Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

13. Sejarah Adat Minangkabau: Minangkabau tak-Tertaklukan

Kejayaan Masyarakat Hukum Adat di Minangkabau di samping hasil bumi yang melimpah juga adatnya yang secara sempurna berintegrasi dengan Islam dan teruji mampu mengatur tertib sosialnya. Hasil bumi yang melimpah di samping emas, kampher dan lada (merica) menarik perhatian dunia. Kerajaan Singhasari di bawah pemerintahan Raja Kartanegara dalam versi sejarah kolonial berniat menguasai Minangkabau setelah menaklukan Sriwijaya dan Jambi, karena ingin merebut emas dan hasil bumi. Disebutkan Wismarupa Kumara membawa pasukan Singhasari melakukan ekspansi menyisir wilyah Dharmasraya. Namun dalam perjalanan, pasukannya dihadang antar Sijunjung dengan Dharmasraya, sekitar Tanah Badantuang sekarang dan dihabisi di Padang Sibusuk, sehingga mayat membusuk tidak terkuburkan menjadi bagian monografi Padang Sibusuk Nagari Langgam Nan Tujuah Koto Piliang itu. Peristiwa itu disebut Ekspedisi Pa-Malayu I, tahun 1275 M.  Dalam fakta sejarah di Dharmasraya, perintah Kartanegara untuk datang ke Minangkabau

PPAM: Sumpah Satia Marapalan & Kesimpulan

           Kerajaan Minangkabau di Pagaruyung setelah Adityawarman wafat diteruskan oleh putranya Ananggawarman (1375-1417). Ananggawarman ini semula menganut agama Hindu-Budha, lalu ia masuk Islam pada saat Aditywarman mangkat. Ananggawarman diteruskan oleh anaknya Wiajayawarman yang sudah menganut Islam dengan gelar Yang Dipertuan Maharaja Sakti I. Pada masa itu banyak masyarakat Minangkabau melakukan migrasi keluar Luhak nan Tigo dan mereka menyebarkan Islam. Di antara daerah migrasi adalah Kubuang Tigobaleh (Sapiah Balahan) terus ke Lubuak Kilangan (Kapak Radai), Sungai Pagu (Sapiah Balahan) terus ke Banda Sapuluah (Kapak Radai), Rantau Duobaleh Koto – Sangir. Kerabat ini menyebarkan Islam. Dengan demikian adat Minangkabau yang berbasis Islam menyebar ke daerah rantau Minangkabau yang diperintah raja-raja kerabat.             Raja Kerajaan Minangkabau Wijayawarman mangkat diteruskan oleh anaknya Sutan Bakilap Alam. Ia dengan teman belajar Islamnya di Barus Dt. Bandaro Putiah menyel

Telpon di kampung kita dahulunya

Maninjau padi lah masak Batang kapeh batimba jalan Hati risau di baok galak Bak paneh manganduang hujan Pantun tersebut terucap dari mulut  inyiak [1] kami tatkala berkisah mengenai kenangan masa bujangnya dahulu. Semula ia melihat telpon genggam nan sedang kami pegang tatkala mengawani beliau berkisah. Lalu terucaplah rasa kagum dari mulut beliau "Sungguh ada-ada sahaja orang sekarang, sampai ke Amerika orang tersambung dibuatnya.."

Lareh Berdiri

Sutan Si Marajo Dirajo ke Minangkabau, lalu mendirikan kerajaan tua, dikenal dengan Kerajaan Pasumayan Koto Batu berpusat di Pariangan dan Padang Panjang. Dalam Tambo Jambi Kerajaan itu dikenal Kerajaan Kandis. Parmaisurinya Indo Jalito. Setelah ia wafat ia meninggalkan anak yang masih kecil bernama S utan Paduko Basa dan Puti Sari Jamilan . Beberapa tahun kemudian, istrinya Indo Jalito menikah dengan Catri Bilang Pandai staf ahli di kerajaan. Indo Jalito kemudian melahirkan dua anak laki-laki yakni Jatang diberi gelar Sutan Balum dan Kilek Dunie . Mereka masih tinggal di istana termasuk beberapa anak perempuan di antaranya Puti Reno Indah dan Puti Indo Bacayo. Karena penduduk Pariangan dan Padang Panjang pusat Kerajaan Pasumayam Koto Batu semakin padat, maka wilayah pemukiman diperluas sampai ke tiga kawasan, disebut sekarang Tanah Data, Agam dan Limopuluah Koto. Ketiga kawasan itu dijadikan wilayah inti seperti sekarang disebut Luak Nan Tigo adalah wilayah inti ranah Minangkabau. S

