Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

Cantiknya Kampung Kita Tuan..

Sungguh cantik kampung kita tuan, cobalah tuan tengok gambar-gambar kami ini. Janganlah sampai hendaknya dimasa depan kelak kampung kita tergadaikan ke orang lain. Banyak orang mencari tanah di masa sekarang, Bukittinggi yang hanya berjarak 12 Km dari kampung kita tampaknya akan menjadi kota utama dan terbesar di Sumatera Barat. Orang sudah banyak yang lari dari Padang, takut gempa dan Tsunami. Kami pernah cerita-kan kepada tuan perihal orang luar yang beli tanah di kampung kita ? Sebagai pengobat rindu bagi tuan-tuan yang tak dapat pulang kampung pada cuti bersama kali ini. kami sediakan obatnya, semoga saja tuan-tuan sekalian berkenan. [caption id="attachment_245" align="aligncenter" width="448"] Pemandangan sawah dari atas Gunuang Haru. Sungguh cantik nian tuan. Gambar: Koleksi Pribadi [/caption] [caption id="attachment_249" align="aligncenter" width="448"] Keindahan untaian persawahan, lekukan saluran irigasi yang dulu k

Jamban

Masihkah tuan kenal dengan kata ini? Mungkin masih, sebab bagi beberapa orang Minangkabau yang masih setia dan cinta dengan bahasa ibu mereka terkadang masih suka terlepas dari mulut mereka kata “jamban”. Biasanya ialah bagi generasi yang lahir di bawah tahun 1990-an. Bagi sebagian yang lahir tahun 1980-an sudah mulai jarang menggunakan kata ini. [caption id="attachment_229" align="alignleft" width="300"] Salah dua jamban yang masih tetap eksis di kampung kita Lokasi: Dangau Baru Gambar: Koleksi Pribadi [/caption] Jamban ialah suatu tempat orang membuang kotoran tubuh, mengeluarkan limbah yang ada di badan, atau melepaskan hajat yang mengganjal. Atau dalam bahasa orang sekarang dapat kita sederhanakan dengan kata “toilet” atau “WC (We-Ce)” . Saudara kita di Tanah Semenanjuang menyebutnya dengan sebutan “Tandas” atau saudara-saudara kita di Jakarta menyebutnya dengan “Kakus”. Di kampung kita, jamban dibuat oleh orang pada sebuah tabek (kolam) dengan ber

Cuti di kampung

[caption id="attachment_224" align="alignleft" width="224"] Pendakian di katapiang. Kalau difoto ini memanglah tak begitu jelas, tapi apabila dipandangi mata langsung maka akan tampak parahnya. Foto: Koleksi Pribadi[/caption] Cuti bersama, semua orang sangat senang mendengar hal tersebut. Siapa yang tak senang jika disuruh berlibur. Apalagi jika libur yang dimaksud lebih dari dua hari. Sudahkan pasti akan berlonjak-lonjak kegirangan tuan dan engku sekalian kiranya. Pulangkah tuan..? Kata orang setiap akhir pekan Bukittinggi ramai sehingga banyak terjadi kemacetan. Tapi tak tahulah kalau kita belum menengoknya. Pulanglah tuan, tapi harapan kami tuan pulang bukan hendak berhari raya, jangan sampai nampak oleh kami tuan berada di Simpang Stasiun atau berada di muka RS. Madina karena berkeinginan hendak bersembahyang. Haha.. jangan terlalu ditanggapi serius tuan.. Cobalah tengok tuan, katanya bangunan SMP yang terletak di perbatasan Nagari Kamang dan Nagari M

Goro..

[caption id="attachment_214" align="alignright" width="300"] salah satu kegiatan goro pada salah satu jorong pada masa dahulu. foto: koleksi pribadi[/caption] Adalah menjadi kenyataan pada masa sekarang dimana zaman semakin maju, manusia bertambah banyak, jarak bertambah dekat, dan waktu berlalu dengan cepat. Begitulah tuan, keadaan zaman sekarang. itu semua berdampak terhadap kehidupan kita semua tuan. Adalah kampung kita tercinta, banyak orang yang mengeluhkan bahwa sangatlah sulit untuk membawa orang agar mau bergotong-royong. Rasa kebersamaan, kepedulian, dan perhatian kita kepada kampung sangatlah kurang pada masa sekarang. Tidak dapat juga kita salahkan sebab dunia masa sekarang menyebabkan masing-masing anak nagari sibuk dengan kebutuhan hidup dan dunianya sendiri. Jika ditengok ke masa silam di kampung kita, sangatlah erat dan terasa hubungan antara berjorong-berkampung dan hidup bernagari. Masing-masing anak nagari saling mengenal dan menyapa. Se

