Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2013

Balasuk

[caption id="attachment_1010" align="alignright" width="300"] Sawah di belakang rumah. Tempat: Tapi Jorong Nan Tujuah. Maaf gambar tak bersesuaian dengan tulisan[/caption] Masihkah engku dan encik ingat dengan salah satu permainan kita semasa kanak-kanak dahulu? Salah satu permainan yang kita mainkan untuk menentukan menang atau kalah? Kalau pada masa sekarang lebih dikenal oleh orang-orang permainan gunting, batu, kertas. Merupakan permainan anak negeri khas dari masyarakat Asia Timur seperti Cina, Korea, dan Jepang. Permainannya ialah dua orang saling beradi memainkan permainan ini dengan menggunakan jari-jari tangan. Dimana ketiga benda ini yakni gunting, batu, dan kertas dilambangkan dengan jari-jari tangan. Gunting dilambangkan dengan jari telunjuk dan jari tengah yang dibuat membentuk serupa gunting dimana jari-jari lain digenggam atau dilipat atau ditekuk. Batu dilambangkan dengan keseluruhan jari-jari tangan digenggam berbentuk tinju sehingga me

Adat Maimbau Urang

[caption id="attachment_797" align="alignright" width="300"] Pasawahan di Gurpis jo Koto Kaciak. Maaf gambar tdk ada hubungan dg tulisan.[/caption] Beberapa masa yang lalu kami mendapatkan sebuah cerita dari kawan kami di kampung kita. Sebuah cerita yang mendatangkan keinsyafan bagi kami betapa pemahaman adat di kampung kita oleh anak nagari semakin berkurang. Kisah yang disampaikannya ini, kami mintakan kepadanya untuk dituliskannya pada sebuah email, agar dapat kami muat di blog kita ini. Begini kisahnya,.. Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.. Kepada engku di rantau orang yang kami rindukan. Semoga rahmat, hidayah, dan berkah dari Allah Ta’ala selalu bersama engku juga hendaknya. Bagaimana kiranya kabar keadaan engku di negeri rantau? Adakah baik? Do’a kami selalu bersama engku dan keluarga. Semoga dilancarkan segala urusan oleh Allah Ta’ala, amin ya Rabbal’alamin. Mengulang dari percakapan kita tempo hari, pada surat kami ini akan kami ceritak

Pernikahan Selepas Hari Raya..

[caption id="attachment_996" align="alignleft" width="300"] Salah Satu Rumah Gadang Lama di Bancah. Rumah Gadang akan semarak dimasa Helat Pernikahan, Katam Kaji, Mandu'a, Mambadak Paja, Turun Mandi, dan berbagai acara adat lainnya.[/caption] Beberapa masa yang lalu, pernah ada salah seorang dari engku dan encik yang membuat sebuah postingan pada salah satu grup tentang kampung kita yang isinya kira-kira “kabarnya selepas Hari Raya akan ada Musim Kawin di kampung kita..” Tampaknya benar agaknya, ada beberapa keluarga yang melangsungkan acara pernikahan anak-anak mereka. Sudah sepatutnya menikah, memanglah wajib menikah, Sunnah Nabi Kita. Acara pernikahan bagi orang sekarang ialah suatu acara dimana sanak keluarga berkumpul di kampung halaman. Segala hadai-taulan di undang untuk menghadiri, terutama ketika Acara Undangan. Undangan maksudnya ialah tetamu yang datang dengan dikirimi kertas undangan, biasanya hal ini hanya berlaku untuk orang-orang atau k

Taragak Basobok (Reuni)

[caption id="attachment_993" align="alignleft" width="300"] Spanduk Reuni PGA & MTsN[/caption] Hari Sabtu tanggal 3 Syawal 1434 H atau tanggal 10 Agustus 2013, seluruh sekolah yang ada di kampung kita mengadakan acara Reuni. Memanglah cuti hari raya merupakan kesempatan yang baik untuk mengadakan acara berkumpul bersama di sekolah yang dahulu tempat kita menghabiskan masa remaja di kampung. Ada sekolah SMP (SMP N 1 Kamek) di Pakan Salasa -Pintu Koto, SMA di Pintu Koto (SMU N 1 Kamek) , dan Sanawiyah di Ampang (MTsN Kamang). Ramai orang berlalu-lalang, ada yang bersemangat menghadiri acara reuni ini, ada pula yang biasa-biasa saja, dan ada pula yang abai, entahkan iya-entahkan tidak. Bagi sekolah sanawiyah, acara digabung dengan Alumni PGA Kamang . Sekolah PGA (Pendidikan Guru Agama) ialah sebuah sekolah yang didirikan oleh beberapa ninia-niniak kita di Nagari Kamang ini, mereka ialah para Penggiat Muhammadiyah di kampung kita. Sebuah sekolah swasta y