Pos Polisi dan Pasanggarahan

[caption id="" align="aligncenter" width="500"] Gambar: https://niadilova.wordpress.com [/caption] Berbincang-bincang dengan  inyiak-inyiak amatlah mengasikkan, setidaknya demikianlah nan kami rasakan setelah beberapa kali mengalaminya. Terutama kisah mengenai peri kehidupan orang dahulu nan berlainan sekali dengan peri kehidupan orang sekarang. Salah satu yang kami dapat dari mengawani salah seorang inyiak[1] kami pada suatu tengah hari di hari Ahad ialah mengenai keberadaan Pos Polisi dan Pasanggrahan di sempadan kampung kita. Letaknya ialah di kawasan SMP sekarang. Entah kedua-duanya berdiri beriringan atau salah satu silih berganti didirikan orang.

PPAM: ISLAM MASUK, MENYEBAR DAN BERKEMBANG

Orang Minangkabau seperti tadi disebut, ialah ahlu l-bait . Mereka sejak dari turunan Adam sampai Nabi Muhammad Nabi dan Rasul terakhir dan ulama pewaris. Dalam mengatur tertib sosial masyarakatnya sudah punya adat yang mu’tabarah (yang dipakai, kuat) karena dipakai sejak era kenabian ( zaman nubuwah ). Artinya adat Minangkabau berlangsung sejak awal di bagian tengah Puau Paraco ini telah menganut ajaran tauhid. Faktor ini menyebabkan Islam mudah diterima oleh masyarakat Minangkabau dan mengalami perkembangan yang sangat cepat, walaupun Adat Minangkabau sebelumnya pernah diwarnai oleh praktik-praktik kebudayaan bangsa Mee, Viet, Tamil dan Sanskerta.             Islam pertama kali “masuk” ke Minangkabau dari interkasi dengan pedagang Yaman yang ketika itu sangat menguasai perdagangan jalur th ariqa l -b ahri (jalur perairan, laut) . Bazan [1] (raja Yaman, muslim) yang menguasai jalur perdagangan t hariq al -b ahri pada tahun 619 M. Semua jalur perdagangan yang dikuasai oleh Yaman, s

PPAM: Interakasi dengan Bangsa Tamil

Sebagai sebuah suku bangsa yang sudah berperadaban tinggi, orang Minangkabau telah menjalin hubungan dengan bangsa luar, termasuk Tamil (India Selatan). [1] Hubungan dengan Tamil ini ada yang menyebut abad ke-3 M dan ada pula yang menyebut abad ke-14 M. Hubungan dengan Tamil ini sebagian besar dalam bentuk perdagangan dan kemudian hubungan pengadaan tenaga kerja. Sungguh pun demikian, hubungan ini mempengaruhi peradaban dan kebudayaan bahkan saling mempengaruhi dalam bentuk difusi, akulturasi dan asimilasi. Difusi adalah penyebaran unsur kebudayaan oleh sebuah bangsa misalnya pengaruh bahasa Tamil di Minangkabau. Akulturasi adalah pertemuan dua unsur kebudayaan membentuk budaya baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Asilmilasi adalah bercampur dua unsur kebudayaan sehingga terbentuk kebudayaan baru seperti terbentuknya adat tradisi.

Who is terorist

[caption id="" align="aligncenter" width="640"] Gambar: https://www.liputan6.com [/caption] Selandia Baru ialah sebuah negara yang jarang disebut-sebut dalam berita, terdengar tenang dan tentram disana. Tak ada pergolakan politik, tak ada rusuh, dan kami sendiri tak banyak tahu perihal negara nan satu ini kecuali tempat asal dari pengarah filem Penguasa dari Cincin . Namun pada hari Jum'at tanggal 8 Rajab 1440 terjadi peristiwa mengejutkan yang menghancurkan hati dan membuat darah sekalian muslim dan beriman mendidih. Jama'ah shalat Jum'at di dua masjid di negeri Selandia Baru ditembaki dan penembakan tersebut disiarkan secara langsung pada salah satu jejaring sosial.

