Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2013

Bidan Salama

[caption id="attachment_621" align="alignleft" width="300"] Rumah Bidan Salama di Joho [/caption] Dahulu dimasa tahun 1990-an, kampung kita pernah menjadi tempat tujuan untuk berobat oleh orang-orang dari luar kampung. Beragam kampung asal mereka, ada yang berasal dari sekitar Kamang Magek, Salo,  ataupun Tilatang Kamang hingga ke nagari-nagari yang cukup jauh. Masihkah engku dan encik ingat akan hal tersebut? Bidan Salama , itulah sebab musababnya. Walaupun hanyalah seorang bidan, namun kepandaiannya mengobati orang sangatlah ternama. Beragam orang datang, berasal dari berbagai tempat asal dan usia. Untuk berobat ke tempat beliau, orang-orang terpaksa semenjak siang hari harus mengambil nomor atau menuliskan namanya pada daftar yang telah disediakan. Jika petang telah menjelang maka orang-orang akan segera ramai berkunjung ke rumahnya dimana beliau membuka praktek . Rumah Gadang Hajah Salama yang terletak di Jorong Joho menjadi ramai apabila petang tel

Nyanyian Malaikat dari Syurga

[caption id="attachment_617" align="alignright" width="300"] Hari yang telah beranjak siang, tengoklah engku dan encik sekalian. Betapa indahnya pemandangan di pagi hari. [/caption] DIDIKAN SUBUAH. Engku dan encik sekalian tentunya pernah mendengar kata ini, dan kami yakin pastilah pernah melaluinya pula. Bangun dengan berat pada perak siang, dogoncang-goncangkan badan oleh orangtua, disiram dengan air, dimarah-marahi, dan lain sebagainya. Maklumlah engku, kalau kata orang yang ahli dengan ilmu kesehatan dan ilmu hayat (biologi) mengatakan kalau pada usia kanak-kanak dan remaja ada semacam hormon yang menyebabkan kita sangat berat sekali untuk bangun pagi perak siang. Oleh karena itu dalam agama kita, Allah sangat menghargai dan memberikan pahala yang besar kepada anak muda yang bangun subuh untuk menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim. Allah sangat cintakan anak muda yang rajin beribadah, begitulah kaji yang terdengar oleh kami engku dan encik seka

Jorong Dangau Baru

[caption id="attachment_592" align="alignleft" width="300"] Bangunan Koperasi [/caption] Dangau Baru ialah nama sebuah jorong di Kampung kita, terletak di Patah Mudiak, berbatasan dengan Jorong Koto Panjang sebelah barat, Jorong Joho sebelah timur, dan Jorong Dalam Koto sebelah Utara. Terdapat sebuah simpang yang bernama Simpang Limau di jorong ini, tepatnya pada jalan utama. Namun orang kampung kita pada saat sekarang lebih mengenalnya dengan sebutan Simpang Dangau Baru. Simpang ini terletak tidak jauh dari surau yang juga merupakan masjid kampung. Surau Dangau Baru, kalau kami tak salah merupakan salah satu dari sedikit surau di kampung kita yang masih memiliki tabek (kolam) di halamannya. Dahulu banyak kanak-kanak dari berbagai kampung di Kamang datang guna mandi-mandi sambil berenang di tabek ini. Jika ketahuan oleh pengurus biasanya akan dilarang bahkan diburu. Namun ada juga sesekali kanak-kanak yang sedang nakal-nakalnya ini dibiarkan saja. Mungkin

Rawang

Tahukah engku dan encik sekalian kalau Jorong Dalam Koto di kampung kita merupakan jorong yang terluas dari tujuh belas jorong yang ada di Nagari Kamang? Jorong ini memiliki beberapa kampung seperti Dalam Koto (sama dengan  nama Jorong), Baruah Bukik, Cegek, Anak Aia, Rawang, Caniago, dan beberapa lagi yang kami lupa namanya. Jika teringat dengan Dalam Koto, maka kami akan terkenang akan beberapa kekhasan yang bagi kami cukup membekas di hati. Seperti Kampuang Cegek yang mirip namanya dengan nama salah satu buah-buahan atau boleh juga kita sebut sebagai salah satu bumbu untuk memasak ataupun ada juga dijadikan obat oleh orang. Kampung ini selain khas dengan namanya juga khas dengan penduduknya. Yakni kesemua penduduknya berasal dari orang-orang bersukukan Pisang (Ampek Ibu). [caption id="attachment_603" align="alignright" width="224"] Jambatan di Rawang [/caption] Kemudian Kampung Anak Aia yang nama ini juga kita temukan digunakan oleh beberapa kawasan di