Katam Kaji 4 Syawal 1434 H

[caption id="attachment_987" align="alignright" width="300"] Anak Mengaji yang Kena Arak Keliling Kampung[/caption] Hari Ahad tanggal 11 Agustus yang lalu atau 4 Syawal 1434 H telah dilangsungkan oleh orang di salah satu kampung di nagari kita Acara Khatam Kaji (Qur’an). dari surau di Dalam Koto kalau kami tak salah. Sungguhlah teragak awak dibuatnya hendak pulang, bunyi anak sanawiyah main drum-band, orang-orang yang ramai ikut arak-arakan, kanak-kanak yang kesenangan bercampur letih karena diarak berjalan keliling kampung, dan lain sebagainya. Kami tengok di gambar yang dikirimkan kalau pakaian seragam anak drum-band dari sanawiyah kita telah bertukar rupanya. Namun warna kuning tetap masih digunakan, suka sekali orang sanawiyah dengan warna kuning itu rupanya.

Adakah engku dan encik tahu..?

[caption id="attachment_972" align="alignleft" width="300"] Perempuan di keroyok Tentara.. Gambar: Internet[/caption] Hari Raba'a (Rabu) yang dahulu kita dikejutkan dengan kabar keji yang dilakukan oleh Pemerintah Mesir terhadap rakyatnya yang sedang berdemo. Kekejian inipun masihlah terus berlanjut hingga Sabtu. Entahlah dengan hari Ahad dan Senin ini, apakah masih berlanjut. Terhenyuk kami menengoknya, kepada binatangpun takkan sanggup kita berlaku demikian. Mayat-mayat bergelimpangan, orang-orang dihantam beramai-ramai tanpa ada rasa belas-kasih. Padahal orang yang dihantam tak bersenjata dan tak pula melawan. Tidak hanya kepada lelaki muda, melainkan juga kepada perempuan, kanak-kanak, bahkan bayipun ikut syahid, dan orang tua lajut usia.

Hari Rayo Anam

[caption id="attachment_966" align="alignright" width="300"] Surau Masajik Bancah[/caption] Telah sepekan pula Satu Syawal berlalu, telah empat hari pula lamanya sebagian dari engku dan encik mulai bekerja di kantor. Ada beberapa anak sekolah yang baru pada hari ini mulai bersekolah, ada juga yang telah mulai bersekolah semenjak hari Senin. Kami yakin sebagian besar dari engku dan encik telah balik ke rantau nan bertuah. Sebab semenjak Senin yang lalu telah mulai bekerja, kalau tak masuk bekerja dapat marah dari induk semang. "Bisa-bisa diberhentikan awak dari bekerja nanti.." Kamis, tepat sepekan yang lalu kita sama-sama bergegas-gegas pada pagi hari menuju masjid untuk menunaikan Shalat Ied berjama'ah. Bersua dengan kawan, karib-kerabat, bertakbir menganggungkan Asma Allah. Memuji Keagungannya atas Limpahan Rahmat Yang Tak Terkira.

Kisah Hari Raya (Bagian.4)

[caption id="attachment_957" align="alignright" width="300"] Jalan Baru dari Bancah ke Solok[/caption] Kami bertanya kepada kawan kami yang baru balik dari kampung perihal kembang api, apakah masih dimainkan oleh anak-anak di kampung kita. Kata kawan kami ini masih, bahkan sekarang kembang api yang ditembakkan ke awang-awang (udara) yang menjadi kegemaran mereka. Sangat keras bunyi letusannya, memekak dibuatnya. “Bagaimana pula dengan malam takbiran engku..?” tanya kami penasaran. Sambil tersenyum sedih dia menjawab “Tidak begitu ramai engku, takbiran selepas Isya di surau, sesudah itu habis perkara. Orang-orang kembali ke rumah mereka, kami tak tahu apa yang terjadi selepas itu. Namun yang jelas kampung kita cukup lengang ketika malam takbiran…” "Tak adakah kanak-kanak yang bermain tabuah sambil  bagaritiak engku?" tanya kami penasaran. "Hm.. mungkin ada pada beberapa surau. Kami tak pula begitu memperhatikan engku, sebab sibuk menata