Dinasti Ptolemy Masuk

Sebelum Islam masuk, Minangkabau sudah memiliki peradaban tinggi yang berbasis tauhid berupa tatanan kehidupan yang disepakati bersama oleh masyarakat (adat). Mereka telah berhubungan dan berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain di dunia, termasuk dengan bangsa Yunani Dinasti Ptolemi [1] penguasa Mesir. Dynasti Ptolemi masuk ke pulau Paco (Sumatera) bagian tengah (sekarang Minangkabau) untuk mencari kampher sebagai bahan pengawet mummi dan lada (merica) sebagai bahan pamanas badan. Bangsa Saba’ (kaum Nabi Sulaiman) ketika itu ditimpa bencana banjir besar dan kota Ma’arib (ibu kota negara Saba’) hancur. Dalam al-Qur’an (Q.S. Saba’ 34: 16) diungkapkan bahwa kaum Saba’ yang berpaling dari tauhid dan tidak bersyukur, Allah mendatangkan saila l-‘arimi (banjir besar), dua kebun besar yang berbuah manis diganti dengan tumbuhan yang berbuah pahit (akulin khamthin) seperti pohon atsl dan pohon sidr . Sejak itu, perdagangan dari Dynasty Ptolemy penguasa Mesir semakin ramai datang ke Minangkabau

Memperkuat Iman

[caption id="" align="aligncenter" width="700"] Gambar: https://www.eramuslim.com [/caption] Jangan menggantungkan harapan kepada Makhluk, namun gantungkanlah harapan kepada Khalik. Sesungguhnya Makhluk mengecewakan, dan Khalik tak pernah mengecewakan. Kami pernah mendengar wasiat serupa itu bertahun silam, tatkala membaca sebuah roman Islami. Kami tiada tahu apakah itu berasal dari Al Qur'an atau Hadist Rasulullah, namun nan pasti amat terasa kepada diri kami. Ya tuan, kami yakin tuan pasti pernah pula mengalami. Betapa di tempat nan jauh ini, berjarak dari tanah kelahiran, tak banyak kenalan sebangsa maka hati ini membutuhkan seseorang untuk dijadikan sebagai tempat berpegang. Apabila bersua dengan seseorang yang mendapat tempat di hati maka digantungkanlah harapan itu padanya. Diberi kepercayaan dan kesetiaan. Namun tak jarang pula, kepercayaan nan diberikan itu dikhianati, kesetiaan nan telah dipersembahkan itu diperdaya oleh mereka. Hancur hati i

PPAM: Kedatangan Bangsa Saba’

            Kejayaan bangsa Saba’, [1] kaum Nabi Sulaiman A.S, yang mengusai hampir seluruh wilayah Jazirah Arab, laut Merah dan sebagian Mesir sudah sangat dikenal, baik dalam keterangan Al-Qur’an maupun temuan para ilmuan. Kemakmuran dan kejayaan Negeri Saba’ digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai sebuah perkampungan yang bagian kanan dan kirinya terdapat kebun-kebun yang merupakan rezeki dari Allah dan sebagi negeri yang sangat baik anugrah Allah (Q.S.34:15). Bangsa Saba’ berhasil membangun bendungan raksasa dikenal sebagi Suuddu l- Ma’arib (Bendungan Ma’arib) yang sisanya masih dapat disaksikan pada zaman sekarang. Temuan para ilmuan modern mengungkapkan bahwa Saba’, dengan ibu kotanya Ma’arib, adalah sebuh negeri kuno termakmur yang berhasil membangun jalur perdangan sampai ke Cina dan Pulau Parco (Sumatera) disebut Thariq al-Barri (jalur darat atau Jalur Sutera) dan Thriqal Bahri (Jalur Perairan atau Samudera).

Awak panggil ia Buya kini..

[caption id="" align="aligncenter" width="1280"] Picture: http://www.pasbana.com [/caption] Hari Ahad nan silam digelar tablig seorang ulama yang sangat diminati pada masa sekarang di Bukik Ambacang. Menarik melihat tempat penyelenggaraan tersebut, setahu kami Lapangan Pacu Kuda Bukik Ambacang berada di perbatasan dua daerah tingkat dua, Kabupaten Agam dan Kota Bukit Tinggi. Setengah lapangan kepunyaan Kota Bukit Tinggi dan setengahnya lagi kepunyaan Kabupaten Agam. Tersenyum kami mendengarnya, karena kami sendiri memahami bahwa tablig ini merupakan salah satu usaha dari anak negeri untuk menyatukan kembali Luhak Agam. Kami sangat gundah tatkala mendengar pendapat nan mengatakan kalau Bukit Tinggi dan Agam itu tidak sama. Perlu diterangkan terlebih dahulu, kalau menyangku daerah administratif masa kini (moderen), sudah jelas kedua daerah itu berbeda. Namun apabila menyangkut "Luhak" maka Bukit Tinggi merupakan bagian dari Luhak Agam.