kehidupan orang dahulu

[caption id="attachment_590" align="alignleft" width="300"] Gambar Kawasan Pasawahan di Jorong Batubaraguang Maaf apabila gambar tak sesuai dengan tulisan.[/caption] Pernahkah muncul pertanyaan dalam hati engku dan encik sekalian “bagaimanakah kiranya peri kehidupan orang zaman dahulu..?” Kami pernah engku, tidak hanya sekali melainkan berkali-kali. Beruntung Alhamdulillah, kami akhirnya mendapat cerita dari antan [1] kami. Namun tidaklah utuh sebab kami segan dan kasihan apabila harus kami cercar antan kami ini dengan berbagai pertanyaan untuk menuntaskan rasa ingin tahu kami. Tatkala asyik bercakap-cakap dengan antan, kemudian tersebutlah oleh beliau mengenai kelakuan orang masa dahulu “Dahulu, ketika selesai mengerjakan Shalat Subuh, sambil menanti nasi masak di rumah, maka orang lelaki akan duduk-duduk di palanta sambil maota. .” Palanta ialah sebuah bangku panjang, terbuat dari bambu. Biasa diletakkan oleh orang di tepi jalan yang elok untuk dijadi

Tukang Intai

[caption id="attachment_583" align="alignleft" width="300"] ayam jantan sadang maintai ayam batino di Jorong Dalam Koto. Maaf tuan kalau gambar kurang sasuai.. [/caption] Pernahkah engku dan encik mendengar istilah “Tukang Intai”? Mungkin angkatan engku dan encik sekarang sudah jarang atau bahkan tak pernah mendengar istilah serupa itu lagi. Karena istilah ini kami dapati dari salah seorang antan (inyiak, nyiak aki, datuak) kami. Ketika itu kami bercakap-cakap dengan beliau seputar kehidupan masa dahulu. Kehidupan zaman saisuak dimana masyarakat kita masih bersih dari pengaruh adat kebiasaan (budaya-budaya) yang datang dari luar. Maksud kami “dari luar” tidak hanya adat istiadat orang Barat akan tetapi juga adat istiadat dari orang Indonesia sendiri yang berbeda adatnya dari kita orang Melayu di Minangkabau ini. Pada masa dahulu, dimana telfon dan hape belumlah ada. Dimasa onda dan oto belum pula merajah negeri. Dimasa dimana rasa malu masih diperta

Surau Gunjo

[caption id="attachment_580" align="alignright" width="300"] Kalau tak salah, inilah Surau Gunjo itu engku dan encik sekaian. [/caption] Tahukan engku dan encik perihal suatu kawasan yang bernama “Gunjo” di kampung kita? Kami yakin pastilah diantara kita jarang yang mendengar nama itu. Kalaupun ada, tentunya tak tahu dimana tumpaknya. Namun bagi orang kampung kita yang tinggal di Patah Ilia pastilah tahu nama kawasan itu. Terletak sebelum pendakian di Katapiang, masih masuk ke dalam daerah Kubu Alah. Pada masa sekarang di kawasan itu ternama sebuah surau yang sangat sederhana, dimana di hadapannya terdapat kolam. Halamannya sudah dicor oleh orang. Menurut sangkaan kami pastilah surau itu merupakan surau mati karena tak ada tampak tanda-tanda masih dipakai oleh orang. Namun tampaknya tidak engku dan encik sekalian. Menurut sebagian orang, surau itu masih terpakai. Surau itu dinamai oleh orang dengan nama Surau Gunjo. Karena tertetak di Gunjo, itulah tafsir