Kisah Hari Raya (Bagian.3)

[caption id="attachment_949" align="alignleft" width="300"] Jalan dari Baruah Bukik ke Batu Baraguang[/caption] Bertukar kabar dengan kawan-kawan yang baru balik dari kampung perihal hari raya. Dengan khusyuk kami mendengarkan cerita mereka perihal beraya di kampung. Ada salah satu pengalaman menarik yang mereka sampaikan kepada kami. Yakni perihal pengalaman salah seorang kawan kami ketika beraya ke rumah salah satu kerabat. Kisahnya, ketika dia sedang dalam perjalan menuju ke salah satu rumah kerabat untuk bersilaturahim. Pada salah satu kampung, dia bersua dengan sekelompok engku-engku yang sedang ramai berkelompok duduk-duduk dan adapula berdiri. Mereka berkumpul pada salah satu bangunan bekas kantor jorong di kampung kita. Setelah sekian lama berada di rumah kerabatnya tersebut, merekapun balik melalui jalan yang sama. Dan kembali bersua dengan kelompok bapak-bapak tersebut, masih tetap seperti sedia kala walau beberapa anggotanya telah berkurang. Na

Kisah Hari Raya (Bagian.2)

[caption id="attachment_946" align="alignright" width="300"] Rumah Moderen di Muka Rumah Gadang. Semoga Saja Rumah Gadang ini tetap di pertahankan oleh pemiliknya. Tempat: Pintu Koto[/caption] Salah seorang kawan kami berkisah kepada kami. Adapun kisahnya ialah perihal berhari-raya di kampung. Memanglah kami agak merasa bersusah hati karena raya tahun ini tak dapat pulang, di tambah dengan kisah kawan kami ini, tentulah bertambah susah hati kami ini dibuatnya. Namun tampaknya rasa ingin tahun akan keadaan kampung halaman lebih berkuasa daripada rasa sedih itu. Sehingga keraslah hati kami ini untuk meminta kawan kami tersebut mengisahkan pengalamannya berhari-raya di kampung kita. Kawan kami ini mengisahkan bahwa keluarganya sangat beruntung sekali memiliki banyak kerabat. Tiada putus orang datang bertandang ke rumah pada raya hari pertama dan hari kedua. Bahkan raya hari ketiga masih tetap sibuk, walau tidak sesibuk hari pertama dan kedua. Dia beruntung k

Kisah Hari Raya (Bagian.1)

[caption id="attachment_939" align="alignleft" width="224"] Urang-urangan Sawah. Diambil Gambarnya pada Salah satu sawah di Pasawangan antara Solok dengan Ladang Darek[/caption] Petang hari ini, di bilik kami nan sempit nun jauh dari kampung halaman, tanah kelahiran tercinta. Kami memutar sebuah lagu yang bertemakan hari raya, dilantunkan oleh seorang perempuan nan cantik jelita dari Tanah Semenanjung, Puan Siti Nurhaliza namanya. Judul lagunya ialah Air Mata Syawal. Sungguh syahdu lantunan suaranya dan mengiris hati syair lagunya. Terkenang kami dengan kampung tercinta, ayah-bunda serta sanak keluarga semuanya. Berhari raya di tengah keluarga tercinta memanglah nikmat sangat. Dan kami tak dapat mengalaminya. Sungguh sangat beruntung orang-orang yang pulang kampung. Namun kami dengar pula bahwa pada libur hari raya ini, berbagai tempat wisata di kampung (Minangkabau) menjadi sangat ramai di kunjungi oleh orang. Tentunya oleh orang-orang yang pulang kampu

Berhari Raya di Kampung

[caption id="attachment_935" align="alignright" width="300"] Masjid di tengah hijaunya Alam. Teragak Awak Dibuatnya[/caption] Minal Aidin Walfaidzin, Maafkan Lahir dan Bathin, engku dan encik sekalian. Selamat merayakan Idul Fitri di Awal Syawal tahun 1434 H ini, bagaimana kiranya perasaan engku dan encik sekalian? Adakah senang dan bahagia? Ah.. jangan pula dijawab “Senang tuanku, telah dapat pula kita makan tengah hari sekarang ini haa….!” Itu jawapan kanak-kanak kiranya engku dan encik sekalian. Di kampung kita pada setiap hari raya, kita shalat di masjid kampung dan semenjak beberapa tahun yang lalu beberapa mushalla di kampung kita telah pula menyelenggarakan Shalat ‘Ied. Beragam alasan mereka, namun kami sebutkan saja salah satu alasan yang menurut kami paling bijak yakni bahwa surau-surau pada masa sekarang telah ramai sangat sehingga sering kali jama’ah tidak mendapat tempat untuk shalat. Engku dan encik sekalian, ada satu hal yang menjadi pertany

Sapaningga ko, mananti 11-lai..

