bagi sebagian besar anak muda di Nagari Kamang sudah merasa janggal pabila mendengar hal yang demikian. Namun tidak demikian dengan orangtua kita yang lahir pada masa tahun 70-an ke atas. Cobalah engku tanya kepada mereka, Insya Allah diantara mereka pastilah masih ada yang terkenang akan hal tersebut. Mambato atau mambatua ialah memberi tanda atau semacam pembatas kepada kuburan keluarga yang baru meninggal. Dahulu orang menggunakan batu sedangkan pada masa sekarang orang menggunakan kayu saja yang dapat dibuatkan oleh beberapa oloh [1] yang ada di kampung kita. Biasanya diadakan 2-7 hari selepas kematian. Acara mambato kubua ini biasanya dimulai dari sekitar pukul tujuh pagi [2] hingga pukul sembilan. Dalam acara (r

Baruah Bukik

[caption id="attachment_709" align="alignleft" width="300"] Kampuang Baruah Bukik[/caption] [caption id="attachment_707" align="alignright" width="300"] Pemandangan Sawah diambil dari lereng bukit arah ke Baruah Bukik[/caption] Banyak orang Kamang sekarang yang salah, keliru dan tidak mengetahui bagaimana caranya menyebut kampung yang satu ini dengan benar. Sering sekali terdengar mereka berucap Barabukik. Namun tahukah engku dan encik sekalian apa gerangan nama aslinya?

Manyabik Rumpuk *

[caption id="attachment_651" align="alignleft" width="300"] Dua orang tukang manyabik rumpuk sedang khusyuk menunaikan tugas mereka di salah satu parak milik penduduk Kamang[/caption] Pernahkah engku dan encik sekalian melihat orang manyabik rumpuk? Tentulah engku dan encik sekalian menjawab “Pernah Tuanku..” sebab orang Kamang manalah kiranya yang tak pernah melihat orang mayabik rumpuk, kecuali dia besar dan menghabiskan sebagian besar umurnya di rantau orang. Sungguh malang sekali nasib orang kota, tak pernah melihat padi menguning, sawah dibajak orang, orang mengembalakan ternak, berlunau-lunau di sawah, dan lain sebagainya. Dahulu semasa kami kanak-kanak, orang yang pergi menyabik rumpuk ini ialah para pemilik ternak. Kami heran sekali kenapa pula sampai jauh-jauh mendatangi perak orang atau tepi jalan yang ditumbuhi belukar hanya sekedar untuk dipotong rumputnya. Kenapa tidak digembalakan saja ternaknya. Namun tatkala kami fikir-fikirkan lagi “Waja

Sedikit Pandangan Kami

[caption id="attachment_660" align="alignleft" width="300"] Gambar: Erison J kambari[/caption] Terdengar oleh kami dari kampung bahwa di nagari jiran kita Kamang Mudiak direncanakan akan dibuka salah satu kawasan pelancongan (objek wisata). Tarusan atau sekarang disebut-sebut orang dalam berbagai pemberitaan sebagai “Tarusan Kamang” telah menarik banyak perhatian. Setiap akhir pekan selalu ramai didatangi oleh orang-orang dari luar. Mulai dari sekedar melepas rangah, berpesiar menghabiskan waktu senggang bersama keluarga ataupun kekasih hati, ada juga yang datang sekedar menikmati keindahan alam, dan lain-lain sebab. Memanglah dampak dari pemberitaan perihal Ekspedisi Tarusan Kamang yang dahulu sangatlah besar. Selepas itu setiap orang mulai tertarik hatinya untuk mencari tahu dan mengunjungi Tarusan . Kabar untuk dijadikan sebagai salah satu Kawasan Pelancongan (Objek Wisata) memanglah segera beredar. Namun pada masa-masa awal dari bulan Mei ini b

Mamanjek Batang Karambia

[caption id="attachment_638" align="alignleft" width="225"] Salah satu batang karambia di Kamang[/caption] Punya batang karambiakah [1] engku dan encik di rumah? Kalau punya, siapakah biasanya yang engku dan encik suruh memanjatnya? “Sungguh aneh pertanyaan tuanku ini, untuk apa pula batang karambia di rumah ditanya-tanya oleh tuanku, apakah hendak baralek tuanku ini..?” Mungkin begitu tanya engku dan encik dalam hati. Bukan engku dan encik, hanya sekedar bertanya saja. Sebab beberapa masa yang lalu kami mendapat kiriman gambar (foto) orang sedang memanjat karambia. Sungguh tertarik kami melihatnya dan rindupun menjadi tak tertahankan kepada kampung kita dibuatnya. Sungguh kalera engku yang mengirimkan gambar itu kepada kami. Di rantau tempat kami mencari hidup ini, kami tak memiliki karambia sebatangpun, jangankan batang karambia, rumah dan tanahpun tak punya, masih menyewa kepada orang. Dahulu semasa kecil di kampung, apabila mendengar orang memanjat

Batucak *

[caption id="attachment_631" align="alignleft" width="224"] Kanak-kanak pergi sekolah. Mohon maaf pabila gambarnya tak sesuai.[/caption] Batucak ialah salah satu permainan kanak-kanak di Minangkabau dimasa beberapa tahun yang silam. Sedangkan kanak-kanak di masa yang lebih dahulu memakai buah-buahan yang hanya berbuah pada musim tertentu sebagai taruhan. [1] Maka dikenallah musim batucak. Sedangkan dimasa kami kanak-kanak Musim Batucak ada berdasarkan keberadaan barang-barang yang akan digunakan sebagai batucak itu dijual di lepau. Di masa kami dikenal beberapa jenis tucak, [2]  seperti tucak gambar-gambar dimana yang menjadi taruhan ialah gambar-gambar aneh yang katanya gambar super hero , dijual oleh orang dalam bentuk lembaran (lapiak). Dalam satu lapiak terdapat 36-40 gambar. Kemudian tucak kalerang [3] , kelereng inipun dijual pula oleh orang. Ada kalereng susu yang warnanya sepenuhnya putih seperti susu serta diselingi beberapa belang. Sehin

SD Tangah

[caption id="attachment_626" align="alignleft" width="300"] SD Tangah 1 [/caption] SD Tangah ialah sekolah yang terletak di Jalan Basimpang-Pintu Koto. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah tertua di Nagari Kamang. Dimasa Belanda namanya ialah Sekolah Rakyat dan sekarang bernama Sekolah Dasar atau SD. Karena merupakan sekolah yang mula-mula dibangun, maka dinamailah dengan SDN 01 Tangah. Kenapa disematkan nama Tangah dibelakangnya? Sebab sekolah ini terletak di Patah Tangah dari Nagari Kamang Hilir. Masih terdengar bagi kami, nek uci dan nyiak aki menyebut Sekolah Dasar 01 Tangah dengan sebutan Sekolah Rakyat . Mereka berkisah kalau dahulu semasa sekolah, mereka tidak memakai sepatu ataupun sandal sebagai alas kaki mereka ketika hendap bersekolah “ Bakaki ayam sen kami pai sikola dulu no..”