Rumah Gadang nan hampir hilang

[caption id="attachment_217" align="alignright" width="300"] salah satu rumah gadang yang masih terdapat di Nagari Kamang. Foto: Koleksi Pribadi[/caption] Pernahkah tuan menghitung ada berapa banyak rumah gadang di kampung kita pada masa sekarang? Bukannya bertambah tuan, banyak rumah gadang yang telah tiada. Dirobohkan dan digantikan dengan bangunan rumah baru. Sangat sedih hati ini jikalau terkenang akan hal tersebut tuan. Rumah gadang yang merupakan tanda kebesaran kita orang Minangkabau telah berangsur-angsur menghilang dari nagari kita. Ada yang dirobohkan dan diganti dengan bangunan baru, adapula yang dibiarkan terbengkalai dan roboh dengan sendirinya. Memang ada rumah gadang yang dibuat baru oleh orang, namun jumlahnya boleh dikatakan dapat dihitung dengan jari. Kebanyakan rumah gadang baru tersebut dibuat dari batu dengan menyerupai bentuk yang lama. Jikalau pernah tuan memasuki, keadaan dan rasa yang timbul dihati ketika memasukinya sangatlah ber

SMA N 1 Kamang Magek

[caption id="attachment_209" align="alignleft" width="300"] Bangunan SMU N 1 Kamek Tampak Muka Foto: Koleksi Pribadi[/caption]   Di Nagari Kamang terdapat sebuah Sekolah Menengah Atas yang diawal mula berdirinya bernama SMA N2 Tilatang Kamang. Sekarang telah berganti nama menjadi SMA N 1 Kamang Magek. Hal ini karena di awal mula diberlakukannya kembali pemerintahan nagari, Nagari Kamang masih berada dalam wilayah administratif Kecamatan Tilatang Kamang yang berepusat di Pakan Kamih. Semenjak tahun 2003 terjadi pemekaran di Kecamatan Tilatang Kamang di mana tiga nagari memisahkan diri yakni Nagari Kamang Hilir, Kamang Mudik, dan Magek. Ketiga nagari tersebut pada saat ini berada dalam wilayah Kecamatan Kamang Magek yang berpusat di Joho. Sekolah ini mulai dirintis pendiriannya pada tahun 1999 dengan menjadikan kawasan bekas Sekolah Menengah Pertama Islam (SMPI) sebagai lokasi berdirinya. Tanah tempat lokasi ini berdiri dimiliki oleh Haji Umayya Umar adik d

Salam Taragak dari Rantau

 Den Takan Jo Kampuang [caption id="attachment_158" align="alignleft" width="448"] Mejan[/caption] Duhai tuan, takana di awak jalan basimpang ampek di Pintu Koto, basimpang tigo di Koto Panjang. Takana pula jalan lurus di Mejan dan Padang Sawah, jalan berliku di Solok dan Binu. Jalan Mandaki di Tanah Panyurek, Jalan manurun di Koto Kaciak. Takana pula Batang Agam di Joho, mengalir sampai ke Taluak, menjadi Tontonan di Tanah Panyurek dan Jambatan Koto Kaciak. Sudah beberapa kali air besar meluap sampai ke luar dari batang aia, dan setiap itu terjadi ramai pula orang menontonnya. Terbang pula ingatan ke masa selepas Isya, dimana Koncek sedang mahiruak meminta hujan di malam hari. Terkadang kesal hati ini karena mereka memekak saja semalaman namun sekarang rindu yang terasa. Beruntung kita memiliki banyak koncek, sebab di beberapa daerah terutama di perkotaan, sangatlah susah kita dengar suara koncek di malam hari. Jangankan koncek, kutu ari dan piangg

Perihal Harta Pusaka

Tahukah tuan dengan harta pusako ? Masih punyakah tuan akan harta pusaka atau harato pusako ? [caption id="attachment_201" align="alignleft" width="300"] Pesawahan di Mejan dekat Kantor Camat. Berpotensi untuk dijual, ditimbun, dan dijadikan ruko.[/caption] Pada masa sekarang sudah banyak orang Minang yang tak memiliki dan tak mengetahui perihal harta pusako. Jangankan anak muda remaja, orang yang sudah berumurpun banyak yang tak mengetahui perihal ini. Oleh karena itulah banyak yang sekarang orang kampung kita yang dengan ringannya menjual, menggadaikan, dan memperebutkan harta pusaka. harta pusaka ialah harta yang dimiliki secara turun temurun oleh suatu keluarga. Diturunkan dari niniak ke mamak, dari mamak ke kemanakan. Penguasa harta pusaka ialah kaum perempuan, atas nama merekalah harta pusaka ini jika di atas kertas. Namun semua keluarga yang laki-laki memiliki hak atas hasil dari harta pusaka. Laki-laki hanya berhak untuk mengambil hasil guna kepen

Terkenang akan nan lama..