[caption id="attachment_931" align="alignright" width="224"] Masihlah jauh sangat Ramadhan mendatang. Serupa jalan di Lubuak ini, perjalanan kita amatlah lambatnya menuju ke ujung jalan.[/caption] Telah hampir berlalu pula bulan suci ini, bagaimana kiranya perasaan engku dan encik sekalian? Salahkah kami pabila kami katakan kalau kami teramat bersedih hati akan kepergian bulan ini. Sebelas bulan lagi harus menanti, sungguh suatu masa yang tidaklah sedikit. Dalam masa itu, jangguk kami ini bisa-bisa panjang terjulai ke tanah.. Kata para mubalig, kita harus bersenang hati dalam menyambut Satu Syawal. Menyambut dengan riang gembira dan hati senang sebab makna dari Satu Syawal ialah kita terlahir bersih kembali. Itulah makna dari Bulan Ramadhan, selama sebulan melatih diri, membersihkan hati, dan belajar agar dapat menjadi muslim yang lebih baik. Namun, salahkah kami pabila kami menyambut Satu Syawal dengan hati hancur karena baru saja berpisah dengan kekas

Godok Batinta

[caption id="attachment_923" align="alignleft" width="300"] Kedai si Kam di KApau[/caption] Sudah berada di kampungkah engku dan encik sekalian? Bilakah tiba di rumah? Adakah selamat saja selama di jalan? Bagaimana pula keadaan rumah yang telah lama engku dan encik tinggalkan, masih seperti sedia kala atau sudah banyak berubahnya? Puasa masih tinggal beberapa hari lagi, masih ada kesempatan untuk merasakan nikmatnya berpuasa di kampung. Makan makanan kampung, sungguhlah terasa bedanya engku dan encik sekalian. Takkan ada yang serupa. Apalagi hari ini ialah hari pekan di kampung kita, tentunya menjadi kesempatan yang sangat baik sekali bagi engku dan encik untuk mencari berbagai makanan khas kampung kita. Makanan boleh sama namun rasanya sungguh berbeda, akan terkenang jua dimanapun kita berada.. [caption id="attachment_925" align="alignright" width="300"] Godok Batinta[/caption] Ada satu yang khas di kampung kita ini apabila

Apalah Kecat Kamu Ini Haaa...

[caption id="attachment_890" align="alignleft" width="300"] Jamban atau bahasa kerennya "Toilet". Setahu kami, orang awak tak ikhlas menyebutnya dengan sebutan Toilet ataupun WC, paling hebat ialah Kakus. Aneh nian..[/caption] Beberapa masa yang lalu tatkala kami sedang berjalan-jalan ke kedai, kami bersua dengan sekelompok anak kulihan. Awalnya kami tidak begitu memperhatikan, namun kami menjadi tertarik tatkala mendengar mereka bercakap-cakap. Percakapan mereka biasa, namun bahasa yang mereka gunakan yang “luar biasa”. Bahasa Gaul , itulah yang digemari ( trend) dikalangan remaja bujang dan gadis di republik ini. Merupakan perlambang (simbol) dari kemajuan, modernitas, dan “keangkuhan”. Mereka akan merasa sangat “keren” sekali jika dapat berhasa gaul tersebut. Propaganda oleh media, terutama televisi telah menyerang habis-habisan kebudayaan daerah. Bahasa Ibu mulai mereka tinggalkan. Ataupun tidak berbahasa gaul- pun mereka akan menggunakan

Salah Asuhan (Bagian:3)