OPEL

[caption id="attachment_537" align="alignleft" width="274"] Ilustrasi gambar: Internet [/caption] Tuan, engku, dan encik yang berasal dari Ladang Darek tentulah taklah asing dengan kata “OPEL”. Begitu juga dengan engku dan encik yang berasal dari Patah Hilia, [1] tentulah juga pernah mendengar kata-kata tersebut. OPEL ialah nama sebuah merek oto [2] keluaran Jerman, sama kiranya dengan TOYOTA ataupun HONDA di Jepang. Atau MBW, ASTON MARTIN, FERRARI, dan merek lain di Eropa. Lalu apa hubungan antara Fabrik Kendaraan Jerman di Benua Eropa sana dengan Jorong Ladang Darek kita ini? [caption id="attachment_545" align="alignright" width="300"] OPEL made in Ladang Darek [/caption] Hm.. tak ada engku dan encik sekalian. Kalau OPEL pada merek kendaraan dari Jerman ini diambil dari nama pendirinya maka di Ladang Darang kata ini merupakan singkatan (akronim) dari Organisasi Pemuda Elit Ladang Darek (OPEL). Sama sekali tak ada hubunga

SMP nan diperbaiki

[caption id="attachment_505" align="alignleft" width="300"] Keadaan SMP ketika beberapa masa yang lalu kami ambil gambarnya. [/caption] Pada saat pulang kampung nan dahulu, kami tak sengaja melihat pemandangan mengharukan yakni telah terjadi renovasi pada sekolah SMP yang terletak di perbatasan Kamang (Pintu Koto) dan Magek. Terkejut kami karena bangunan lama telah hilang dan sedangkan bangunan baru sedang dalam tahap pengerjaan. Mungkin saat ini telah selesai dikerjakan orang. Sungguh kami mengutuki diri sendiri, kenapa dahulu tak diambil gambar rumah sekolah ini. Sama kiranya ketika kami mendapati bahwa Pakan Salasa telah dirubuhi orang dan digantikan dengan bangunan baru. Kamipun tak memiliki gambar bangunan Pakan Salasa nan lama, hilang sudah salah satu sejarah di nagari kita. Terdapat dua sekolah menengah di kampung kita yakni SMP dan MTsN atau biasa kita sebut dengan Sanawiyah. Rumah Sikola SMP ini lebih dikenal dengan nama SMP Magek, karena meman

Mayoret nan Sensual

[caption id="attachment_557" align="alignleft" width="224"] Pertunjukan (atraksi) salah satu mayoret.[/caption] Nah tuan, jika mendengar Khatam Al Q ur’an, apa yang terbesit di benak tuan? Aha.. pasti drumband atau oleh orang-orang kota disebut dengan marchineband. Ya.. tuan, kelompok drumband terkenal di kampung kita ialah drumband milik MTsN Kamang di Ampang. Mungkin salah seorang dari tuan pernah menjadi anggota dari grup drumband ini dahulu semasa bersekolah di sana. Ketika kami pandangi beberapa foto yang berhasil kami dapati. Tampaknya tak ada perubahan pada grup drumband ini. pakaiannya masih tetap sama, begitu juga instrumen musik dan susunan anggotanya. Entahlah kalau kami silap tuan,.. Seragam yang mereka pakai masih sama dengan yang dahulu tuan pakai, baju jambu aia (merah jambu) serta celana putih. Para anggota masih didominasi oleh kaum perempuan, para anak gadis. Anak lelaki mendapat jatah memegang peralatan musik yang berat-berat. [captio

Pai Sikola

[caption id="attachment_551" align="alignleft" width="224"] Anak SD berangkat sekolah. Bergurau dengan kawan-kawan. Menjadi kenangan di masa depan. Gambar diambil di Jorong Koto Kaciak. [/caption] Beruntung di kampung kita belum ramai orang tuan, tidak seperti di tempat tuan, baru keluar rumah sudah terjebak macet. Berangkat ke kantor pagi-pagi, pukul enam atau setengahl tujuh, bahkan ada yang lebih awal lagi. Sebab takut terjebak macet. Sedangkan di kampung kita, berangkat pukul tujuh lewatpun masihkan belum terlambat. Di kota-kota, anak-anak diantar dan dijemput oleh orang tua mereka, sedangkan di kampung kita, belumlah demikian halnya. Hampir sebagian besar anak-anak berjalan atau naik kereta ke sekolah. Memang terdapat juga beberapa anak yang diantar dan dijemput setiap akan pergi dan pulang sekolah. Kecuali anak SMP dan anak SMA yang mati karancak-an, mereka merasa malu naik kereta. Bagi yang beruang, meminta dibelikan motor ke orang tuanya. Dahul