[caption id="attachment_196" align="aligncenter" width="336"] Tugu Peringatan Perang Kamang nan Baru Foto: Koleksi Pribadi[/caption]   [caption id="attachment_195" align="aligncenter" width="320"] Tugu Peringatan Perang nan Lama Foto: Koleksi Pribadi[/caption] Tahukah tuan ini foto apa? Ini ialah foto tugu peringatan Perang Kamang yang konon kabarnya diresmikan sendiri oleh Jendral Abdul Haris Nasution yang menjabat sebagau Mentri Pertahanan ketika itu. Pada saat sekarang tugu ini sudah tidak dapat tuan temui lagi. Telah ditukar dengan yang baru.. Kami tak begitu ingat kapan kiranya ditukar, yang jelas masih dalam masa tahun 1990-an. Kalau tak salah sekitar tahun 1994-1997. Kalau kami tak salah mendapat kabar, tugu baru ini diresmikan pada tahun 1997. Tugu ini dibuat atas bantuan dari almarhum Datuak Hakim Tantawi anak dari almarhumah Hj. Ajisah di Gurun.

Kampung nan Hampir Tergadai

[caption id="attachment_188" align="alignleft" width="525"] Komp.Kntr. Camat Kamek Foto: Zaldi Heriawan[/caption] Telah banyak perubahan terjadi di kampung kita tuan, bertambah ramai juga kampung dek anak jo kamanakan batambah juo, badatangan pulo urang nan datang ke kampung kita. Ada yang menyewa rumah, menyewa kedai, dan lain sebagainya. Memanglah pusat kecamatan berada di kampung kita, di Mejan tepatnya. Kawasan yang dahulu lengang, takut kita melintasinya pabila malam telah menutupi negari. Akibatnya banyak pula para pegawai yang mencari rumah dan bahkan tanah di kampung kita. Ada pula yang menjadikan kampung kita sebagai tempat mencari uang, mulai dari membeli dan menyewa tanah untuk dijadikan tempatan dalam mendatangkan rupiah. Bagi tuan yang telah banyak melihat berbagai negeri di rantau tentulah dapat memandang betapa banyaknya orang datang ke suatu daerah berdampak buruk kepada orang asli. Mereka menjadi terpinggirkan karena tak memiliki modal d

Pakan & Perempuan

Beberapa waktu yang lalu kami bercakap-cakap bertukar cerita dengan inyiak kami. Jarang bersua menyebabkan kami sering menghabiskan waktu yang ada untuk bertukar cerita. Kali ini inyiak bercerita perihal Simpang Pintu Koto. Kami sendiri agak merasa heran sebab tak ada istimewanya simpang ini selain tugu, berada di perbatasan, dan perilaku paremannya nan takato di dalam nagari . Inyiak menuturkan kalau disimpang itu pada masa dahulunya terdapat tugu yang jauh lebih kecil dari sekarang. Bentuknya hanyalah batu berbentuk persegi yang menjulang ke atas. Kira-kira mirip dengan obelix seperti yang terdapat di Mesir dan Washinton. Namun yang di Pintu Koto ialah obelix berukuran mini, atau sangat mini, entahlah engku. Pada dasar tugu diberi coran sehingga berupa bangku yang melingkar dan diberi teras. Pada bangku dan teras inilah banyak orang kampung, apakah yang berasal dari Pintu Koto ataupun yang berasal dari sekitar Nagari Kamang duduk-duduk bergaul di kala petang hari. Kata inyiak kami

Rundo

[caption id="attachment_170" align="alignleft" width="300"] gambar pemandangan dari ateh tanah panyurek. Maaf tuan, gambar jo tulisan ndak ado hubungan. Mohon sen dimaklumi..[/caption]   Terdengar kabar oleh kami bahwa di kampung kita telah mulai pula orang melakukan rundo. [1] Telah lama rasanya tak terdengar di kampung kita orang melakukan rundo, jadi agak sedikit aneh rasanya ketika mendapat kabar demikian. Lazimnya di kampung kita, rundo dilakukan oleh penduduk di setiap jorong. Tentunya yang melakukan rundo ialah kaum lelaki, sedangkan kaum perempuan mendapat jatah untuk membuat makanan bagi orang yang pergi rundo. Kalau kami tak salah, dibagi per-keluarga bukan per-orang dan bukan pula dilaksanakan berjama’ah. Ditanak di rumah sendiri. Kebanyakan yang pergi rundo ialah anak-anak muda, namun tak sedikit pula orang tua yang sudah berumur ikut. Kami rasa hal ini perlu dan patut sekali, sebab kalau anak-anak muda yang masih remaja dan tak pandai mengen