[caption id="attachment_914" align="alignright" width="300"] Inyiak-inyiak kita yang Syahid dalam mempertahankan Agama dan Adat. Tidakkah kita malu dengan mereka..! Gambar: Maizal Chaniago[/caption] Kami pernah mendengar Khutbah khatib ketika Shalat Jum’at, begini kira-kira “ Adalah suatu kecemasan bagi pada masa sekarang dimana perkara-perkara yang janggal, ganjil, ataupun sumbang di hadapan agama dan adat menjadi biasa bagi orang-orang zaman sekarang. Serupa agaknya dengan nubuat (ramalan) yang telah diperingatkan oleh Allah Ta’ala dalam Al Qur’an bahwa ..sesungguhnya syetan akan membuat mereka memandang baik perkara buruk mereka dan memandang buruk perkara baik..” Awalnya kami merasa heran dan tak faham dengan maksud dari khatib tersebut. Namun sekarang barulah kami insyaf akan hal tersebut. Berawal dari perkara “jilbab dalam, baju gamis, celana senteng, janggut, tak hendak bersalaman dengan yang bukan muhrim” dan lain sebagainya. Hampir semua orang di

Salah Asuhan (Bagian:2)

[caption id="attachment_907" align="alignleft" width="200"] Rumah Gadang di Simpang Kubang Putiah. Satu dari banyak Rumah Gadang yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya di Nagari Kamang ini. Nan Lama Telah Usang. Gambar: Maizal Chaniago[/caption] Kami pernah mendengar hadist nabi yang kira-kira bunyinya “ di akhir masa kelak, para ibu akan melahirkan tuan-tuan mereka.. ” Sebagian ahli hadist menafsirkan maksud dari hadist ini ialah bahwa pada masa itu para orang tua laksana budak di hadapan anak-anak mereka. Dimanja dan dituahkan, dipenuhi segala tuntutannya, dan dikerjakan apa yang dipinta. Sudah laksana budak belia para orang tua bagi anak-anak mereka.. Tampaknya hal tersebut sudah mulai pula terlihat oleh kita di Kamang ini. Banyak orang tua yang takut menyapa [1] anak-kamanakannya. Apa sebab? Takut kalau mereka marah, takut kalau mereka benci akan kita, takut kalau mereka menjauh dari kita, dan lain-lain sebab.. Maka kebanyakan orang tua sekarang mem

Salah Asuhan (Bagian 1)

[caption id="attachment_898" align="alignleft" width="300"] Permadani Hijau. Kami Haqul Yaqin bahwa di Kota tidak ada pemandangan serupa ini. Makanya hati orang Kota banyak yang gersang. Gambar: Maizal Chaniago[/caption] Banyak bajalan, banyak pulo nan dicaliak . Begitulah kira-kira pengajaran orang dahulu dan tampaknya hal semacam itu benarlah adanya. Dalam agama kitapun dianjurkan untuk pergi berjalan (traveler/musafir) meninggalkan negeri selama masih muda. Pergi berjalan menjadi musafir bukan untuk melancong melainkan untuk menambah ilmu, pengalaman, dan kearifan. Tujuannya ialah supaya kita tidak menjadi serupa katak di bawah tempurung. Namun sudah menjadi fitrah bagi manusia ini bahwa ia diciptakan berbeda-beda oleh Allah Ta’ala. Tidaknya zahir melainkan juga bathin, sehingga kata pepatah kita lagi rambut bolehlah sama hitam, namun fikiran manusia itu bermacam ragam. Cara kita memandang apa yang kita lihat dan temui tentulah berbeda-beda, semua itu

Perihal Engku dan Encik

[caption id="attachment_894" align="alignleft" width="300"] Rumah Gadang yang telah Ditinggalkan di Nagari Kamang ini. Begitulah adat dan agama dianggap telah usang bagi yang muda-muda. Ditinggalkan dan dibenci. Taratik tak ada, kurang aja merajelala..[/caption] Beberapa masa yang lalu salah seorang anak bujang nan keren dan sangat gaul gayanya memberi pendapat terhadap tulisan kami di blog ini. Apa katanya “ engku encik tu ndak bahaso kamang tu doh tuan, tukalah jo nan labiah sasuai. .” Ah.. panas kepala ini dibuatnya, sesak dada kami dibuatnya, dan rusak puasa kami jadinya. Begitulah anak bujang sekarang, tak diajari oleh induaknya tak pula mendapat pengajaran dari mamaknya. Orang sekarang dalam mendidik anak ialah dengan mampalapehnya saja. Apalagi banyak orang tua yang mengidolakan ( tak e nyehan [1] ) anaknya, segala ucapan dan kelakuan anak ialah baik menurut keluarganya. Terlebih lagi bagi anak bungsu dan tongga babeleng [2] . Raso jo pareso,