PPAM: Kedatangan Bangsa “Mee Nam” dan “Viet”

Setelah bangsa ‘Ad al-Tsani mengembangkan peradaban yang berbasis tauhid (keesaan Tuhan) di wilayah tengah Pulau Paraco, datang pula kemudian bangsa Mee Nam dari Asia Tengah dan Selatan. Mereka disebut oleh ahli sejarah sebagi Melayu Tuo ( Proto-Melayu ) kira-kira 2.000-1500 SM. Mereka telah berperadaban batu muda ( neolitikum ), sehingga benda-benda peninggalan mereka seperti senjata, menhir ( batu tagak ), banyak terbuat dari batu yang lebih halus dengan ornament yang lebih rapi. Mereka masuk ke daratan tengah Pulau Paraco (sekarang Minangkabau) melalui sungai Kampar sampai ke hulu Sungai Mahek [1] menetap dan membangun peradaban di daerah ini. Faktanya di Mahek seolah menjadi pusat peradaban batu, peninggalannya dalam bentuk merhir yang banyak.

PPAM: Kedatangan Bangsa ‘Ad Pengikut Nabi Hud

Bangsa ‘Ad (‘Ad al-Tsani= ‘Ad kedua) adalah kaum yang disebut dalam al-Qur’an sebagai kaum yang memiliki fisik yang lebih kuat dari kaum Nuh (kaum Ad pertama yang ditelan banjir). Kaum ‘Ad al-Tsani ini berlanjut sebagai pengganti kaum Nuh (QS:7:69). Untuk bangsa ‘Ad al-Tasni ini, Allah mengutus Nabi Hud as (QS:11:50). Sejak Nuh dan Hud membawa tauhid dan syari’ah untuk kaum ‘Ad. Yang bertauhid diselamatkan dan yang syirik dimusnahkan. Masa Nuh as yang syirik ditenggelamkan banjir dan masa Hud as ditendang topan dahsat sebagai azab Allah. Kaum ‘Ad yang bertauhid mengikuti Hud as diselamatkan dengan rahmat Allah (Q:11:58-59). Nabi Hud as di Kota Iraam atau Iraamatil Imaat yang tandus, kering kerontang, menjadi padang pasir, maka Hud as  bersama pengikutnya yang beriman, hijrah ke arah Selatan mendekati pantai, sehingga berkembang. Dari sana menyebrang ke berbagai wilayah seperti Etiopia, Thihamah, Palestina, Oman dan Persia.

PPAM: SEBELUM ISLAM MASUK

Berdasarkan keterangan Tambo Alam Minangkabau, adat Minangkabu sudah dimulai sejak zaman Si Srimaharaja Diraja, salah seorang dari tiga titisan darah Iskandar Zulkarnain ( ahlu l-bait ). Dua orang lainnya juga disebut dalam Tambo Adat dan Tambo Alam Minangkabau, seperti keterangan terdapat dalam Tambo “Alam Surambi Sungai Pagu” [1] sbb: Seorang bernama //12 Si Maharaja Alif, seorang bernama Si Maharaja Dipang nan seorang bernama //13 Si Maharaja Diraja, ialah anak raja Iskandar Zulkarnain // 14 Khalifatullah Makuta Alam Johan berdaulat  bi inayat Allāh. // 15 taslim bi Allāh ta’alā. ‘Alam dawam bi barakati Muhammad saiyidillāh bait ya rabb al-‘alamīn. Maka terkabarlah bau yang harum merasuk yang asli. Dua saudara tadi Si Maharaja Alif dan Si Maharaja Depang menyebar ke Negeri Ruhun dan Cina, sementara Si Srimaharaja Diraja ke Minangkabau (ketika itu belum bernama Minangkabau, tetapi wilayahnya luas, seluas daerah Rumpun Melayu nusantara). Mereka ialah ahl l-bait (penguhuni baiti). Ah